Sudah 23 Hari Tutup, Senator Desak Trump Buka Pemerintah AS

Senin, 14 Januari 2019 - 08:34 WIB
Sudah 23 Hari Tutup, Senator Desak Trump Buka Pemerintah AS
Sudah 23 Hari Tutup, Senator Desak Trump Buka Pemerintah AS
A A A
WASHINGTON - Seorang senator Republik mendesak Presiden Donald Trump untuk membuka kembali layanan pemerintah federal Amerika Serikat (AS). Sudah 23 hari layanan kantor-kantor federal mengalami shutdown atau penutupan karena Kongres masih menolak menyetujui anggaran pembangunan tembok perbatasan AS-Meksiko sebesar USD5,7 miliar seperti yang diminta Trump.

Senator yang mendesak Trump membuka kembali layanan pemerintah AS itu adalah Lindsey Graham. Dia merupakan senator sekutu presiden.

Shutdown hingga 23 hari tercatat sebagai shutdown terlama dalam sejarah AS. Dampak dari penutupan layanan kantor-kantor federal itu salah satunya adalah penundaan gaji hingga 800.000 karyawan federal. Salah satu layanan federal yang terkena imbas adalah layanan lalu lintas udara nasional yang bisa mengancam keamanan penerbangan.

Kongres atau Parlemen AS yang saat ini dikuasai Partai Demokrat tetap menolak permintaan Trump soal anggaran pembangunan tembok perbatasan AS-Meksiko USD5,7 miliar. Kubu Demokrat menolak negosiasi lebih lanjut sampai layanan pemerintah dibuka kembali setelah ditutup sebagian sejak 22 Desember.

Graham, ketua Komite Kehakiman Senat, mengaku telah mendesak presiden pada hari Minggu untuk membuka kembali pemerintah untuk periode terbatas guna mencoba membuat negosiasi berjalan lagi.

Jika tidak ada kemajuan, kata Graham, maka Trump harus menyatakan keadaan darurat nasional sebagai cara untuk mendapatkan uang guna membangun tembok yang dia inginkan. Rencana seperti itu tidak populer di kalangan sesama anggota Partai Republik.

Menurut Graham Trump sudah mengatakan kepadanya; "Mari kita buat kesepakatan, lalu buka pemerintah."

Trump terus menyalahkan Demokrat atas kebuntuan ini. "Saya di Gedung Putih, menunggu. Demokrat ada di mana-mana kecuali Washington ketika orang menunggu gaji mereka. Mereka bersenang-senang dan bahkan tidak berbicara!," kecam Trump di Twitter, seperti dikutip Reuters, Senin (14/1/2019).

Drew Hammill, wakil kepala staf untuk Ketua Parlemen Nancy Pelosi, menjawab kecaman Trump di Twitter."Pelosi telah berada di (Washington) DC sepanjang akhir pekan bekerja dari Capitol," tulis dia.

Dalam pertemuan bulan lalu dengan Pelosi dan Senator Demokrat Chuck Schumer, Trump mengatakan bahwa dia akan bangga untuk menutup pemerintah atas kebuntuan pendanaan tembok. Jajak pendapat terbaru menunjukkan sebagian besar orang Amerika berpikir presiden yang harus disalahkan dalam masalah ini.

Jennifer Lawless, seorang profesor politik di University of Virginia, mengatakan dia yakin Trump dan Partai Republik akan kehilangan "permainan ayam" karena pekerja kasar, pelancong bandara, turis, dan lainnya mengalami konsekuensi disfungsi politik secara langsung.

"Shutdown itu nyata. Dindingnya hipotetis. Dan pada suatu saat, Partai Republik akan ingat bahwa orang-orang nyata di distrik mereka yang tidak dibayar, orang-orang nyata yang tidak dapat mengakses layanan pemerintah, dan orang-orang nyata yang memilih," katanya.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4108 seconds (0.1#10.140)