Kanada Berikan Suaka kepada Gadis Murtad Saudi

Sabtu, 12 Januari 2019 - 09:05 WIB
Kanada Berikan Suaka kepada Gadis Murtad Saudi
Kanada Berikan Suaka kepada Gadis Murtad Saudi
A A A
OTTAWA - Kanada telah memberikan suaka kepada gadis pencari suaka asal Arab Saudi Rahaf Mohammed Alqunun (18). Gadis tersebut mencuri perhatian dunia internasional setelah membarikade dirinya di kamar hotel di Bangkok setelah lolos dari apa yang disebutnya pelecehan dan penindasan oleh anggota keluarga.

"UNHCR telah mengajukan permintaan kepada Kanada agar kami menerima Alqunun sebagai pengungsi, dan kami telah menerima permintaan PBB agar kami memberikan suaka padanya," ujar Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau kepada wartawan, merujuk pada kantor Komisaris Tinggi untuk Pengungsi PBB (UNHCR) seperti dikutip dari NPR, Sabtu (12/1/2019).

Pemberian suaka ke Alqunun oleh Kanada dapat menambah ketegangan dengan Arab Saudi. Riyadh mengusir duta besar Kanada tahun lalu dan memanggil diplomat topnya sendiri di Ottawa setelah Menteri Luar Negeri Kanada Chrystia Freeland mengkritik pemenjaraan dua aktivis perempuan Saudi. Arab Saudi juga melarang lebih dari 10.000 siswa untuk kembali ke perguruan tinggi di Kanada dan mengatakan maskapai nasionalnya akan berhenti terbang ke Toronto.

Ditanya apakah menerima Alqunun akan semakin membebani hubungan itu, Trudeau bergeming dari keputusannya.

"Kanada sangat yakin bahwa kami akan selalu membela hak asasi manusia, dan hak-hak perempuan di seluruh dunia," kata Perdana Menteri Kanada.

"Ini adalah bagian dari tradisi panjang Kanada yang terlibat secara konstruktif dan positif di dunia dan bekerja dengan mitra kami, sekutu, dan dengan PBB," tukasnya.

Australia sempat mengatakan tengah mempertimbangkan untuk memberikan suaka kepada Alqanun. Namun, juru bicara UNHCR menyebut bahwa Ottawa bergerak lebih cepat.

"Ketika merujuk kasus dengan kerentanan khusus yang membutuhkan pemukiman kembali segera, kami sangat mementingkan kecepatan di mana negara mempertimbangkan dan memproses kasus," tulis Babar Baloch.

Alqunun telah berlibur dengan keluarganya di Kuwait awal bulan ini ketika dia melarikan diri dan terbang ke Bangkok. Dia mendarat pada hari Sabtu dan berencana untuk terbang dari sana ke Australia.

Di Bangkok, agen Thailand menghentikan Alqunun di bandara dan mengambil paspornya. Alqunun bersembunyi di kamar hotel ruang tunggu dan mulai mentweet dalam bahasa Arab tentang keadaannya.

"Saya adalah gadis yang melarikan diri ke Thailand. Saya sekarang dalam bahaya nyata karena kedutaan Saudi berusaha memaksa saya untuk kembali," tulisnya dalam tweet pertamanya.

Aktivis Mesir-Amerika Mona Eltahawy menerjemahkan tweet ke dalam bahasa Inggris, dan dalam beberapa hari, Alqunun mengumpulkan ribuan pengikut.

"Saya tidak akan meninggalkan kamar saya sampai saya melihat UNHCR (agensi pengungsi PBB)," katanya dalam sebuah pernyataan video. "Aku ingin suaka."

Dia mengatakan bahwa dia menderita pelecehan fisik di tangan anggota keluarga dan menuduh mereka telah mencoba menikahkannya bukan atas kehendaknya. Keluarga Alqunun sejauh ini belum berkomentar secara terbuka tentang tuduhan tersebut.

Tweet-nya menarik perhatian PBB, pemerintah Australia, dan wartawan. UNHCR memberikan status pengungsinya, dan Departemen Dalam Negeri Australia mengatakan bahwa Australia akan mempertimbangkan rujukan ini (untuk pemukiman kembali pengungsi) dengan cara yang biasa, seperti halnya dengan semua rujukan UNHCR.

Alqunun untuk sementara menonaktifkan akun Twitternya karena ancaman kematian, menurut seorang teman. Akun itu dipulihkan pada Jumat malam, dan dia memposting foto dirinya memegang paspor Saudi berwarna hijau di atas pesawat.

"Negara ke-3," tulisnya, tampaknya merujuk ke Kanada. "Saya melakukannya."

Langkah sukses Alqunun datang di tengah perhatian baru pada perlakuan Arab Saudi terhadap wanita.

Arab Saudi memiliki sistem perwalian pria. Setiap wanita Saudi diharuskan memiliki saudara laki-laki, seperti ayah, paman, atau bahkan kakak laki-laki, yang menyetujui keputusan hidup utama seperti pernikahan, pekerjaan, belajar, dan bepergian.

Tahun lalu, Arab Saudi memberi perempuan hak untuk mengemudi, tetapi kemudian menangkap lebih dari selusin aktivis perempuan yang mendorong untuk hak tersebut.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3904 seconds (0.1#10.140)