China Kerahkan Rudal DF-26 usai Ancam Tenggelamkan 2 Kapal Induk AS

Jum'at, 11 Januari 2019 - 01:07 WIB
China Kerahkan Rudal DF-26 usai Ancam Tenggelamkan 2 Kapal Induk AS
China Kerahkan Rudal DF-26 usai Ancam Tenggelamkan 2 Kapal Induk AS
A A A
BEIJING - China mengerahkan rudal-rudal balistik anti-kapal DF-26 ke posisi yang paling tepat untuk menyerang kapal-kapal di Laut China Selatan dan Laut China Timur. Diaktifkannya "misil pembunuh kapal" itu berselang beberapa hari setelah pejabat militer Beijing mengancam akan menenggelamkan dua kapal induk Amerika Serikat (AS).

Global Times, media yang dikontrol pemerintah Presiden Xi Jinping, melaporkan sistem rudal balistik terbaru itu sedang dikerahkan ke berbagai lokasi yang paling tepat. Senjata tersebut diperkenalkan pertama kali pada April tahun lalu.

Beijing dalam beberapa hari ini dibuat marah dengan kemunculan kapal perang AS, USS McCampbell, di dekat Kepulauan Paracel (Xisha) di Laut China Selatan. Kepulauan itu diklaim oleh China, Vietnam dan Taiwan.

Washington berdalih kapal perangnya hanya menjalankan misi patroli rutin untuk menegakkan kebebasan navigasi di laut internasional.

"Pemilihan waktu laporan ini memicu diskusi di antara para pengamat militer China secara online, seperti yang terjadi setelah USS McCambell, sebuah (kapal) perusak dengan rudal terpandu AS, masuk ke perairan teritorial China di lepas Kepulauan Xisha pada Senin tanpa izin dari pemerintah China," tulis media corong pemerintah itu dalam laporannya, Kamis (10/1/2019).

Juru bicara Kementerian Luar Negeri China Lu Kang mengatakan pesawat militer dan kapal perang telah dikirim untuk memperingatkan kapal USS McCambell untuk pergi.

Laporan Global Times tentang pengerahan misil DF-26 itu mengindikasikan bahwa Beijing mulai kehilangan kesabaran.

"DF-26 adalah generasi baru dari rudal balistik jarak menengah China yang mampu menargetkan kapal-kapal sedang dan besar di laut," lanjut laporan Global Times. "Itu dapat membawa hulu ledak konvensional dan nuklir."

Tidak seperti rudal jelajah jarak pendek konvensional, DF-26 tidak akan diposisikan dekat dengan Selat Taiwan atau di pulau-pulau yang disengketakan itu sendiri.

"Peluncuran rudal mobile dari jauh di pedalaman negara ini lebih sulit untuk dicegat," imbuh Global Times mengutip penjelasan seorang pakar militer.

CCTV, stasiun televisi pemerintah China juga melaporkan bahwa senjata yang dipasang truk-truk itu diposisikan di pos yang jauh. "DF-26 terhubung dengan brigade di bawah Pasukan Roket Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) yang beroperasi di dataran tinggi dan gurun China bagian barat laut," bunyi laporan televisi tersebut.

Seperti diberitakan sebelumnya, Wakil Kepala Chinese Academy of Military Sciences, Laksamana Muda Lou Yuan kepada audiensi di Shenzhen, melontarkan ancaman untuk menenggelamkan dua kapal induk AS. Menurutnya, hal itu sebagai solusi untuk mengakhiri ketegangan di Laut China Selatan.

Solusi itu dianggap yang paling ditakuti Washington karena akan memakan banyak korban. Ancaman dilontarkan Lou bulan lalu.

"Yang paling ditakuti Amerika Serikat adalah mengambil korban," katanya.

Dia mengatakan menenggelamkan satu kapal induk AS akan membunuh 5.000 orang dan menenggelamkan dua kapal induk jumlah korbannya akan dua kali lipat.

Brad Glosserman, seorang ahli dan profesor China di Tokyo’s Tama University, seperti dilaporkan Military.com, mengatakan komentar Lou mencerminkan kepercayaan diri yang berkembang di China bahwa Amerika Serikat telah kehilangan minat untuk berperang.

"Orang-orang China percaya bahwa orang-orang Amerika telah menjadi lunak...(mereka) tidak lagi memiliki keinginan untuk berkorban dan pada tanda pertama dari masalah nyata mereka akan memotong dan lari," kata Glosserman.

Dalam pidatonya, Lou mengatakan ada lima landasan Amerika Serikat yang terbuka untuk dieksploitasi. Kelima landasan itu adalah militer, uang, bakat, sistem pemilu dan ketakutan AS terhadap musuh.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5349 seconds (0.1#10.140)