Presiden Duterte Bilang Kebanyakan Uskup Filipina Gay

Jum'at, 11 Januari 2019 - 00:24 WIB
Presiden Duterte Bilang Kebanyakan Uskup Filipina Gay
Presiden Duterte Bilang Kebanyakan Uskup Filipina Gay
A A A
MANILA - Presiden Rodrigo Duterte pada hari Kamis (10/1/2019) kembali melontarkan umpatan kasar terhadap para uskup gereja Katolik di Filipina. Dia mengatakan, para pemuka agama itu adalah "anak-anak pelacur" dan pria homoseks atau gay.

Umpatan itu sebagai serangan verbal terbaru terhadap otoritas gereja Filipina yang telah mengkritiknya atas perang berdarah terhadap narkoba.

Duterte, yang meluncurkan kampanyenya melawan narkoba ketika menjabat sebagai presiden pada pertengahan 2016, masih sangat populer di masyarakat negara tersebut. Namun, keraguan tentang kampanye itu mulai tumbuh ketika ribuan orang terbunuh dalam perang anti-narkoba.

"Hanya saya yang bisa mengatakan bahwa para uskup adalah anak-anak pelacur, sialan. Itu benar," kata Duterte dalam pidatonya pada upacara peletakan batu pertama untuk sebuah sekolah di utara Manila, seperti dikutip Reuters.

Duterte tidak menyebutkan alasan khusus atas kritiknya terhadap gereja Katolik, termasuk tuduhannya bahwa sebagian besar uskup adalah homoseksual.

"Kebanyakan dari mereka adalah gay," katanya. "Mereka seharusnya keluar di tempat terbuka, membatalkan selibat dan membiarkan mereka memiliki kekasih," ujarnya.

Duterte, yang bukan pengunjung gereja, mengatakan di awal masa kepresidenannya bahwa dia dilecehkan secara seksual oleh seorang pendeta ketika dia masih kecil.

Gereja Katolik Roma menghadapi skandal pelecehan seksual para imam di berbagai belahan dunia, meskipun belum ada kasus besar di Filipina.

Dalam pidato-pidato sebelumnya, Duterte menyebut Tuhan "bodoh" dan mengkritik doktrin Tritunggal Mahakudus.

Francis Lucas, seorang pejabat di Konferensi Waligereja Filipina, menepis kecaman presiden Duterte dengan mengatakan semua orang harus menahan diri.

"Kita harus lebih peka terhadap sensitivitas dan sensibilitas orang lain karena rasa hormat," kata Lucas kepada Reuters.

Tindakan keras presiden terhadap narkoba tetap mendapat banyak dukungan tetapi beberapa sektor gereja menjadi semakin vokal tentang pembunuhan dalam tindakan keras tersebut. Pihak gereja telah membuat seruan untuk keadilan dan tawaran perlindungan bagi para pengguna narkoba.

Sekitar 5.000 orang telah tewas dalam operasi anti-narkoba polisi Filipina yang dikobarkan Presiden Duterte.

Polisi menolak tuduhan bahwa pembunuhan-pembunuhan itu adalah eksekusi. Menurut polisi, penjual dan pengguna narkoba terbunuh dalam baku tembak, dan polisi bertindak membela diri.

Filipina sendiri merupakan negara mayoritas Katolik, di mana sekitar 80 persen dari 100 juta lebih penduduk negara itu merupakan pemeluk Katolik Roma.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3776 seconds (0.1#10.140)