Rilis Universitas 'Mahasiswi Mudah Seks', Majalah Jepang Minta Maaf

Rabu, 09 Januari 2019 - 15:10 WIB
Rilis Universitas Mahasiswi Mudah Seks, Majalah Jepang Minta Maaf
Rilis Universitas 'Mahasiswi Mudah Seks', Majalah Jepang Minta Maaf
A A A
TOKYO - Sebuah majalah pria Jepang mengeluarkan permintaan maaf setelah menerbitkan daftar universitas yang mahasiswinya mudah diajak berhubungan seks di pesta minuman. Publikasi itu telah memicu kemarahan publik.

Media yang membuat heboh publik Jepang itu adalah majalah mingguan Spa!.

Seorang wanita telah meluncurkan kampanye online yang meminta redaksi majalah tersebut meminta maaf dan menuntut artikel dihapus.

Artikel itu merujuk pada praktik pesta minum gyaranomi di mana pria membayar wanita untuk hadir dalam pesta.

Artikel dalam edisi 25 Desember 2018 itu menyebutkan pesta-pesta populer di kalangan mahasiswi. Tulisan itu menyertakan wawancara dengan "pengembang aplikasi" yang dimaksudkan untuk membantu setiap orang untuk menemukan calon peserta pesta.

"Kami ingin meminta maaf karena menggunakan bahasa sensasional untuk menarik pembaca tentang bagaimana mereka bisa menjadi intim dengan wanita dan untuk membuat peringkat dengan nama universitas yang sebenarnya, yang menghasilkan fitur, yang mungkin telah menyinggung pembaca," bunyi permintaan maaf majalah itu, seperti dikutip BBC, semalam (8/1/2019).

"Pada masalah yang melibatkan seks, kami akan melakukan apa yang kami bisa sebagai majalah untuk mendengarkan berbagai pendapat," lanjut pernyataan media itu.

Artikel itu menyebutkan lima perguruan tinggi tempat para mahasiswi mudah didapat di pesta minum. Artikel menjelaskan cara membujuk mahasiswi dan menilai apakah seorang mahasiswi siap untuk berhubungan seksual berdasarkan pakaian dan penampilannya.

Petisi kecaman untuk majalah itu dimulai oleh Kazuna Yamamoto di change.org. Petisi sejauh ini telah didukung oleh lebih dari 33.000 orang pada hari Selasa kemarin.

"Jepang akan mengadakan KTT G20 pertama tahun ini, 2019, dan tidak masuk akal jika artikel seperti ini dipublikasikan. Tidak lucu sama sekali," tulis dia di halaman petisi.

"Saya ingin bertarung, terutama pada artikel publik seperti ini, sehingga seksualisasi, objektifisasi, dan penghinaan terhadap wanita akan berhenti. Kami menuntut Shuukan Spa menarik kembali artikel ini dan meminta maaf, dan berjanji untuk tidak menggunakan kata-kata objektif untuk berbicara tentang wanita," lanjut dia.

Jepang menempati peringkat rendah dalam peringkat kesetaraan gender global, dan tetap lambat untuk merangkul gerakan #MeToo.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3549 seconds (0.1#10.140)