Rusia Kembali Uji Coba Rudal Hipersonik di Tengah Ketegangan dengan AS

Jum'at, 28 Desember 2018 - 07:45 WIB
Rusia Kembali Uji Coba Rudal Hipersonik di Tengah Ketegangan dengan AS
Rusia Kembali Uji Coba Rudal Hipersonik di Tengah Ketegangan dengan AS
A A A
MOSKOW - Rusia kembali meluncurkan rudal hipersonik baru yang kecepatannya mencapai lebih dari 30 ribu kilometer per jam. Uji coba ini dilakukan di tengah meningkatnya ketegangan dengan Amerika Serikat (AS) mengenai kontrol senjata.

Presiden Rusia Vladimir Putin pada hari Rabu mengikuti tes akhir sebuah rudal hipersonik yang dijuliki Avangard, yang dikatakannya akan mengalahkan semua sistem pertahanan rudal yang ada.

Ketika Putin meluncurkan senjata baru itu selama pidato kenegaraannya pada bulan Maret, ia mengatakan rudal itu sangat dapat dikendalikan dan terbang dengan kecepatan suara 20 kali lipat.

Pejabat senior sekarang mengatakan proyektil antarbenua itu jauh lebih cepat.

"Selama tes, Avangard mencapai kecepatan Mach 27, atau sekitar 33.000 kilometer (20.500 mil) per jam," kata Wakil Perdana Menteri Yury Borisov dalam sambutannya di televisi seperti dikutip dari laman AFP, Jumat (28/12/2018).

Mach 1 adalah unit pengukuran yang setara dengan kecepatan suara. "Pada kecepatan ini, tidak ada satu pun rudal intersepter yang dapat menembak jatuh," jelas Borisov.

Ia juga mengklaim bahwa tidak mungkin untuk memprediksi pergerakan rudal, yang berarti pertahanan rudal praktis sudah usang.

Putin menyebut tes akhir sebagai "keberhasilan mutlak," dan mengatakan Avangard akan dikerahkan tahun depan.

Bell, sebuah outlet media independen, mengatakan Putin sangat gembira dengan tes hari Rabu sehingga ia memberi tahu pengusaha Rusia tentang mereka di kemudian hari dan mengatakan bahwa tidak ada yang bisa mengancam Rusia sekarang karena memiliki senjata canggih.

Pekan lalu Putin menyusun rencana bagi Moskow untuk mengembangkan rudal jarak menengah yang dilarang di bawah perjanjian Perang Dingin dengan Amerika Serikat jika Washington meninggalkan perjanjian Perjanjian Kekuatan Nuklir Jarak Menengah (INF).

Perjanjian bilateral itu melarang peluncuran rudal jarak pendek dan menengah di darat, tetapi bukan yang diluncurkan dari udara atau laut.

Putin mengatakan bahwa Seaborne Kalibr dan rudal jelajah Kh-101 yang diluncurkan dari udara - dan rudal hipersonik lain yang dijuluki Kinzhal (Belati) - akan diadaptasi untuk peluncuran darat jika Washington mengabaikan perjanjian INF.

Rusia dan AS saling menuduh telah melanggar perjanjian INF. Saling tuding ini berujung pada niatan AS untuk keluar dari perjanjian yang ditandatangi pada era Perang Dingin tersebut.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3800 seconds (0.1#10.140)