Di Depan AS Cs, Jenderal China Ini Keras soal Taiwan dan Laut China Selatan
loading...
A
A
A
QINGDAO - Jenderal Zhang Youxia, salah satu pemimpin militer China, menyampaikan sikap keras terhadap krisis Taiwan dan sengketa wilayah Laut China Selatan.
Itu disampaikan di forum Angkatan Laut internasional pada hari Senin yang dihadiri utusan sejumlah negara, termasuk dari Amerika Serikat (AS) dan sekutunya.
Forum dua tahunan Simposium Angkatan Laut Pasifik Barat yang ke-19 dibuka di Qingdao, tempat kekuatan utara Angkatan Laut China bermarkas—memberikan latar belakang yang jelas terhadap ekspansi militer Beijing secara besar-besaran selama dua dekade terakhir yang telah menyaksikan China membangun atau memperbarui tiga kapal induk.
Forum dua hari tersebut telah menarik perwakilan dari negara-negara mitra dan pesaing termasuk Australia, Kamboja, Chile, Prancis, India dan Amerika Serikat dan terjadi di tengah meningkatnya ketegangan atas tindakan tegas China di Selat Taiwan, di Laut China Selatan, dan di Laut China Timur.
Angkatan Laut China saat ini telah berkembang menjadi yang terbesar di dunia berdasarkan jumlah lambung kapal.
Jenderal Zhang Youxia, wakil ketua Komisi Militer Pusat Partai Komunis China yang berkuasa, yang mengendalikan angkatan bersenjata, berbicara tentang “pembangunan bersama”.
"Pemisahan, gesekan dan konfrontasi hanya akan membagi dunia menjadi pulau-pulau terpencil yang saling menjaga dengan kecurigaan," katanya, seperti dikutip AP, Selasa (23/4/2024).
Kemudian sang jenderal beralih ke klaim teritorial China, yang belum diakui berdasarkan hukum internasional dan dalam beberapa kasus telah ditolak.
Beijing telah mengabaikan keputusan-keputusan yang tidak menguntungkannya, khususnya di Laut China Selatan, di mana China sedang berselisih dengan lima pihak lainnya mengenai pulau, saluran air, dan sumber daya bawah laut.
Jepang terus mempertahankan kendalinya atas rangkaian pulau Senkaku yang tidak berpenghuni, yang disebut Diaoyu oleh China, di Laut China Timur, dari serangan Coast Guard China.
Taiwan pekan lalu memperkuat pijakannya di Laut China Selatan yang disengketakan dengan membangun komunikasi satelit antara pulau utama dan garnisunnya di Pulau Taiping, yang juga dikenal sebagai Itu Aba—daratan terbesar di rangkaian Pulau Spratly yang diperebutkan.
Tiongkok telah menciptakan tujuh pulau buatan di wilayah tersebut dengan menumpuk pasir dan semen di terumbu karang dan melengkapinya dengan landasan udara dan infrastruktur militer lainnya.
"Kedaulatan teritorial China tidak membiarkan pelanggaran dan kepentingan intinya tidak dapat diganggu gugat. Kami tidak memprovokasi masalah, tapi kami tidak akan pernah gentar menghadapi provokasi. Militer China akan dengan tegas membela reunifikasi dan kepentingan tanah air," kata Jenderal Zhang, mengacu pada Taiwan.
Zhang pernah berbicara di masa lalu tentang tekad Beijing untuk mengambil kendali pulau Taiwan yang mempunyai pemerintahan sendiri, yang diklaimnya sebagai wilayah China, dan menggunakan kekerasan jika diperlukan.
Dengan ekonomi dan teknologi tinggi yang sangat penting, Taiwan telah membangun pertahanannya sendiri dan dengan bantuan dari AS, di mana Kongres Amerika pada akhir pekan lalu menyetujui bantuan militer senilai USD8 miliar untuk Taiwan dan Indo-Pasifik.
Taiwan juga sedang membangun kapal selam dan pesawat latihnya sendiri serta menunggu pengiriman versi upgrade pesawat tempur F-16, tank tempur, dan perangkat keras lainnya dari AS.
Zhang tampaknya menekan pendekatan unilateralis China terhadap hubungan luar negeri dan konflik militer seperti yang dianut oleh Xi Jinping, komandan tertinggi militer, pemimpin Partai Komunis dan kepala negara seumur hidup, yang telah menghilangkan semua perbedaan pendapat.
"China tetap berkomitmen untuk menyelesaikan sengketa maritim dengan negara-negara yang berkepentingan langsung melalui konsultasi persahabatan, namun kami tidak akan membiarkan itikad baik kami disalahgunakan,” kata Zhang.
“Khususnya mengenai republik kepulauan Taiwan yang mempunyai pemerintahan sendiri. Kami akan mengambil tindakan yang dibenarkan untuk membela hak-hak kami sesuai dengan hukum.”
Komentar Zhang ini menyusul perombakan besar-besaran di militer China dalam beberapa bulan terakhir yang mengakibatkan hilangnya mantan Menteri Pertahanan Li Shangfu dan beberapa perwira tinggi di korps rudal yang masih belum dapat dijelaskan.
Yang juga akan berbicara pada pertemuan tersebut adalah kepala Angkatan Laut Rusia yang baru diangkat, Laksamana Alexander Moiseyev, kata Kementerian Pertahanan Rusia pada hari Senin, menurut kantor berita Interfax.
Menurut laporan tersebut, Moiseyev bertemu dengan Laksamana Hu Zhongming, komandan Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat China, di Qingdao pada hari Minggu, dan mereka sepakat untuk kerja sama lebih lanjut dalam pencarian dan penyelamatan.
“Kedua belah pihak menekankan pentingnya pengembangan lebih lanjut kerja sama antara armada kedua negara untuk mendukung keamanan dan stabilitas lautan dunia,” tulis Interfax.
China menolak mengkritik invasi penuh Rusia ke Ukraina dan telah mengadakan beberapa putaran latihan dengan Angkatan Laut Rusia dan cabang angkatan bersenjata lainnya, sebagai bagian dari penyelarasan postur militer dan politik mereka untuk membentuk front bersama melawan kekuatan liberal Barat pimpinan AS.
Itu disampaikan di forum Angkatan Laut internasional pada hari Senin yang dihadiri utusan sejumlah negara, termasuk dari Amerika Serikat (AS) dan sekutunya.
Forum dua tahunan Simposium Angkatan Laut Pasifik Barat yang ke-19 dibuka di Qingdao, tempat kekuatan utara Angkatan Laut China bermarkas—memberikan latar belakang yang jelas terhadap ekspansi militer Beijing secara besar-besaran selama dua dekade terakhir yang telah menyaksikan China membangun atau memperbarui tiga kapal induk.
Forum dua hari tersebut telah menarik perwakilan dari negara-negara mitra dan pesaing termasuk Australia, Kamboja, Chile, Prancis, India dan Amerika Serikat dan terjadi di tengah meningkatnya ketegangan atas tindakan tegas China di Selat Taiwan, di Laut China Selatan, dan di Laut China Timur.
Angkatan Laut China saat ini telah berkembang menjadi yang terbesar di dunia berdasarkan jumlah lambung kapal.
Jenderal Zhang Youxia, wakil ketua Komisi Militer Pusat Partai Komunis China yang berkuasa, yang mengendalikan angkatan bersenjata, berbicara tentang “pembangunan bersama”.
"Pemisahan, gesekan dan konfrontasi hanya akan membagi dunia menjadi pulau-pulau terpencil yang saling menjaga dengan kecurigaan," katanya, seperti dikutip AP, Selasa (23/4/2024).
Kemudian sang jenderal beralih ke klaim teritorial China, yang belum diakui berdasarkan hukum internasional dan dalam beberapa kasus telah ditolak.
Beijing telah mengabaikan keputusan-keputusan yang tidak menguntungkannya, khususnya di Laut China Selatan, di mana China sedang berselisih dengan lima pihak lainnya mengenai pulau, saluran air, dan sumber daya bawah laut.
Jepang terus mempertahankan kendalinya atas rangkaian pulau Senkaku yang tidak berpenghuni, yang disebut Diaoyu oleh China, di Laut China Timur, dari serangan Coast Guard China.
Taiwan pekan lalu memperkuat pijakannya di Laut China Selatan yang disengketakan dengan membangun komunikasi satelit antara pulau utama dan garnisunnya di Pulau Taiping, yang juga dikenal sebagai Itu Aba—daratan terbesar di rangkaian Pulau Spratly yang diperebutkan.
Tiongkok telah menciptakan tujuh pulau buatan di wilayah tersebut dengan menumpuk pasir dan semen di terumbu karang dan melengkapinya dengan landasan udara dan infrastruktur militer lainnya.
"Kedaulatan teritorial China tidak membiarkan pelanggaran dan kepentingan intinya tidak dapat diganggu gugat. Kami tidak memprovokasi masalah, tapi kami tidak akan pernah gentar menghadapi provokasi. Militer China akan dengan tegas membela reunifikasi dan kepentingan tanah air," kata Jenderal Zhang, mengacu pada Taiwan.
Zhang pernah berbicara di masa lalu tentang tekad Beijing untuk mengambil kendali pulau Taiwan yang mempunyai pemerintahan sendiri, yang diklaimnya sebagai wilayah China, dan menggunakan kekerasan jika diperlukan.
Dengan ekonomi dan teknologi tinggi yang sangat penting, Taiwan telah membangun pertahanannya sendiri dan dengan bantuan dari AS, di mana Kongres Amerika pada akhir pekan lalu menyetujui bantuan militer senilai USD8 miliar untuk Taiwan dan Indo-Pasifik.
Taiwan juga sedang membangun kapal selam dan pesawat latihnya sendiri serta menunggu pengiriman versi upgrade pesawat tempur F-16, tank tempur, dan perangkat keras lainnya dari AS.
Zhang tampaknya menekan pendekatan unilateralis China terhadap hubungan luar negeri dan konflik militer seperti yang dianut oleh Xi Jinping, komandan tertinggi militer, pemimpin Partai Komunis dan kepala negara seumur hidup, yang telah menghilangkan semua perbedaan pendapat.
"China tetap berkomitmen untuk menyelesaikan sengketa maritim dengan negara-negara yang berkepentingan langsung melalui konsultasi persahabatan, namun kami tidak akan membiarkan itikad baik kami disalahgunakan,” kata Zhang.
“Khususnya mengenai republik kepulauan Taiwan yang mempunyai pemerintahan sendiri. Kami akan mengambil tindakan yang dibenarkan untuk membela hak-hak kami sesuai dengan hukum.”
Komentar Zhang ini menyusul perombakan besar-besaran di militer China dalam beberapa bulan terakhir yang mengakibatkan hilangnya mantan Menteri Pertahanan Li Shangfu dan beberapa perwira tinggi di korps rudal yang masih belum dapat dijelaskan.
Yang juga akan berbicara pada pertemuan tersebut adalah kepala Angkatan Laut Rusia yang baru diangkat, Laksamana Alexander Moiseyev, kata Kementerian Pertahanan Rusia pada hari Senin, menurut kantor berita Interfax.
Menurut laporan tersebut, Moiseyev bertemu dengan Laksamana Hu Zhongming, komandan Angkatan Laut Tentara Pembebasan Rakyat China, di Qingdao pada hari Minggu, dan mereka sepakat untuk kerja sama lebih lanjut dalam pencarian dan penyelamatan.
“Kedua belah pihak menekankan pentingnya pengembangan lebih lanjut kerja sama antara armada kedua negara untuk mendukung keamanan dan stabilitas lautan dunia,” tulis Interfax.
China menolak mengkritik invasi penuh Rusia ke Ukraina dan telah mengadakan beberapa putaran latihan dengan Angkatan Laut Rusia dan cabang angkatan bersenjata lainnya, sebagai bagian dari penyelarasan postur militer dan politik mereka untuk membentuk front bersama melawan kekuatan liberal Barat pimpinan AS.
(mas)