Hacker China Curi Rencana Proyek Rudal Kontraktor Militer AS

Sabtu, 15 Desember 2018 - 04:17 WIB
Hacker China Curi Rencana Proyek Rudal Kontraktor Militer AS
Hacker China Curi Rencana Proyek Rudal Kontraktor Militer AS
A A A
WASHINGTON - Para peretas China mencuri informasi militer Amerika Serikat (AS) sifatnya rahasia termasuk rencana proyek rudal dari para kontraktor yang bekerja untuk Angkatan Laut Amerika. Serangan siber kelompok hacker terhadap para kontraktor itu terjadi dalam 18 bulan terakhir.

Mengutip The Wall Street Journal, Sabtu (15/12/2018), Sekretaris Angkatan Laut AS Richard Spencer telah memerintahkan peninjauan ancaman keamanan siber.

Tinjauan itu sebagai tindak lanjut laporan tentang pencurian rencana proyek rudal anti-kapal supersonik yang akan digunakan oleh kapal selam. Rencana untuk proyek rudal dicuri pada bulan Juni selama serangan peretasan terhadap kontraktor untuk US Naval Undersea Warfare Center (Pusat Peperangan Bawah Laut Angkatan Laut AS) di Rhode Island.

Pada bulan Januari dan Februari, para peretas mencuri 64 gigabyte data sensitif yang tersimpan di jaringan komputer milik kontraktor pertahanan yang tidak disebutkan namanya.

Pemerintah AS belum secara pasti menghubungkan serangan peretasan ini dengan pemerintah China. Namun, laporan itu menyatakan bahwa beberapa malware terbukti dikendalikan oleh komputer di Provinsi Hainan, China.

Para peretas juga menggunakan alat peretasan yang telah digunakan oleh kelompok peretas yang berafiliasi dengan pemerintah China di masa lalu.

Para ahli keamanan siber telah mengaitkan serangan siber terhadap Angkatan Laut AS dengan kelompok peretas China bernama "Temp.Periscope" atau "Leviathan".

Kelompok hacker itu dikenal menggunakan apa yang disebut dengan "phishing" email, di mana serangan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi login menggunakan pesan email menyesatkan dan situs web palsu.

Peretas sering menargetkan kontraktor dan pemasok ketimbang organisasi militer inti karena kontraktor lebih mungkin memiliki pertahanan keamanan siber yang lemah.

Lockheed Martin, salah satu kontraktor pertahanan terbesar di dunia, mengatakan pada tahun 2011 bahwa sistem komputernya telah dilanggar oleh peretas. Perusahaan itu terpaksa mengganti 45.000 token keamanan setelah peretas menggunakan kerentanan di perangkat untuk mendapatkan akses ke jaringan komputer Lockheed Martin.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4075 seconds (0.1#10.140)