WhatsApp Khashoggi: Putra Mahkota Saudi 'Pac-Man' yang Haus Kekuasaan

Senin, 03 Desember 2018 - 13:03 WIB
WhatsApp Khashoggi: Putra Mahkota Saudi Pac-Man yang Haus Kekuasaan
WhatsApp Khashoggi: Putra Mahkota Saudi 'Pac-Man' yang Haus Kekuasaan
A A A
WASHINGTON - Jamal Khashoggi, jurnalis Riyadh yang dimutilasi di Konsulat Arab Saudi di Istanbul, rutin berkirim pesan WhatsApp dengan aktivis senegaranya yang berada di Kanada. Banyak pesan yang dikirim berisi kritik keras terhadap Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS).

Akitivis yang rutin berkorespondensi dengan Khashoggi itu bernama Omar Abdulaziz. Keduanya saling berkirim pesan WhatsApp dari Oktober 2017 hingga Agustus 2018. Khashoggi sendiri dibunuh pada 2 Oktober 2018.

Ada lebih dari 400 pesan WhatsApp sang jurnalis yang disingkap oleh CNN. Salah satu pesan Khashoggi itu menggambarkan MBS sebagai anak emas Kerajaan Saudi yang dia sebut seperti sosok "Pac-Man" yang haus akan korban dan kekuasaan.

Dalam satu pesan yang dikirm bulan Mei 2018 atau setelah beberapa aktivis Saudi ditangkap, jurnalis itu menulis pesan; "Penangkapan tidak dibenarkan dan itu tidak melayaninya...tetapi tirani tidak memiliki logika, tetapi dia mencintai kekuasaan, penindasan dan kebutuhan untuk memamerkannya."

“Dia seperti binatang 'Pac-Man', semakin banyak korban yang dia makan, semakin banyak yang dia inginkan. Saya tidak akan terkejut bahwa penindasan akan menjangkau bahkan mereka yang mendukungnya...Tuhan tahu," lanjut pesan tersebut.

Abdelaziz mengatakan kepada CNN bahwa dia yakin ponselnya diretas oleh otoritas Saudi beberapa bulan sebelum Khashoggi dibunuh secara brutal di dalam gedung konsulat di Istanbul.

Khashoggi—saat pembunuhan terjadi—sejatinya sedang mengurus surat-surat yang diperlukan untuk menikahi tunangannya asal Turki, Hetice Cengiz.

"Peretasan ponsel saya memainkan peran besar dalam apa yang terjadi pada Jamal, saya benar-benar minta maaf untuk mengatakan..," kata Abdelaziz kepada CNN. "Rasa bersalah ini membunuhku," ujarnya, yang dilansir Senin (3/12/2018).

Selama pertukaran pesan WhastApp yang hampir setiap hari dari Oktober 2017 hingga Agustus 2018, keduanya memiliki rencana untuk membentuk "pasukan online" untuk melibatkan para pemuda Saudi.

Pada bulan Agustus, Abdulaziz mengatakan kepada Business Insider bahwa Saudi telah menargetkan dua saudara laki-lakinya dan beberapa teman-temannya sebagai tanggapan terhadap aktivitas politiknya.

Abdulaziz adalah suara yang kuat di Twitter dengan lebih dari 341.000 follower. Dia telah berbicara beberapa kali menentang monarki Saudi dan catatan hak asasi manusia kerajaan yang buruk.

Pada bulan Agustus dia mengklaim otoritas Saudi mendekati beberapa teman dan keluarganya. Pendekatan itu dalam upaya untuk memberangus Abdulaziz dan menghentikan kritiknya terhadap pemerintah yang dia lakukan dari kediamannya di Montreal.

Abdulaziz mengajukan permohonan suaka politik kepada Kanada pada tahun 2014 dengan alasan bahwa kritiknya terhadap Saudi menimbulkan risiko keamanan. Permohonannya disetujui dan dia diberikan residensi permanen di Kanada pada tahun 2017.

"Saya takut untuk kembali ke negara saya," katanya kepada Business Insider. "Saya tahu bahwa jika saya kembali, saya akan dipenjara."

Hubungan Kanada dengan kerajaan Saudi sedang tegang. Pada bulan Agustus, Menteri Luar Negeri Kanada Chrystia Freeland mengumumkan catatan hak asasi manusia Saudi dalam sebuah tweet setelah tindakan keras terhadap para aktivis.

Tanggapan dari Saudi kala itu dramatis. Riyadh mengusir duta besar Kanada, membekukan kesepakatan perdagangan, membatalkan penerbangan ke Toronto dan menarik pulang ribuan mahasiswa dari lembaga-lembaga di Kanada.

Abdulaziz sendiri diketahui telah mengajukan gugatan terhadap perusahaan perangkat lunak Israel yang diyakini membantu pemerintah Saudi untuk memantau dirinya melalui Spyware. Pemantauan terhadap Abdulaziz itu termasuk urusannya dengan Khashoggi.

Amnesty International baru-baru ini juga menuduh perusahaan teknologi, NSO Group, membantu Saudi untuk memata-matai salah satu staf mereka.

Dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan oleh The New York Times, NSO Group mengatakan bahwa produknya "dilisensikan bagi pengguna dalam menyediakan pemerintah dan lembaga penegak hukum untuk secara sah melawan terorisme dan kejahatan."

Namun, perusahaan itu mengklaim penyalahgunaan perangkat lunaknya tidak ditoleransi. "Jika ada kecurigaan penyalahgunaan, kami menyelidikinya dan mengambil tindakan yang tepat, termasuk menangguhkan atau mengakhiri kontrak," kata perusahaan itu dalam pernyataan.

Spyware—yang dikenal sebagai Pegasus—mampu membaca pesan teks, melacak panggilan dan riwayat penggunaan internet, mengumpulkan kata sandi, melacak lokasi telepon, dan mengumpulkan informasi dari aplikasi. Ini juga dapat mengaktifkan penggunaan mikrofon dan kamera ponsel sebagai perangkat pengawasan.

Pengungkapan pesan WhatsApp Khashoggi dan Abdulaziz diungkap ketika Pangeran Mohammed bin Salman dilaporkan mengirim setidaknya 11 pesan ke penasihat terdekatnya yang telah dikaitkan pembunuhan Khashoggi.

Menurut Wall Street Journal, yang mengutip penilaian CIA, menyatakan Putra Mahkota MBS juga diduga mengatakan kepada para penasihatnya pada Agustus 2017 bahwa jika gagal membujuk Khashoggi untuk kembali ke Arab Saudi, maka mungkin bisa untuk memancingnya di luar Arab Saudi.

WSJ mengklaim telah meninjau kutipan dari dokumen CIA yang sangat rahasia, yang mengandalkan penyadapan elektronik dan informasi rahasia lainnya. Penyadapan itulah yang menjadi dasar CIA meyakini bahwa MBS secara pribadi menargetkan Khashoggi dan kemungkinan memerintahkan pembunuhannya.

Pemerintah Arab Sudi telah tegas membantah bahwa Pangeran MBS terlibat dalam pembunuhan Khashoggi. Jaksa Penuntut Umum Saudi menyatakan, pembunuhan terhadap jurnalis itu adalah hasil "operasi nakal" yang melibatkan oknum intelijen dan tanpa sepengetahuan Pangeran MBS. Sekitar 18 orang telah ditangkap dalam kasus itu, dan lima tersangka utama akan dituntut hukuman mati.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5385 seconds (0.1#10.140)