Lieberman, Eks Menhan Israel yang Serukan Gaza Dibom Nuklir

Kamis, 15 November 2018 - 05:31 WIB
Lieberman, Eks Menhan Israel yang Serukan Gaza Dibom Nuklir
Lieberman, Eks Menhan Israel yang Serukan Gaza Dibom Nuklir
A A A
TEL AVIV - Avigdor Lieberman telah mengundurkan diri sebagai Menteri Pertahanan (menhan) Israel. Namun, dia meninggalkan jejak retorika mengerikan yang menguatkan citranya sebagai politisi sayap kanan Israel.

Berbagai retorika yang pernah dia lontarkan antara lain menyerukan untuk membom Mesir, memenggal orang-orang Arab di Israel yang tak setia, hingga membom nuklir kelompok Hamas di Jalur Gaza, Palestina agar jera seperti nasib Jepang yang dibom atom Amerika Serikat (AS) saat Perang Dunia II.

Lieberman, pendiri partai sayap kanan Israel, Yisrael Beiteinu, mengundurkan diri sebagai menteri pertahanan pada hari Rabu sebagai sikapnya yang menolak gencatan senjata antara pemerintah dengan kelompok Hamas di Gaza. Baginya, Hamas adalah "kapitulasi teror".

Lantaran ucapan-ucapannya yang mengerikan, Lieberman pernah disindir di kalangan politisi Arab-Israel sebagai sosok "ISIS Yahudi".

Berikut sejumlah ucapan-ucapan Lieberman yang terkesan mengumbar fasisme, sebagaimana dikutip Russia Today, Kamis (15/11/2018).

Penggal Orang Arab yang Tak Setia

Lieberman dianggap sebagai satu-satunya menteri Israel yang pernah menyerukan pemenggalan warga Arab di negara mayoritas Yahudi tersebut. Berbicara pada rapat umum pemilu Maret 2015, Lieberman yang saat itu menjabat sebagai menteri luar negeri Israel mengatakan bahwa minoritas Arab Israel, yang merupakan 20 persen dari populasi negara itu, harus menunjukkan kesetiaan kepada negara atau menghadapi konsekuensi.

"Mereka yang melawan kita, tidak ada yang harus dilakukan, kita perlu mengambil kapak dan memotong kepalanya. Kalau tidak, kita tidak akan bertahan di sini," katanya.

Pernyataan provokatif itu tidak diterima dengan baik. Kalangan legislator Arab-Israel yang menuntut penyelidikan atas komentar-komentar tersebut. Lieberman pun dijuluki sebagai sosok "ISIS Yahudi".

Baru-baru ini, Lieberman mengatakan bahwa orang-orang Arab Israel yang memprotes keputusan Washington untuk merelokasi kedutaannya dari Tel Aviv ke Yerusalem bukan warga Israel."Dan bertindak untuk menyakiti kita dan menghancurkan kita dari dalam," katanya, yang menyerukan boikot ekonomi terhadap Wadi Ara, sebuah kota Israel yang dihuni kalangan warga Arab.

Tenggelamkan Tahanan Palestina di Laut Mati
Sikap Lieberman terhadap orang-orang Arab telah menjadi kebijakan politik yang paling konsisten. Pada bulan Juli 2003, dia menyerukan agar para tahanan Palestina ditenggelamkan ke Laut Mati.
Usulnya membuat marah anggota-anggota Parlemen atau Knesset dari kalangan Arab. Gagasan itu dianggap sebagai ide fasisme.

Isyaratkan Membom Nuklir Gaza
Penolakan Lieberman terhadap gencatan senjata antara Israel dan Hamas tidak mengejutkan. Di masa lalu, dia menunjukkan kebenciannya pada faksi Palestina yang berkuasa di Jalur Gaza tersebut.
Pada Januari 2009, Lieberman mengatakan bahwa Hamas harus dibuat agar "kehilangan keinginan untuk berperang". Menurutnya, Israel harus melihat perang Amerika Serikat dengan Imperial Japan sebagai contoh.

"Kita harus terus memerangi Hamas seperti yang dilakukan Amerika Serikat dengan Jepang dalam Perang Dunia II," katanya kala itu. Itu berarti dia menyarankan Israel untuk menjatuhkan bom nuklir atau pun bom atom di Gaza.

Menurutnya, militer AS mampu mengalahkan Jepang tanpa menduduki daratan negara Asia itu. Komentar itu menguatkan isyarat halus pada penggunaan bom atom Amerika untuk memaksa Jepang menyerah tanpa syarat.

Hamas telah merayakan pengunduran diri Lieberman. Kelompok itu menggambarkan pengunduran diri Lieberman sebagai kemenangan politik bagi perlawanan Palestina.

Serukan Israel Membom Mesir

Pada tahun 2001, politisi Israel itu mengusulkan pemboman terhadap Dam Aswan, Mesir, jika pemimpin Mesir Hosni Mubarak menempatkan pasukan di Sinai. "Mubarak terus bertindak melawan kami dan melakukan perjalanan untuk konsultasi dengan Saddam Hussein," katanya, saat itu.

"Jika dia melakukan ancamannya dan menempatkan pasukan ke Sinai, itu akan menjadi contoh (melintasi) garis merah yang harus kita tanggapi dengan kuat, termasuk dengan membom Dam Aswan," ujar Lieberman.

Seruan itu pernah dikritik Juan Cole, Profesor Michigan University."Operasi militer akan membunuh 80 juta orang Mesir dan menyapu mereka ke Mediterania dalam tsunami Afrika kontinental yang luas," katanya.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4950 seconds (0.1#10.140)