Israel dan Hamas Sepakati Gencatan Senjata di Gaza

Rabu, 14 November 2018 - 08:20 WIB
Israel dan Hamas Sepakati Gencatan Senjata di Gaza
Israel dan Hamas Sepakati Gencatan Senjata di Gaza
A A A
GAZA - Hamas dan kelompok militan Palestina lainnya menyepakati perjanjian gencatan senjata selama dua hari di Gaza yang disponsori oleh Mesir. Pertempuran sengit meletus di Gaza setelah pasukan khusus Israel gagal melakukan penyerangan dari dalam Gaza.

Hamas dan kelompok militan kecil lainnya merilis pernyataan yang mengatakan mereka telah menerima kesepakatan yang ditengahi oleh PBB dan Mesir seperti dikutip dari The Guardian, Rabu (14/11/2018).

Tidak ada komentar dari Israel, tetapi setelah malam tiba, serangan roket dan serangan udara Israel telah berhenti.

Pengumuman ini berhasil menghentikan sementara aksi kekerasan di mana kedua belah pihak meluncurkan sejumlah pemboman dan serangan balasan. Penduduk Israel bersembunyi semalaman di tempat perlindungan dari hujan rocket tanpa henti dan warga Palestina meringkuk di ruang bawah tanah dari serangan udara yang menggelegar.

Militer Israel mengatakan sekitar 400 roket dan mortir telah ditembakkan dari Gaza sejak Senin sore, kemungkinan jumlah ini adalah konsentrasi tertinggi yang diluncurkan dalam periode seperti itu dari daerah kantong, dan pesawat tempurnya telah melakukan lebih dari 100 pengeboman.

Petugas medis di Gaza mengatakan lima orang tewas, dua di antaranya adalah militan. Di kota pesisir Israel Ashkelon, seorang warga sipil berusia 40 tahun tewas ketika sebuah roket menghantam sebuah bangunan. Kemudian diketahui jika pria itu adalah warga Palestina dari Tepi Barat yang diduduki yang tinggal di Israel. Dua puluh warga Israel terluka dalam pertumpahan darah terakhir.

Israel dan Hamas telah melakukan jual beli serangan balasan secara teratur selama beberapa bulan terakhir. Hamas kerap meluncurkan roket sebagai tanggapan penembakan tentara Israel atas aksi protes mingguan di perbatasan, di mana Palestina menyerukan diakhirinya blokade, atau dari posisi Hamas.

Kekerasan terbaru ini, yang paling intens hingga saat ini, meletus setelah serangan Israel pada hari Minggu. Setelah diekspos di pos pemeriksaan militan, tim rahasia Israel membunuh seorang komandan Hamas dan melarikan diri dengan helikopter, kata saksi. Tujuh pejuang Hamas dan seorang letnan kolonel Israel tewas dalam kekacauan itu. Dalam beberapa jam, militan Hamas kemudian meluncurkan roket sebagai jawaban.

Tingkat serangan telah terkatung-katung. Israel sebelumnya telah fokus pada posisi militer Hamas di daerah terbuka tetapi, pada hari Selasa, penduduk mengatakan tiga bangunan perumahan besar di dalam lingkungan padat penduduk di Kota Gaza sekarang menjadi puing.

Jet mengebom kompleks keamanan internal utama Hamas di Gaza tetapi Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan bahwa mereka telah meledakkan situs yang digunakan untuk tujuan sipil, seperti gedung televisi yang dikuasai Hamas dan struktur yang katanya digunakan untuk tujuan militer tetapi juga menjadi taman kanak-kanak.

Penduduk di Gaza melaporkan bahwa Israel telah meluncurkan serangan peringatan low-yield munition, yang disebut penduduk setempat sebagai "pukulan atap", pada target sebelum membom mereka. Ini memberi warga sipil beberapa menit untuk membersihkan struktur sebelum hancur dan mungkin menghitung jumlah kematian yang relatif rendah.

Sementara kelompok Hamas memperingatkan akan mulai menembakkan rudal jarak jauh menuju kota-kota jauh Asdod dan Be’er Sheva jika Israel melanjutkan serangannya.

“Apa yang telah terjadi sejauh ini adalah pembalasan tradisional yang diharapkan musuh kita. Dalam beberapa jam ke depan, apa yang musuh kita tidak harapkan akan terjadi,” kata kelompok itu.

Menurut IDF, Hamas dan faksi militan kecil lainnya di Gaza telah menimbun sekitar 20.000 mortir dan roket.

"Sayangnya, mereka tidak mendekati akhir kemampuan mereka," kata juru bicara IDF Letnan Kolonel Jonathan Conricus.

Sistem pertahanan rudal Iron Dome negara itu mampu mencegat sekitar 100 roket tetapi tampaknya kewalahan oleh intensitas peluncuran. Israel mengirim pasukan tambahan ke perbatasan itu pada Selasa karena para mediator internasional mengajukan banding untuk menahan diri.

"Eskalasi dalam 24 jam terakhir sangat berbahaya dan sembrono," kata Nickolay Mladenov, utusan PBB untuk perdamaian Israel-Palestina.

"Roket harus berhenti, sikap menahan diri harus ditunjukkan oleh semua pihak," imbuhnya.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, telah mendapat tekanan kuat selama beberapa minggu terakhir dari beberapa di pemerintahannya sendiri yang menyerukan kebijakan yang lebih agresif terhadap Gaza.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3072 seconds (0.1#10.140)