AS Siap Perbaiki Hubungan dengan Korut

WASHINGTON - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Mike Pompeo mengatakan, Washington siap mengubah hubungannya dengan Korea Utara (Korut) secepatnya. Hubungan kedua negara yang sempat mesra pasca pertemuan Presiden AS Donald Trump dengan Pemimpin Korut Kim Jong-un di Singapura membeku seiring buntunya negosiasi denuklirisasi Korut.

"Amerika Serikat memberi selamat kepada Presiden Moon Jae-in dan Ketua Kim Jong-un untuk hasil yang sukses dari pertemuan puncak mereka di Pyongyang," kata Pompeo dalam sebuah pernyataan menanggapi pertemuan antara Presiden Korea Selatan (Korsel) dengan Pemimpin Korut.

"Kami menyambut pernyataan Presiden Moon dan Ketua Kim tentang pernyataan bersama Singapura mengenai denuklirisasi lengkap Semenanjung Korea," sambungnya.

"Atas dasar komitmen penting ini, Amerika Serikat siap untuk segera terlibat dalam negosiasi untuk mengubah hubungan AS-DPRK,"ujarnya menggunakan akronim dari nama resmi Korut, Republik Demokratik Rakyat Korea.

"Pagi ini, saya mengundang Menteri Luar Negeri Ri Yong-ho untuk bertemu di New York City minggu depan di mana kami berdua sudah dijadwalkan untuk hadir di pertemuan Majelis Umum PBB," sambungnya.

"Demikian juga, kami telah mengundang perwakilan Korea Utara untuk bertemu Perwakilan Khusus kami untuk Korea Utara, Stephen Biegun, di Wina, Austria pada kesempatan paling awal," tukas Pompeo seperti dikutip dari Xinhua, Kamis (20/9/2018).

Pompeo mencatat ini akan menandai awal negosiasi untuk mengubah hubungan AS-Korut melalui proses denuklirisasi Pyongyang dan untuk membangun rezim perdamaian yang abadi dan stabil di Semenanjung Korea.

Sebelumnya pada hari yang sama, Presiden AS Donald Trump mentweet bahwa buah dari pertemuan puncak itu "sangat menarik."

Baca Juga: Korut Umumkan Bongkar Situs Nuklir, Trump Puji Jong-un

Pemimpin utama Korut, Kim Jong-un dan Presiden Korsel Moon Jae-in pada hari Rabu menandatangani deklarasi bersama, menyetujui untuk mengambil langkah tambahan menuju Semenanjung Korea bebas dari senjata nuklir dan ancaman konflik bersenjata.