4 Negara Anti-Islam di Dunia
loading...
A
A
A
Undang-undang ini pertama kali diperkenalkan setelah pembunuhan mengerikan terhadap Samuel Paty, seorang guru yang dipenggal oleh seorang pengungsi Muslim Rusia berusia 18 tahun setelah dia menunjukkan kartun Charlie Hebdo yang menggambarkan Nabi Muhammad kepada murid-muridnya.
"Konsekuensinya bagi komunitas Muslim sangat merugikan," kata Talpin. Selain puluhan masjid yang terpaksa ditutup, organisasi Collective Against Islamophobia in France (CCIF) juga ditutup, dan beberapa badan amal Muslim dibubarkan.
“Ada perbedaan yang jelas dalam retorika yang kita dengar setelah setiap serangan besar di Perancis – ini adalah keharusan bagi Islam untuk berorganisasi, untuk bersatu dalam satu suara,” jelasnya.
Upaya untuk menciptakan “Islam di Prancis” – sebuah versi Islam yang sesuai dengan identitas Prancis – bukanlah hal baru.
“Pada saat yang sama, ketika umat Islam mencoba untuk berorganisasi secara kolektif dan tanpa mengikuti langkah-langkah pemerintah, hal itu dianggap mencurigakan,” katanya. “Ini adalah salah satu konsekuensi terbesar dari masa jabatan Macron – meningkatnya stigmatisasi terhadap Islam dan komunitasnya di Prancis.”
Foto/Reuters
Austria mengalami 1.324 insiden rasisme anti-Muslim dan Islamofobia pada 2022. Menurut Laporan Rasisme Anti-Muslim tahun 2022 yang dirilis oleh Pusat Dokumentasi dan Konseling Muslim Austria, sebagian besar serangan terjadi pada platform digital.
Laporan tersebut mengatakan 15,2% dari mereka yang menjadi sasaran rasisme anti-Muslim, serangan verbal dan fisik adalah laki-laki, sementara lebih dari dua kali lipatnya, yaitu 40,2%, adalah perempuan.
Angka tersebut juga menunjukkan bahwa dari serangan online, 92% merupakan ujaran kebencian terhadap Islam dan Muslim, sementara 5% merupakan hasutan.
Meskipun 81,6% serangan dilakukan di platform online, 38,9% di antaranya terjadi di berbagai bidang kehidupan sosial di Austria, tempat tinggal sekitar 700.000 Muslim.
"Konsekuensinya bagi komunitas Muslim sangat merugikan," kata Talpin. Selain puluhan masjid yang terpaksa ditutup, organisasi Collective Against Islamophobia in France (CCIF) juga ditutup, dan beberapa badan amal Muslim dibubarkan.
“Ada perbedaan yang jelas dalam retorika yang kita dengar setelah setiap serangan besar di Perancis – ini adalah keharusan bagi Islam untuk berorganisasi, untuk bersatu dalam satu suara,” jelasnya.
Upaya untuk menciptakan “Islam di Prancis” – sebuah versi Islam yang sesuai dengan identitas Prancis – bukanlah hal baru.
“Pada saat yang sama, ketika umat Islam mencoba untuk berorganisasi secara kolektif dan tanpa mengikuti langkah-langkah pemerintah, hal itu dianggap mencurigakan,” katanya. “Ini adalah salah satu konsekuensi terbesar dari masa jabatan Macron – meningkatnya stigmatisasi terhadap Islam dan komunitasnya di Prancis.”
2. Austria
Foto/Reuters
Austria mengalami 1.324 insiden rasisme anti-Muslim dan Islamofobia pada 2022. Menurut Laporan Rasisme Anti-Muslim tahun 2022 yang dirilis oleh Pusat Dokumentasi dan Konseling Muslim Austria, sebagian besar serangan terjadi pada platform digital.
Laporan tersebut mengatakan 15,2% dari mereka yang menjadi sasaran rasisme anti-Muslim, serangan verbal dan fisik adalah laki-laki, sementara lebih dari dua kali lipatnya, yaitu 40,2%, adalah perempuan.
Angka tersebut juga menunjukkan bahwa dari serangan online, 92% merupakan ujaran kebencian terhadap Islam dan Muslim, sementara 5% merupakan hasutan.
Meskipun 81,6% serangan dilakukan di platform online, 38,9% di antaranya terjadi di berbagai bidang kehidupan sosial di Austria, tempat tinggal sekitar 700.000 Muslim.