Kapal Selam Jepang Gelar Latihan Militer di Laut China Selatan

Selasa, 18 September 2018 - 16:14 WIB
Kapal Selam Jepang Gelar Latihan Militer di Laut China Selatan
Kapal Selam Jepang Gelar Latihan Militer di Laut China Selatan
A A A
TOKYO - Kapal selam Jepang untuk pertama kali bergabung latihan Angkatan Laut di Laut China Selatan. Langkah ini sebagai bentuk meluasnya aktivitas Tokyo di perairan konflik yang diklaim China dan negara-negara lain.

“Kapal selam Kuroshio itu terlibat latihan pada Kamis (13/9) dengan sejumlah kapal perang Jepang lainnya, termasuk kapal angkut helikopter Kaga yang sedang berlayar dua bulan di Asia Tenggara dan Samudera Hindia,” ungkap juru bicara Kementerian Pertahanan (Kemhan) Jepang dikutip kantor berita Reuters.

Ini pertama kalinya kapal selam Jepang menggelar latihan di Laut China Selatan. Latihan yang melibatkan kapal selam itu bertujuan menghindari deteksi dan digelar jauh dari pulau buatan China di perairan konflik tersebut. Meski demikian, latihan militer ini dapat membuat marah China karena kapal selam menjadi potensi ancaman lebih besar pada pelayaran di bandingkan kapal-kapal perang di permukaan laut.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) China Geng Shuang yang ditanya tentang latihan oleh Jepang itu menyatakan, “China mendorong negara eksternal terkait untuk menghormati upaya yang dibuat oleh negara-negara regional untuk menyelesaikan isu Laut China Selatan melalui perundingan. Aksi tanpa peringatan dan tidak mengambil aksi apa pun dapat merusak perdamaian dan stabilitas di kawasan,” kata Juru Bicara Kemlu China Geng Shuang.

China mengklaim seluruh kawasan Laut China Selatan. Brunei, Malaysia, Filipina dan Vietnam, juga memiliki klaim atas beberapa bagian wilayah itu.

Taiwan juga mengklaim kawasan maritim tersebut. Kapal-kapal angkatan laut dan stasiun pemantau China di kepulauan sengketa itu rutin menantang kapal-kapal dan pesawat asing yang melintas di wilayah tersebut. China menegaskan niatnya di Laut China Selatan adalah damai, tapi sikapnya semakin agresif membuat khawatir negara-negara lain.

Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) telah menggelar patroli kebebasan navigasi di Laut China Selatan. AS ingin melihat lebih banyak negara menantang China di perairan itu. Kawasan maritim itu sangat strategis karena menjadi jalur pelayaran perdagangan senilai USD3 triliun per tahun. Bulanlalu, kapal serbu amfibi Angkatan Laut Kerajaan Inggris, HMS Albion, berlayar dekat kepulauan yang diklaim Beijing di Laut China Selatan untuk menerapkan hak kebebasan navigasi.

Operasi pertama Inggris itu memicu protes keras dari China yang mengirim pesawat dan satu kapal perang mendekati kapal Inggris tersebut. Dalam pengumuman terpisah, Kemhan Jepang menyatakan, Kuroshio dengan kru 80 orang akan melakukan kunjungan pelabuhan selama lima hari di pangkalan Angkatan Laut strategis Vietnam di Cam Ranh Bay sejak kemarin.

Awal bulan ini, China untuk pertama kali mengikuti latihan maritim terbesar di Australia. Lebih dari 3.000 personel dari 27 negara terlibat dalam latihan bersama di dekat pelabuhan strategis Darwin tersebut. Latihan maritim Kakadu ini menggunakan 23 kapal dan kapal selam dari penjuru wilayah Indo-Pasifik.

Dengan latihan bersama ini, para negara peserta bisa membantu mencegah konflik di laut dan mengoordinasikan upaya pemulihan bencana. Komandan kapal frigate Australia HMAS Newcastle, Anita Sellick menjelaskan, dua pelaut Angkatan Laut Australia diterima di atas kapal frigate China Huangshan selama latihan tersebut.

“Dua pelaut Angkatan Laut Australia kami melintas, mereka sekarang di kapal China. Jadi, mereka berdua dapat berintegrasi dengan personel Angkatan Laut lain dan belajar sedikit tentang apa rasanya terlibat dalam Latihan Kakadu,” ungkap Sellick pada kantor berita Reuters, kemarin.

Komandan Armada Australia, Laksamana Muda Jonathan Mead, menjelaskan pada media di Darwin bahwa manfaat latihan ini adalah membangun pemahaman dan kepercayaan antara semua pihak yang terlibat. Pelaksanaan latihan militer gabungan ini akan berlanjut hingga 15 September. Latihan ini didukung Angkatan Udara Australia dan melibatkan 21 pesawat.

Darwin di pintu depan Asia itu menjadi kota paling strategis bagi Australia dan menjadi lokasi kontingen Marinir Amerika Serikat (AS) sejak 2011 sehingga menjadikannya tempat tepat untuk menggelar latihan.

Mengintegrasikan Angkatan Laut Tentara Pem bebasan Rakyat China dalam latihan bersama AS, Australia, Selandia Baru, dan Kanada untuk pertama kali memberi Beijing peluang memperbaiki kerja sama dengan negara-negara itu.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4346 seconds (0.1#10.140)