Banjir Rendam Korut, 22 Tewas dan Empat Hilang

Jum'at, 14 Agustus 2020 - 15:17 WIB
loading...
Banjir Rendam Korut, 22 Tewas dan Empat Hilang
Setidaknya 22 orang tewas dan empat lainnya hilang dalam banjir yang merendam Korea Utara. Foto/Reuters
A A A
SEOUL - Banjir besar di Korea Utara (Korut) telah menewaskan sedikitnya 22 orang dan menyebabkan empat lainnya hilang. Hal itu diungkapkan Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC).

Dalam pernyataan yang mengutip angka-angka dari pejabat Korut, IFRC mengatakan banjir juga telah menyebabkan kerusakan tanaman yang meluas, meningkatkan kekhawatiran akan kondisi ekonomi di negara yang sudah mengalami kekurangan pangan kronis.

Menurut IFRC, Palang Merah Korut memberikan bantuan untuk mendukung 2.800 keluarga, termasuk tenda keluarga untuk orang-orang yang paling berisiko, terpal, peralatan tempat tinggal, peralatan dapur, dan selimut untuk membantu orang-orang dengan kebutuhan mendesak mereka.

“Relawan Palang Merah DPRK juga menyediakan peralatan kebersihan, wadah air, dan tablet pemurni air, sambil terlibat dalam kegiatan pencegahan COVID-19,” kata IFRC seperti dikutip dari VOA, Jumat (14/8/2020).

Kantor berita milik pemerintah Korut, KCNA melaporkan, hampir 40.000 hektar tanaman telah rusak dan 17.000 rumah hancur atau tergenang.

"Banyak ruas jalan, jembatan dan rel kereta api rusak, bendungan pembangkit listrik runtuh dan ada kerusakan parah lainnya di berbagai sektor ekonomi nasional," bunyi laporan KCNA.

Semenanjung Korea telah mengalami musim hujan yang jauh lebih lama dari biasanya. Beberapa bagian wilayah Korea Selatan (Korsel) baru-baru ini mengalami hujan selama 49 hari berturut-turut, menyebabkan banjir dan tanah longsor yang menewaskan puluhan orang. (Baca: Banjir dan Tanah Longsor di Korsel Tewaskan 14 Orang )

Korut sangat rentan terhadap banjir. Negara ini kekurangan infrastruktur yang memadai dan menderita deforestasi yang meluas, yang sebagian diakibatkan oleh penebangan pohon untuk bahan bakar atau kayu bakar atau pembukaan lahan untuk pertanian.

Korsel juga menawarkan bantuan, sebagian dengan harapan bahwa bantuan kemanusiaan tersebut akan membantu mengarah pada hubungan diplomatik baru dengan Korut. Tetapi Leif-Eric Easley, seorang profesor di Universitas Ewha di Seoul, mengatakan bahwa sekarang tampaknya tidak mungkin. (Baca: Kim Jong-un Naik Mobil Mewah Sambangi Desa Dilanda Banjir )

“Penolakan publik Kim Jong-un atas bantuan internasional untuk pemulihan banjir, dan pencabutan karantina Covid-19 di kota perbatasan Kaesong, merupakan indikator negatif untuk kerja sama antar-Korea,” kata Easley.

Diwartakan sebelumnya, KCNA melaporkan bahwa penguncian Kaesong telah dicabut "berdasarkan verifikasi ilmiah dan jaminan oleh organisasi anti-epidemi profesional."

Korut telah melaporkan tidak ada kasus virus Corona yang dikonfirmasi, bahkan ketika negara itu melakukan tindakan ketat untuk mencegah penyebaran penyakit.

Pada pertemuan politbiro Kamis, pemimpin Korut Kim Jong-un mengindikasikan negaranya tidak akan menerima bantuan internasional untuk kerusakan akibat banjir, atau pun masalah virus Corona.

"Situasi, di mana penyebaran virus ganas di seluruh dunia menjadi lebih buruk, mengharuskan kami untuk tidak mengizinkan bantuan dari luar untuk kerusakan banjir tetapi menutup perbatasan lebih ketat dan melakukan pekerjaan anti-epidemi yang ketat," kata Kim Jong-un.
(ber)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1184 seconds (0.1#10.140)