Bintang Lapangan Taklukkan Panggung Politik

Senin, 27 Agustus 2018 - 13:20 WIB
Bintang Lapangan Taklukkan Panggung Politik
Bintang Lapangan Taklukkan Panggung Politik
A A A
Dari Status sebagai bintang olahraga kriket dan playboykelas ulung, Imran Ahmed Khan Niazi atau Imran Khan didaulat sebagai perdana menteri Pakistan. Pesonanya sebagai atlet selama dua dekade membantunya untuk memenang i pertarungan politik.

Pria kelahiran 5 Oktober 1952 ini mengukir manis namanya menjadi perdana menteri (PM) Pakistan pada Sabtu (18/8) lalu. Kemenangan Imran disebut-sebut sebagai pertama kalinya dalam empat dekade seorang politikus mampu mengalahkan status quo yang berurat berakar.

Kemenangannya banyak dikaitkan dengan berbagai kisah kehidupan yang dijalaninya. Seperti pernah mengantarkan Pakistan sebagai juara Piala Dunia Kriket 1992. Saat kampanye di media sosial pun, para pendukungnya menggunakan tanda pagar (tagar) #behindyouskipper. Frase ini merujuk pada saat Imran menjadi kapten kriket.

Beragam meme dan foto-foto dirinya saat menjadi atlet pada era akhir 1960-an hingga awal 1990-an juga beredar luas. Para pemilih pemula juga mengidolakannya sebagai ikon kriket Pakistan. Saat kampanye, Imran tampil sebagai reformis yang populis, taat beragama, dan antikorupsi. Masa kepemimpinannya kali ini disebut sebagai

“Pakistan Baru” karena merupakan akhir dari beberapa dekade kepemimpinan Liga Muslim Pakistan-Nawaz (PMLN). “Saya berjanji bahwa kami akan membawa perubahan itu, yang membuat bangsa ini kelaparan,” tegasnya di hadapan para anggota parlemen dalam sidang parlemen beberapa waktu lalu. Imran pun mulai menaikkan harapan banyak rakyat Pakistan.

Dikutip Reuters , dia telah menggembar-gemborkan “Rencana 100 Hari”. Di antaranya, menciptakan 10 juta pekerjaan untuk membangun negara kesejahteraan Islam dan memulihkan citra Pakistan yang compang-camping di luar negeri. Dia juga berjanji membasmi korupsi di kalangan elite yang menjijikkan dan mengangkat rakyatnya keluar dari kemiskinan.

Lelaki yang akan memasuki usia 66 tahun ini juga akan melakukan penghematan belanja negara yang dimulai dari dirinya sendiri, yakni memangkas gajinya sebagai abdi negara dan melelang armada mobil pemerintah untuk memulai program penghematan nasional yang bertujuan mencegah krisis mata uang asing.

Dikutip Financial Times , dalam pidato nasional pertamanya sejak disumpah sebagai PM, Imran mengatakan akan membentuk komite untuk menyusun rencana demi mengurangi pengeluaran nasional, dan menolong penduduk miskin yang sudah bergelut dengan masalah sosial yang parah. Dia juga mengundang jutaan warga negara Pakistan di luar negeri untuk berinvestasi kembali di negara mereka untuk membantu menopang berkurangnya cadangan asing.

Meski kehadiran Imran di panggung politik Pakistan bak angin segar tersendiri, Imran juga sempat digambarkan sebagai sosok impulsif dan dituduh terlalu toleran terhadap militansi dan memiliki hubungan dekat dengan pembentukan militer Pakistan.

Namun, bagi para penggemarnya, terutama anak-anak muda, namanya terkenal sebagai aktivis yang murah hati, menghabiskan bertahun-tahun di luar rumah sakit dan universitas. Setelah pensiun dari kriket, Imran memang mendirikan Rumah Sakit Kanker dan Pusat Penelitian Kanker Shaukat Khanum di Lahore untuk mengenang mendiang ibunya yang memiliki hubungan erat dengannya.

“Olahraga mengajarkan Anda bahwa hidup tidak dalam garis lurus. Kamu menerima pukulan itu. Anda belajar dari kesalahan Anda,” sebutnya kepada AFP pada awal tahun ini.

Sempat tolak tawaran jabatan

Saat masih menjadi atlet, Imran pernah ditawari posisi politik oleh Muhammad Zia-ul-Haq, yang belakangan akhirnya menjadi presiden Pakistan. Namun, tawaran tersebut ditolaknya. Pada tahun 1994 Imran bergabung dengan kelompok penekan (pressure group ) bentukan Partai Jamaat-e-Islami Pakistan. Imran benar-benar masuk total ke dalam dunia politik pada 1996 saat situasi politik Pakistan kacau.

Dia mendirikan Partai Tehreek-e-Insaf (PTI). Fokus utama partainya adalah “membawa keadilan kepada rakyat Pakistan, sebagian besar melalui pengadilan yang independen”. Situs webpartainya menuliskan, “Partai ini bernuansa islami dan diilhami sebagian oleh komitmen baru Imran Khan pada Islam”.

Selain itu, di sana dituliskan tentang profil Imran, yakni pemain kriket terbaik yang pernah dihasilkan Pakistan, yang merupakan salah satu pemain terbaik dan pemain tercepat yang pernah ada dalam olahraga tersebut. Pada 2012 popularitas PTI melonjak seiring dengan kehadiran anak-anak muda yang mencapai usia pemilih.

Sayangnya, dia tak berhasil memanfaatkannya dengan baik hingga kalah pada pemilihan tahun 2013. Namun, lima tahun kemudian PTI menjalankan kampanye nasional, memobilisasi dukungan di daerah jauh dan perkotaan, hingga akhirnya berhasil mengantarkan Imran menjadi perdana menteri.

Imran lahir dari keluarga kelas menengah yang sempat mencicipi sekolah di Inggris pada tahun 1971 di Royal Grammar School, Worcester. Dia lalu menyelesaikan sekolah formal dengan meraih gelar sarjana dalam studi ekonomi dari Keble College, Oxford.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3399 seconds (0.1#10.140)