AS Kembali Peringatkan Turki untuk Tidak Beli S-400 Rusia

Jum'at, 24 Agustus 2018 - 11:52 WIB
AS Kembali Peringatkan Turki untuk Tidak Beli S-400 Rusia
AS Kembali Peringatkan Turki untuk Tidak Beli S-400 Rusia
A A A
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) sekali lagi memperingatkan Turki untuk tidak membeli sistem pertahanan udara S-400 Rusia. Tidak hanya itu, AS juga mengancam semua negara anggota NATO dan sekutu lainnya dengan sanksi jika mereka melakukan hal yang sama.

"Memperhatikan bahwa pengiriman S-400 ke Turki yang lebih cepat akan menjadi kekhawatiran lain bagi AS," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Heather Nauert seperti dikutip dari Russia Today, Jumat (24/8/2018).

Ia menekankan bahwa Washington menolak rencana negara lain untuk mendiversifikasi pasokan sistem pertahanan mereka. Awal pekan ini Rosoboronexport menegaskan bahwa batch pertama peluncur S-400 akan ditransfer ke Ankara pada 2019.

Baca Juga: Rusia Pasok Sistem Rudal S-400 ke Turki Tahun Depan

“Ini bertentangan dengan kebijakan kami untuk memiliki sekutu NATO seperti Turki menggunakan sistem S-400. Bagian dari masalah dengan itu, adalah bahwa itu tidak dapat dioperasikan dengan sistem NATO lainnya,” jelas Nauert.

"Dan kami menentang memiliki beberapa mitra dan sekutu kami di seluruh dunia berpotensi membeli S-400," imbuhnya.

Nauert mencatat bahwa AS telah membuatnya sangat jelas apa yang bisa memicu sanksi bagi negara dan entitas lain di seluruh dunia jika mereka terus membeli sistem Rusia.

Apa yang disebut Countering America's Adversaries Through Sanctions Act (CAATSA) mengamanatkan pemerintah AS untuk menghukum entitas yang terlibat dalam transaksi signifikan dengan perusahaan-perusahaan sektor pertahanan Rusia.

Hubungan bilateral Turki dan AS saat ini sedang berada dalam situasi yang buruk. Pemicunya adalah penahanan pastor asal AS, Andrew Brunson, di mana Ankara menolak untuk membebaskannya.

Brunson, seorang warga negara AS yang telah tinggal di Turki selama lebih dari dua dekade, ditangkap atas tuduhan terorisme dan spionase sebagai bagian dari penyelidikan Ankara terhadap kudeta militer yang gagal pada tahun 2016. Dia menghadapi hukuman 35 tahun penjara jika terbukti bersalah.

Presiden Recep Tayyip Erdogan dalam beberapa pekan terakhir berulang kali menuduh Gedung Putih melancarkan perang ekonomi terhadap negara itu. Nilai tukar mata uang lira Turki saat ini mengalami penurunan besar-besaran terhadap dolar setelah AS menjatuhkan sanksi terhadap impor baja dan aluminium Turki.

Ankara juga berulang kali membela hak kedaulatannya untuk membeli senjata dari pemasok yang diinginkannya. AS, pada gilirannya, mengancam untuk menghentikan pengiriman jet tempur F-35. AS mengklaim catatan hak asasi manusia Turki tidak cukup bersih dan data yang dikumpulkan oleh S-400 berpotensi mengekspos kerentanan jet tersebut.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4773 seconds (0.1#10.140)