Rashida Tlaib, Wanita Muslim Pertama Anggota Kongres AS

Jum'at, 10 Agustus 2018 - 13:23 WIB
Rashida Tlaib, Wanita Muslim Pertama Anggota Kongres AS
Rashida Tlaib, Wanita Muslim Pertama Anggota Kongres AS
A A A
DETROIT - Politikus Rashida Tlaib dipastikan terpilih sebagai anggota Kongres Amerika Serikat (AS) pada pemilihan umum (pemilu) November mendatang.

Dia akan mulai bertugas pada Januari dan menjadi perempuan muslim pertama yang menduduki kursi Kongres Negeri Paman Sam itu. Seperti dilansir media terkemuka AS time.com, sampai Selasa (8/8) waktu lokal, tidak ada kandidat lain di Michigan. Artinya Rashida menjadi kandidat tunggal dan akan memegang amanah rakyat selama dua tahun penuh. Rashida pernah mengabdi di Michigan House pada 2009-2014. Dia mengalahkan lima calon lainnya.

“Ini merupakan kemenangan besar bagi warga muslim Amerika dan warga Detroit,” kata Direktur Pusat Studi Arab Amerika di Universitas Michigan-Dearborn, Sally Howell. “Rashida Tlaib akan menjadi penerus kepemimpinan John Conyers dalam hal peranannya di Kongres dan komitmennya terhadap hak sipil,” tambahnya.

Sebelumnya Rashida berhasil menang dalam nominasi. Dia menjadi perempuan keturunan Palestina-Amerika pertama yang menjadi anggota DPR. Pada pemilu pendahuluan Partai Demokrat di Michigan, Rashida meraih 33,6% suara dan menggalang dana kampanye sebesar USD1 juta (Rp14,4 miliar, kurs 14.401 per dolar). Rashida adalah putri imigran Palestina yang lahir di Detroit pada 1976.

Ayahnya bekerja di perusahaan automotif Ford Motor. Dia belajar ilmu politik dan hukum di Universitas Negeri Wayne dan lulus pada 2004. Dia menjadi inspirasi baru bagi putra-putri imigran Palestina yang masih ragu terjun ke dunia politik. Rashida bahagia mendapatkan dukungan dari warga Detroit di tempat pemungutan suara.

“Ini adalah kekisruhan yang membahagiakan. Ketika bertemu para pemilih dan berbicara dengan mereka, saya merasa termotivasi dan senang karena mereka memberikan dukungan,” katanya seperti dilansir thedetroitnews.com . Berkebalikan dengan Tlaib, Abdul el-Sayed, warga muslim Amerika yang pernah menjabat sebagai direktur eksekutif Departemen Kesehatan Detroit, kalah pada pemilu pendahuluan Partai Demokrat dalam memperebutkan kursi gubernur Michigan. Padahal dia mendapat dukungan kuat dari Senator Bernie Sanders. Keluarga Rashida di Beit Ural-Fauqa, Tepi Barat, Palestina terlarut dalam kegembiraan. Warga lokal memanjatkan doa dan pujian kepada Rashida.

“Capaian ini membuat kami bangga sebagai keluarga Tlaib, warga Beit Ur Palestina, dan sebagai orang Arab dan muslim,” kata paman Tlaib, Bassam Tlaib, seperti dilansir Reuters . Keluarga Rashida hampir tak percaya dan kembali menceritakan masa kecil Rashida hingga menikah di Beit Ural-Fauqa pada 1997. Terakhir kali Rashida mengunjungi wilayah yang dijajah Israel itu pada 2006.

Adapun Michigan merupakan salah satu wilayah yang banyak dihuni warga muslim dan keturunan Arab-Amerika. Politikus Andre D Carson juga menjadi muslim kedua setelah Keith Ellison yang terpilih di Kongres AS pada 2008. Lakilaki kelahiran 16 Oktober 1974 tersebut menjadi perwakilan AS untuk distrik kongresional ketujuh Indiana.

Kehidupannya yang keras menempanya menjadi orang yang peduli terhadap keamanan publik. Sementara itu Ellison terpilih menjadi perwakilan AS untuk distrik kongresional kelima Minnesota pada 2007. Mantan anggota Partai Buruh Tani Demokratik itu merupakan seorang mualaf. Di Eropa, politisi muslim juga mulai naik ke panggung pemerintahan.

Terpilihnya menteri dalam negeri (mendagri) baru Inggris Sajid Javid pernah menarik perhatian lantaran dia merupakan seorang muslim. Kehadirannya dianggap bisa mewakili kaum minoritas. Keluarga Javid merupakan imigran dari Pakistan. Karier politik Javid masih seumur jagung.

Dia merupakan politisi baru. Javid mengawali karier politiknya dengan menjadi anggota parlemen pada 2010 setelah sukses meniti karier di perbankan. Pada usia 25 tahun, dia sudah menduduki jabatan wakil presiden Chase Manhattan Bank sebelum direkrut Deutshce Bank. Javid yang kini berusia 48 tahun merupakan anak sopir bus kota, Abdul, yang pindah dari Pakistan ke Inggris pada 1961.

Berdasarkan laporan media lokal, Abdul saat tiba di Inggris hanya mengantongi uang 1 poundsterling. Dia berasal dari satu perkampungan kecil di Pakistan dan merantau ke negeri orang di usia 17 tahun. “Ayah saya menetap di Rochdale dan menjadi buruh di pabrik pemintalan. Dia kemudian pindah profesi menjadi sopir bus kota karena tawaran gajinya lebih baik,” tutur Javid.

Kisah keluarga Javid tersebut mirip dengan Wali Kota London Sadiq Khan. Ayah Sadiq Khan yang berasal dari Pakistan juga merupakan sopir bus kota. Sebelum Javid ada politisi muslim lainnya yang juga pernah memegang jabatan tinggi di panggung politik Inggris, Sayeeda Warsi. Dia menjabat sebagai menteri urusan agama dan kemasyarakatan dan pejabat senior di Partai Konservatif. Dia mundur pada 2014 untuk menentang kebijakan Inggris mengenai konflik di Palestina.

Adapun Sadiq Khan merupakan politisi Inggris dari Partai Buruh yang menjadi walikota London sejak 2016. Dia pernah menjadi anggota parlemen untuk wilayah Tooting dari 2005 hingga 2016. Dia berada di sayap kiri Partai Buruh dan secara ideologis memiliki karakter sosial demokrat. Dia juga keturunan Pakistan.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6070 seconds (0.1#10.140)