Kisah Cinta William dan Kate dari Himalaya

Senin, 06 Agustus 2018 - 11:32 WIB
Kisah Cinta William dan Kate dari Himalaya
Kisah Cinta William dan Kate dari Himalaya
A A A
KISAH Cinta antara Raja Bhutan Jigme Khesar Namgyel Wangchuck dan Ratu Jetsun Pema benar-benar bagaikan kisah dongeng. Keduanya memiliki banyak perbedaan, seperti usia dan status sosial.

Keduanya juga kerap dijuluki “Pangeran William dan Kate Middleton dari Himalaya”. Raja Jigme Khesar yang tinggi, tampan, lembut, dan cerdas banyak mencuri perhatian wanita di Bhutan. Meski menjadi anak raja kala itu, Khesar tidak menampilkan gaya hidup foyafoya atau menjadi playboy. Dia tetap rendah hati dan berkarisma. Sementara itu, Jetsun Pema hanyalah gadis Bhutan yang memiliki kehidupan layaknya warga biasa. Meski hanya orang biasa, keluarga Pema memiliki hubungan dengan keluarga kerajaan.

Keluarga Pema memiliki hubungan jangka panjang dengan para bangsawan. Menurut The Washington Pos , dia adalah putri seorang pilot. Kakek buyut ayahnya adalah penguasa Provinsi Tashigang di Timur. Lalu, kakek dari pihak ibu adalah saudara tiri dari istri raja kedua Bhutan. Dikutip World of Buzz, pada usia 7 tahun, Pema bertemu Khesar yang kala itu sedang piknik. Khesar saat itu masih berusia 17 tahun dan berstatus putra mahkota. Saat bertemu, Pema kecil menarik tangan Khesar dan berbisik bahwa dia akan menikah dengan Khesar suatu hari nanti. Lalu, Khesar pun bertanya kembali mengapa Pema akan menikah dengannya.

Tanpa malumalu, Pema kecil pun mengatakan karena dia menyukainya. Namun, ternyata Pema kecil tidak mengetahui kalau Khesar adalah seorang putra mahkota. Baru pada usia 10 tahun Pema menyadarinya. Seiring pertambahan usia, Pema pun mengaku tertekan karena banyak orang dewasa di sekitarnya sering mengatakan bahwa hanya gadis dengan kecantikan luar biasa serta memiliki keanggunan dan kecerdasanlah yang akan menikahi seorang putra mahkota. Ditambah, calonnya harus berasal dari kalangan bangsawan. Pema pun berusaha keras mengangkat harkat dirinya agar setara dengan putra mahkota. Salah satunya dengan bersekolah hingga bangku kuliah.

Dikutip Business Insider, bertahun-tahun kemudian, Pema yang tumbuh menjadi perempuan muda yang baik, cantik, dan cerdas pun bertemu Khesar. Keduanya lalu jatuh cinta. Saat masih berusia 21 tahun, Pema akhirnya menikah dengan Raja Jigme Khesar pada Oktober 2011. Pernikahan kerajaan diadakan dalam gaya tradisional Bhutan yang sederhana. Pema pun menjadi Ratu Kerajaan Bhutan termuda.

Pasangan kerajaan ini telah merebut hati semua orang. Usia muda, kepopuleran, serta latar belakang kerajaan membuat keduanya kerap disamakan dengan pasangan Pangeran William dan Kate Middleton dari Inggris. Pada 5 Februari 2016, buah hati pertama Khesar dan Pema lahir dan diberi nama Pangeran Jigme Namgyel Wangchuck. Sebagai bukti cintanya kepada Pema, Raja Jigme Khesar berjanji tidak akan berpoligami. Sebagai informasi, ayah Jigme Khesar, yaitu Jigme Singye Wangchuck memiliki empat istri.

Janji Membawa Modernitas

Sebagai Raja Bhutan, Jigme Khesar memiliki mimpi tersendiri saat diangkat menjadi raja pada 9 Desember 2006. Dia ingin membawa modernitas ke negaranya, menghapus segala jenis kejahatan, praktik korupsi, serta meningkatkan standar pendidikan, sosial, kesehatan, dan angka hidup sejahtera bagi rakyatnya. Menurut Huffington Post , Raja Khesar mengawasi tahap akhir perubahan di negara itu, dari monarki absolut ke monarki konstitusional, pada 2008. Dikutip Telegraph, dahulu Bhutan dikenal sebagai negara terpencil, tidak ada sekolah, rumah sakit, jalan, mata uang, listrik, polisi, pengadilan, bahkan hubungan diplomatik dengan negara lain.

Namun, semua pandangan itu hendak diubah oleh Raja Khesar yang merupakan raja kelima dalam garis penguasa yang telah memerintah di Bhutan selama 100 tahun terakhir. Berkat kecerdasan dan pendidikannya yang cukup tinggi, Raja berniat mengubah negaranya menjadi lebih baik lagi. Pendidikan Raja diketahui banyak dihabiskan di India, Inggris, dan Amerika Serikat (AS). Dia tercatat menghadiri program National Defence College di New Delhi, India, pada 2005, lalu menerima Doktor Kehormatan dari Universitas New Brunswick (Kanada), Universitas Rangsit (Thailand), Universitas Calcutta (India), dan yang terbaru dari Keio University (Jepang).

Dia juga sempat mengenyam pendidikan di Akademi Cushing, sekolah asrama Massachusetts yang eksklusif, kemudian melanjutkan di Magdalen College, Oxford, Jurusan Politik dan Hubungan Internasional. Jadi, sekembalinya dari Oxford, Jigme dengan cepat meyakinkan ayahnya yang kala itu masih menjabat sebagai Raja Jigme Singye Wangchuck untuk memulai program modernisasi lebih cepat.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3275 seconds (0.1#10.140)