Warganya Diculik di Libya, Korsel Kirim Kapal Perang

Kamis, 02 Agustus 2018 - 17:38 WIB
Warganya Diculik di Libya, Korsel Kirim Kapal Perang
Warganya Diculik di Libya, Korsel Kirim Kapal Perang
A A A
SEOUL - Pemerintah Korea Selatan (Korsel), pada Kamis (2/8/2018), mengumumkan telah mengirim sebuah kapal perang ke Libya. Pengiriman kapal itu untuk unjuk kekuatan sebagai strategi pembebasan warganya yang diculik di negara Afrika Utara tersebut.

Seorang warga Korsel dan tiga insinyur Filipina diculik kelompok bersenjata di lokasi proyek air di Libya barat pada 6 Juli 2018.

Menurut para pejabat Seoul, kapal perang Munmu the Great berkapasitas 4.000 ton, yang mengambil bagian dalam operasi anti-pembajakan di Teluk Aden, sekarang dalam perjalanan ke Libya.

"Selain melaksanakan tugas melindungi kapal komersial, (kapal perang) juga mempersiapkan semua kemungkinan termasuk kebutuhan akan dukungan militer," Kementerian Pertahanan Korsel.

Pemerintah Korsel dan Filipina mengaku sudah melihat video para sandera yang ditampilkan kelompok penculik bersenjata di media sosial minggu ini. Video yang juga dirilis kelompok pemantau terorisme, SITE Intelligence, tersebut menunjukkan empat sandera pria berbicara dalam bahasa Inggris di depan kamera.

Seorang penjaga bersenjata ditampilkan berjongkok di belakang para sandera di area berpasir. Namun, kelompok penculik tidak mengidentifikasi diri mereka. Belum jelas kapan video itu dibuat.

"Kedutaan Filipina di Tripoli telah mengonfirmasi bahwa tiga orang dalam video itu adalah tiga teknisi Filipina yang (diculik) oleh orang-orang bersenjata di Libya bulan lalu," kata juru bicara Departemen Luar Negeri Filipina, Elmer Cato, seperti dikutip Channel News Asia.

Seorang juru bicara kantor kepresidenan Korsel mengatakan pemerintah akan melakukan yang terbaik dengan semua sumber daya yang dimiliki negara.

"Negara dan presiden tidak pernah melupakan," kata juru bicara kepresidenan, Kim Eui-kyeom, dalam sebuah pernyataan.

"Pemerintah telah mempertahankan sistem kerja sama yang erat dengan pemerintah Libya dan sekutu lainnya, seperti Filipina dan Amerika Serikat, sejak hari upaya untuk keselamatan dan pembebasannya," kata Kim.

Sejak mantan diktator Libya Muamar Kadhafi digulingkan dari kekuasaan dan dibunuh pada tahun 2011, pekerja asing dan misi diplomatik di negara itu sering menjadi sasaran oleh kelompok milisi atau jihadis seperti kelompok ISIS.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4800 seconds (0.1#10.140)