Kata Trump, Iran Kacau sejak AS Hengkang dari Kesepakatan Nuklir

Selasa, 17 Juli 2018 - 15:15 WIB
Kata Trump, Iran Kacau sejak AS Hengkang dari Kesepakatan Nuklir
Kata Trump, Iran Kacau sejak AS Hengkang dari Kesepakatan Nuklir
A A A
WASHINGTON - Presiden Donald Trump menyatakan Iran sedang bergejolak oleh kerusuhan nasional sejak dia menarik Amerika Serikat (AS) dari kesepakatan nuklir internasional 2015. Menurutnya, Washington mendukung para pengunjuk rasa di negeri para Mullah tersebut.

Trump, yang diwawancarai setelah pertemuannya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Helsinki, mengatakan bahwa Rusia masih mendukung perjanjian nuklir karena melakukan bisnis dengan rezim di Teheran, sehingga perjanjian itu untuk kepentingan Moskow.

"Ini tidak baik untuk kita atau untuk dunia, tetapi mereka memiliki kerusuhan di semua kota mereka," kata Trump kepada Fox News, yang dikutip Selasa (17/7/2018).

“Inflasi merajalela, menembus atap. Dan bukan Anda ingin menyakiti siapa pun, tetapi rezim itu tidak akan membiarkan orang-orang tahu bahwa kita berada di belakang mereka 100 persen," lanjut Trump.

“Mereka melakukan protes besar di seluruh negeri, mungkin sebesar yang pernah mereka alami sebelumnya. Dan pertempuran terjadi sejak saya mengakhiri kesepakatan itu, jadi kami akan lihat," papar pemimpin Gedung Putih ini.

Keputusan Trump menarik AS keluar dari kesepakatan nuklir yang diteken Iran dan enam kekuatan dunia tahun 2015 tak lepas dari tekanan sekutu-sekutu Washington, termasuk Israel dan Arab Saudi.

Setelah hengkang dari pejanjian nuklir yang bernama resmi Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) 2015, AS memberlakukan sanksi lagi terhadap Teheran. Sanksi Washington ini mencegah banyak perusahaan multinasional untuk melakukan bisnis di Iran.

Sementara itu, Iran justru menantang langkah AS dengan menyatakan bahwa Teheran telah meninggalkan Administrasi Trump secara internasional. Artinya, menurut Iran, Washington akan terisolasi secara internasional.

"Logika ilegal Amerika Serikat tidak didukung oleh salah satu organisasi internasional," kata Presiden Iran Hassan Rouhani pada akhir pekan lalu.

Iran telah menghadapi kesengsaraan ekonomi sejak Trump mengumumkan penarikan diri AS dari JCPOA 2015. Hal itu ditandai dengan inflasi yang meningkat tajam.

Nilai mata uangnya Iran telah jatuh hampir 50 persen dalam enam bulan terakhir terhadap dolar AS. Situasi itu memicu protes massal di beberapa kota dalam beberapa minggu terakhir.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4450 seconds (0.1#10.140)