Desak Usir Sistem Rudal AS, Warga Korsel: No Nuklir, No THAAD!

Jum'at, 06 Juli 2018 - 09:26 WIB
Desak Usir Sistem Rudal AS, Warga Korsel: No Nuklir, No THAAD!
Desak Usir Sistem Rudal AS, Warga Korsel: No Nuklir, No THAAD!
A A A
SOSEONG-RI - Desakan pengusiran sistem rudal pertahanan Amerika Serikat (AS) muncul di sebuah kota di Korea Selatan (Korsel). Warga di Kota Soseong-ri menolak wilayah mereka jadi rumah untuk sistem rudal pertahanan Terminal High Altitude Area Defense (THAAD) buatan Washington.

THAAD dibeli Korea Selatan dari AS untuk melindungi diri dari ancaman rudal Korea Utara (Korut). Namun, warga di Kota Soseong-ri takut menjadi target jika permusuhan kedua Korea berlanjut.

Mereka mengeluhkan kebisingan dari generator yang menggerakkan THAAD dan helikopter pengangkut bahan bakar dan pasokan selama berjam-jam. Mereka khawatir tentang gelombang elektromagnetik dari sistem radar yang bisa merusak tanaman pertanian mereka.

Sejak Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un melalukan pertemuan bersejarah di Singapura bulan lalu, warga Kota Soseong-ri merasa sistem rudal pertahanan THAAD tidak diperlukan lagi.

"Bawa THAAD keluar, ancaman nuklir Korea Utara hilang," bunyi spanduk yang dibawa sekitar 40 pria dan wanita berusia 60-an, 70-an dan 80-an tahun berjalan melewati dinding yang bertuliskan "No Nukes, No THAAD!" (Tidak Nuklir, Tidak THAAD)!.

Lee Jong-hee, seorang petani berusia 61 tahun, memimpin demo dua kali seminggu di luar pangkalan militer AS di kota itu, yang dibangun di atas bekas lapangan golf.

"Sekarang ancaman nuklir dan rudal Korea Utara sudah jelas (mereda). Seperti dinyatakan bahwa tidak akan ada perang lagi di semenanjung Korea, tidak ada alasan bagi THAAD untuk berada di negara saya," kata Lee, yang berharap sistem rudal pertahanan itu dapat ditarik dalam waktu tiga bulan.

"Bagaimana Korea Utara dan Amerika Serikat yang memulai pembicaraan damai tanpa senjata perang ini disingkirkan ?," kata Lee kepada Reuters di ladangnya, sementara ibunya yang berusia lanjut mengepak kotak-kotak melon kuning.

Trump dan Kim Jong-un bulan lalu setuju untuk bekerja menuju denuklirisasi lengkap di semenanjung Korea, meskipun mereka tidak menyebutkan bagaimana atau kapan Pyongyang akan menghentikan program senjata nuklirnya.

Trump telah membatalkan latihan militer bersama dengan Korea Selatan yang dijadwalkan Agustus. Latihan militer itu dianggap provokatif dan biayanya mahal.

Desakan warga Korea Selatan agar THAAD ditarik tidak mudah dipenuhi. Militer AS sendiri ingin mempertahankan THAAD setidaknya sampai akhir proses denuklirisasi, yang diperkirakan akan memakan waktu beberapa tahun.

"THAAD adalah bagian dari pertahanan berlapis pasukan darat AS di (Korea Selatan) terhadap ancaman dari rudal balistik Korea Utara," kata Daniel Russel, mantan Asisten Menteri Luar Negeri AS untuk Asia Timur dan sekarang di aktif di Asia Society Policy Institute.

"Tidak ada alasan militer untuk mencabut sistem THAAD selama Pyongyang mempertahankan gudang rudal balistik dan selama Angkatan Bersenjata AS tetap berada di Korea," ujarnya, yang dikutip Jumat (6/7/2018).

Mempertahankan THAAD juga akan terus menekan China untuk mempertahankan sanksi terhadap Korea Utara sampai Pyongyang sepenuhnya menghentikan program senjata nuklirnya.

"Ini adalah China, bukan Korea Utara, ini yang paling tidak nyaman dengan gagasan menyebarkan THAAD di Korea Selatan," kata Yang Uk, seorang ahli militer di Forum Pertahanan dan Keamanan Korea.

Beijing menentang THAAD dan radar kuatnya yang dapat mengintai wilayah China secara mendalam. Beijing menyatakan, pengerahan THAAD di Korea Selatan akan mengganggu keseimbangan keamanan regional.

Sebagai balasan terhadap pengerahan THAAD, Beijing memberlakukan boikot tidak resmi terhadap bisnis Korea Selatan dan melarang tur kelompok ke Korea Selatan.

"THAAD dapat bekerja sebagai pengungkit melawan China, karena semakin banyak China bekerja sama dalam denuklirisasi Korea Utara, semakin besar kemungkinan mereka dapat mengucapkan selamat tinggal kepada THAAD," kata Yang.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3523 seconds (0.1#10.140)