Sekutu Putin: Rusia Bisa Menghancurkan AS dalam Satu Jam!
loading...
A
A
A
MOSKOW - Seorang bos media yang juga sekutu Presiden Vladimir Putin mengatakan Rusia bisa menghancurkan Amerika Serikat (AS) dalam waktu satu jam.
Margarita Simonyan, pemimpin redaksi RT—media yang didukung pemerintah Rusia—menyampaikan ancaman terbaru tersebut ketika perang Moskow di Ukraina terus berkecamuk.
AS merupakan pendukung utama Ukraina dengan memasok senjata modern kepada Kyiv untuk melawan invasi Moskow.
“Kami adalah satu-satunya negara di dunia yang bisa menghancurkan Amerika Serikat dalam satu jam,” kata Simonyan, dalam video siaran televisi pemerintah Rusia yang diunggah oleh akun X @NOELreports, sebagaimana dikutip Newsweek, Selasa (6/2/2024).
Tidak jelas kapan video itu ditayangkan. Kementerian Luar Negeri Rusia belum berkomentar atas pernyataan sekutu Putin tersebut.
Televisi pemerintah Rusia sering menyiarkan konten yang menghasut dan berulang kali menyinggung konfrontasi nuklir dengan AS.
Hubungan antara Washington dan Moskow tegang selama hampir dua tahun perang Ukraina, dan hanya ada sedikit prospek untuk mengakhiri konflik atau pemulihan hubungan.
AS dan negara-negara lain yang memasok senjata ke Ukraina merasa khawatir dengan kemungkinan meningkatnya perang di Eropa Timur, dan seringnya reaksi marah dari Moskow atas janji bantuan militer baru untuk Kyiv.
Pada musim gugur 2022, tak lama setelah Rusia mencaplok wilayah Donetsk, Kherson, Luhansk, dan Zaporizhzhia di Ukraina selatan dan timur, Kremlin mengatakan wilayah tersebut berada di bawah persenjataan nuklir Moskow. Keempat wilayah tersebut merupakan tempat terjadinya sebagian besar bentrokan garis depan.
Pada tahun 2019—menjelang pecahnya perang besar-besaran—televisi pemerintah Rusia menyiarkan daftar fasilitas militer AS yang menurut mereka akan menjadi sasaran serangan nuklir oleh Moskow.
Pada bulan Mei 2022, seorang politisi Rusia yang muncul di media pemerintah mengatakan bahwa Rusia hanya membutuhkan empat rudal untuk melenyapkan pantai timur dan barat AS.
Seorang komentator politik Rusia juga mengatakan pada pertengahan tahun 2023 bahwa AS dapat terjebak "di garis bidik" perang di Ukraina, jika hal itu meningkat menjadi konflik nuklir.
Pembawa acara televisi pemerintah Rusia; Vladimir Solovyov, salah satu tokoh paling terkenal di media yang didukung Kremlin, mengatakan awal bulan ini bahwa Rusia harus menyerang markas NATO—yang mendukung upaya perang Ukraina melawan Moskow. Tindakan seperti itu akan memicu perang yang lebih luas.
Pada pertengahan Januari, mantan Presiden Rusia dan wakil ketua Dewan Keamanan Rusia, Dmitry Medvedev, mengatakan bahwa serangan Ukraina terhadap lokasi peluncuran rudal di wilayah Rusia dengan senjata yang dipasok AS atau NATO dapat memicu respons nuklir dari Kremlin.
Rusia dan AS secara kolektif adalah pemilik sekitar 90 persen hulu ledak nuklir dunia.
Margarita Simonyan, pemimpin redaksi RT—media yang didukung pemerintah Rusia—menyampaikan ancaman terbaru tersebut ketika perang Moskow di Ukraina terus berkecamuk.
AS merupakan pendukung utama Ukraina dengan memasok senjata modern kepada Kyiv untuk melawan invasi Moskow.
“Kami adalah satu-satunya negara di dunia yang bisa menghancurkan Amerika Serikat dalam satu jam,” kata Simonyan, dalam video siaran televisi pemerintah Rusia yang diunggah oleh akun X @NOELreports, sebagaimana dikutip Newsweek, Selasa (6/2/2024).
Tidak jelas kapan video itu ditayangkan. Kementerian Luar Negeri Rusia belum berkomentar atas pernyataan sekutu Putin tersebut.
Televisi pemerintah Rusia sering menyiarkan konten yang menghasut dan berulang kali menyinggung konfrontasi nuklir dengan AS.
Hubungan antara Washington dan Moskow tegang selama hampir dua tahun perang Ukraina, dan hanya ada sedikit prospek untuk mengakhiri konflik atau pemulihan hubungan.
AS dan negara-negara lain yang memasok senjata ke Ukraina merasa khawatir dengan kemungkinan meningkatnya perang di Eropa Timur, dan seringnya reaksi marah dari Moskow atas janji bantuan militer baru untuk Kyiv.
Pada musim gugur 2022, tak lama setelah Rusia mencaplok wilayah Donetsk, Kherson, Luhansk, dan Zaporizhzhia di Ukraina selatan dan timur, Kremlin mengatakan wilayah tersebut berada di bawah persenjataan nuklir Moskow. Keempat wilayah tersebut merupakan tempat terjadinya sebagian besar bentrokan garis depan.
Pada tahun 2019—menjelang pecahnya perang besar-besaran—televisi pemerintah Rusia menyiarkan daftar fasilitas militer AS yang menurut mereka akan menjadi sasaran serangan nuklir oleh Moskow.
Pada bulan Mei 2022, seorang politisi Rusia yang muncul di media pemerintah mengatakan bahwa Rusia hanya membutuhkan empat rudal untuk melenyapkan pantai timur dan barat AS.
Seorang komentator politik Rusia juga mengatakan pada pertengahan tahun 2023 bahwa AS dapat terjebak "di garis bidik" perang di Ukraina, jika hal itu meningkat menjadi konflik nuklir.
Pembawa acara televisi pemerintah Rusia; Vladimir Solovyov, salah satu tokoh paling terkenal di media yang didukung Kremlin, mengatakan awal bulan ini bahwa Rusia harus menyerang markas NATO—yang mendukung upaya perang Ukraina melawan Moskow. Tindakan seperti itu akan memicu perang yang lebih luas.
Pada pertengahan Januari, mantan Presiden Rusia dan wakil ketua Dewan Keamanan Rusia, Dmitry Medvedev, mengatakan bahwa serangan Ukraina terhadap lokasi peluncuran rudal di wilayah Rusia dengan senjata yang dipasok AS atau NATO dapat memicu respons nuklir dari Kremlin.
Rusia dan AS secara kolektif adalah pemilik sekitar 90 persen hulu ledak nuklir dunia.
(mas)