Cukup 2.000km, Iran Tak Niat Tingkatkan Jangkauan Rudal

Rabu, 20 Juni 2018 - 12:18 WIB
Cukup 2.000km, Iran Tak Niat Tingkatkan Jangkauan Rudal
Cukup 2.000km, Iran Tak Niat Tingkatkan Jangkauan Rudal
A A A
TEHERAN - Teheran tidak memiliki rencana untuk memperpanjang jangkauan rudalnya karena jangkauan 2.000 km (1.240 mil) sudah cukup untuk melindungi Iran. Hal itu disampaikan komandan Garda Revolusi Iran Mayor Jenderal Mohammad Ali Jafari.

Menurutnya, Pemerintah Iran juga mengesampingkan perundingan dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengenai kemampuan militer dan pengaruh regional Teheran. Jafari mengatakan, pembicaraan seperti itu akan bertentangan dengan nilai-nilai Republik Islam Iran.

Trump pada bulan lalu telah menarik Amerika Serikat keluar dari perjanjian nuklir Iran tahun 2015. Perjanjian itu diteken Iran dan enam negara kekuatan dunia (AS, Rusia, Inggris, Prancis, Jerman dan China), di mana Teheran bersedia mengekang program nuklirnya dengan imbalan keringanan sanksi.

Setelah "mengkhianati" perjanjian itu, Washington menerapkan kembali sanksi keras terhadap Teheran.

“Kami memiliki kemampuan ilmiah untuk meningkatkan jangkauan rudal kami, tetapi itu bukan kebijakan kami saat ini karena sebagian besar target strategis musuh sudah dalam kisaran 2.000km. Jarak ini cukup untuk melindungi Republik Islam," kata Jafari kepada kantor berita Tasnim yang dilansir Reuters, Rabu (20/6/2018).

Jafari mengatakan para politisi dan aktivis Iran yang menyukai pembicaraan baru dengan Trump adalah pengkhianat dan anti-revolusioner.

Pada Sabtu, lebih dari 100 aktivis yang terkait dengan kubu moderat dan reformis dalam politik Iran menyambut kesepakatan Trump dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un yang mempertimbangkan denuklirisasi lengkap di semenanjung Korea.

Dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan oleh media Iran, para aktivis mendesak Tehran untuk memulai negosiasi langsung dengan Washington "tanpa prasyarat" untuk menyelesaikan permusuhan antara kedua negara yang dimulai sejak Revolusi Islam Iran 1979.

Jafari menolak seruan tersebut."Pemimpin Korea Utara adalah seorang revolusioner tetapi komunis, bukan Islam. Itu sebabnya dia menyerah, tetapi kami tidak akan melakukan hal yang sama," katanya.

Juru bicara pemerintah Iran Mohammad Bagher Nobakht mengulang pernyataan Jafari. “Tidak ada alasan atau logika untuk berbicara dengan orang semacam itu (Trump). Opini publik tidak akan menyambut baik itu," kata Nobakh yang dikutip kantor berita ISNA.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3777 seconds (0.1#10.140)