Putin Senang Eks Mata-mata Rusia Sergei Skripal Keluar dari RS

Jum'at, 18 Mei 2018 - 23:48 WIB
Putin Senang Eks Mata-mata Rusia Sergei Skripal Keluar dari RS
Putin Senang Eks Mata-mata Rusia Sergei Skripal Keluar dari RS
A A A
LONDON - Sergei Skripal, mantan mata-mata Rusia yang dilaporkan diserang racun saraf mematikan di Salisbury, Inggris, telah keluar dari rumah sakit (RS) pada Jumat (18/5/2018). Presiden Rusia Vladimir Putin mengaku senang mendengar kabar tersebut.

Putin mendoakan Skripal agar tetap dalam kondisi baik. Namun, Moskow menuntut pertemuan dengan mantan mata-matanya yang pernah menjadi agen ganda untuk Inggris tersebut.

"Tuhan memberinya kesehatan yang baik," kata Presiden Putin. "Jika racun kelas militer telah digunakan, orang itu akan tewas di tempat. Terima kasih Tuhan dia sembuh dan dia meninggalkan (rumah sakit)," imbuh Putin, yang dikutip Guardian.

Selain Skripal, putrinya; Yulia Skripal juga ikut terpapar racun di Salisbury, Inggris selatan, pada 4 Maret 2018 lalu.

Duta Besar Rusia untuk London, Alexander Yakovenko, juga menyambut baik keluarnya Skripal dari RS. Namun, dia menyatakan Inggris akan melanggar hukum internasional jika tidak memberinya akses untuk menemui Skripal dan Yulia.

Skripal keluar dari rumah sakit setelah lebih dari dua bulan berjuang hidup akibat serangan racun yang oleh pemerintah Inggris diklaim sebagai racun Novichok.

Dokter di Salisbury District Hospital, Inggris, tidak memberikan rincian tentang kondisi Skripal. Lokasi kebeberadaannya juga tidak diketahui pada saat ini.

Yulia sudah keluar dari RS sejak bulan lalu, namun keberadaannya juga tidak diketahui.

Pihak rumah sakit yang komitmen menjaga kerahasiaan pasien mengatakan bahwa mereka tidak dapat mengomentari detail tentang Skripal.

Kepala Salisbury District Hospital, Cara Charles-Barks, mengatakan ini menjadi kabar baik bahwa Skripal cukup sehat untuk keluar dari rumah sakit.

“Bahwa dia, Yulia dan DS (Nick) Bailey (polisi Inggris yang ikut terpapar racun) dapat meninggalkan kita begitu cepat setelah berhubungan dengan agen syaraf adalah berkat kerja keras, keterampilan dan profesionalisme dokter kami, yang memberikan perawatan luar biasa kepada semua pasien kami, hari demi hari," ujar Charles-Barks.

Setelah serangan racun pada 4 Maret, Perdana Menteri Inggris Theresa May menyatakan bahwa laboratorium kimia pemerintah di Porton Down telah mengidentifikasi agen saraf "kelas militer" digunakan dalam serangan terhadap Skripal dan Yulia. Racun syaraf itu dikenal sebagai agen A234, sejenis racun Novichok yang dikembangkan Uni Soviet.

PM May menyatakan Rusia bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada Skripal dan putrinya. Namun, Moskow membantah terlibat dan menuntut bukti atas tuduhan dari Inggris.

Kasus Skripal ini telah memicu pertikaian diplomatik antara Rusia dengan negara-negara Barat pro-Inggris. Banyak negara-negara Barat, termasuk Amerika Serikat (AS), mengusir diplomat Moskow sebagai solidaritas pada Inggris. Rusia pun membalas dengan mengusir para diplomat Barat.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3589 seconds (0.1#10.140)