Setahun, 240 Ribu Anak Perempuan Meninggal di India

Selasa, 15 Mei 2018 - 13:33 WIB
Setahun, 240 Ribu Anak Perempuan Meninggal di India
Setahun, 240 Ribu Anak Perempuan Meninggal di India
A A A
NEW DELHI - Sebuah studi diskriminasi gender menemukan hampir seperempat juta anak di bawah umur lima tahun meninggal di India setiap tahunnya. Ini disebabkan karena kelalaian akibat preferensi masyarakat untuk anak laki-laki.

Dalam jurnal medis Lancet, para peneliti menulis, angka tersebut tidak termasuk mereka yang diaborsi hanya karena perempuan.

“Diskriminasi berbasis jender terhadap anak perempuan tidak hanya mencegah mereka lahir, tetapi juga dapat memicu kematian orang-orang yang dilahirkan,” kata rekan penulis studi Christophe Guilmoto dari Universitas Descartes Paris.

"Kesetaraan gender tidak hanya tentang hak atas pendidikan, pekerjaan atau representasi politik, tetapi juga tentang perawatan, vaksinasi, dan gizi anak perempuan, dan pada akhirnya bertahan hidup," imbuhnya seperti dikutip dari The Guardian, Selasa (15/5/2018).

Guilmoto dan tim menggunakan data populasi dari 46 negara untuk menghitung berapa banyak bayi perempuan yang meninggal di masyarakat yan tidak mempunyai dampak diskriminasi, dan berapa banyak yang meninggal dalam kenyataan.

Perbedaannya, sekitar 19 kematian dari setiap 1.000 anak perempuan yang lahir antara tahun 2000 dan 2005, dianggap berasal dari efek bias gender. Jumlah ini sekitar 239.000 kematian per tahun.

“Sekitar 22% dari keseluruhan beban mortalitas perempuan di bawah lima (di India) karena itu disebabkan oleh bias gender,” Institut Internasional untuk Analisis Sistem Terapan (IIASA) sebuah lembaga penelitian yang berbasis di Austria, mengatakan dalam sebuah pernyataan.

Para peneliti menemukan masalah gender ini paling jelas terlihat di India utara dengan daerah macam Uttar Pradesh, Bihar, Rajasthan, dan Madhya Pradesh. Terhitung dua pertiga dari jumlah kematian.

Mereka yang paling terpukul adalah daerah pedesaan miskin, pedesaan, dengan tingkat pendidikan rendah, kepadatan populasi tinggi, dan tingkat kelahiran yang tinggi.

“Karena perkiraan daerah atas kematian yang berlebihan dari para gadis menunjukkan, setiap intervensi untuk mengurangi diskriminasi terhadap anak perempuan dalam alokasi makanan dan perawatan kesehatan harus menjadi target di daerah prioritas di mana kemiskinan, pembangunan sosial yang rendah, dan institusi patriarki bertahan dan investasi untuk perempuan terbatas," tulis Nandita Saikia dari IIASA.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2839 seconds (0.1#10.140)