Musuhmu di Depan Matamu

Selasa, 08 Mei 2018 - 13:30 WIB
Musuhmu di Depan Matamu
Musuhmu di Depan Matamu
A A A
MENDUNG boleh, hujan jangan. Begitulah harapan rakyat Glarus, khususnya di Minggu pertama bulan Mei.

Harapan itu jadi kenyataan. Provinsi yang dikepung tebing Pegunungan Alpen itu bahkan tak bermendung secuilpun. Langit biru cerah, suhu merambat ke 23 derajat Celsius.

Ideal untuk pelaksanaan Landgemeinde, tradisi politik tahunan provinsi ini. Meski secara bebas diterjemahkan sebagai Tanah Desa, namun Landgemeinde lebih mengarah ke demokrasi langsung, seperti zaman Yunani kuno.

Sejak pagi, ribuan rakyat Glarus memadati balai desa, menyambut kedatangan politikus provinsi ini. Juga, tentu saja tamu kehormatan, dari Presiden Swiss hingga menteri dalam negerinya.

Tokoh politik ini, baik yang bakal maju ke pemilu hingga yang mau lengser, diarak serombongan Drumband dan sepeleton tentara. Berjalan perlahan, dari balai kota hingga alun-alun.

Di alun-alun yang berpagar kayu itulah, dengan beberapa pintunya, rakyat Glarus memasuki arena Landgemeinde. Kartu suara ditunjukkan di pintu masuk, sebagai bukti berhak ikut Landgemeinde. Bagi orang tua disediakan kursi, anak anak muda memilih berdiri di panggung.

Tidak banyak pidato, pemilihan pun dimulai. Pagi itu, ada 14 hal yang harus diputuskan. Antara lain pemilihan gubernur, wali kota, jaksa, dan pembangunan beberapa infrastruktur Glarus. Dari pembiayaan kereta gantung, jalan sepeda hingga pembangunan gedung olah raga.

Tidak hanya masalah besar dan penting yang dilakukan pemilu khusus ini. Kali ini, juga topik seperti kursus bagi pemilik anjing dan soal pupuk organik juga dipemilukan.

Caranya, pemimpin pemilu akan mengatakan suatu topik, siapa yang tidak setuju, misalnya, bisa mengangkat tangannya. “Jadi kami tahu siapa yang jadi lawan atau pendukung kami,“ kata Stefan, salah satu warga Glarus kepada KORAN SINDO.

Seorang anak politikus, misalnya, juga akan menyaksikan bagaimana, misalnya, bapaknya ditolak rakyat. “Kadang ada yang sampai menangis, terutama orang terdekatnya,“ imbuh Stefan.

Tapi sampai ribut, apalagi berkelahi, tak pernah terjadi. “Kami bebas mengutarakan pendapat, tapi juga saling menghargai,“ kata Stefan.

Landgemeinde Glarus sudah ada sejak 700 tahun silam. Seiring berjalannya waktu, kini hanya setahun sekali dilakukan. Provinsi lain di Swiss, sejak lama tidak lagi melakukan demokrasi ala Yunani Kuno. Mereka lebih memilih pemilu lewat pos.

Hanya Glarus dan Appenzell Innerhoden yang masih bertahan hingga kini. Meski sudah ada suara yang ingin menghapus tradisi politik ini, kata Stefan, pihaknya berusaha semaksimal mungkin mempertahankannya. (Krisna Diantha, Swiss)
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3927 seconds (0.1#10.140)