Saudi Resmi Luncurkan Resor Hiburan Rp111 Triliun

Senin, 30 April 2018 - 13:00 WIB
Saudi Resmi Luncurkan Resor Hiburan Rp111 Triliun
Saudi Resmi Luncurkan Resor Hiburan Rp111 Triliun
A A A
RIYADH - Arab Saudi terus melakukan terobosan dalam membangun ekonomi negaranya. Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz al-Saud dan Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) meresmikan ground-breaking pembangunan resor terbesar di dunia.

Proyek bertajuk Qiddiya dengan luas 334 km persegi atau dua setengah kali lebih besar dari pada Disney World ini diperkirakan menelan investasi senilai USD8 miliar (Rp111 triliun). Proyek itu menjadi ambisi strategi Saudi untuk membuka ekonomi bagi investor asing dan mengundang wisatawan asing untuk datang ke negara tersebut Resor yang bernama Qiddiya menjadi simbol kebebasan dan reformasi yang telah didengungkan oleh Mohammed bin Salman melalui Visi 2030. Nantinya Qiddiya akan terdiri atas theme park Six Flags, wahana air, motor sport, acara budaya, dan rumah liburan. Juru bicara Qiddiya memperkirakan wahana itu akan menarik 1,5 juta wisatawan setiap tahun dan akan dibuka untuk tahap pertama pada 2022.

Peresmian pembangunan itu dilaksanakan pada Sabtu (28/4/2018) lalu tepat sepekan setelah Saudi membuka bioskop pertamanya setelah hampir empat dekade melarang tempat hiburan. Arsitek reformasi Saudi Pangeran Mohammed bin Salman dan ayahnya menghadiri acara peresmian mewah itu yang diselingi dengan acara orkestra, pesta kembang api, dan musik. "Hari ini kita mengundang investor, pencipta, dan operator dari seluruh dunia untuk mengeksplorasi satu per satu proyek seperti Qiddiya untuk ditawarkan," kata CEO Qiddiya Michael Reininger kepada para pejabat pemerintahan, duta besar, dan pengusaha seperti dilansir Reuters.

"Kita akan mencari yang terbaik untuk membantu kita. Kita akan menemukan pengalaman hiburan baru untuk seluruh penduduk dan wisatawan yang berlibur ke Kerajaan Arab Saudi," imbuhnya.

Reininger mengatakan Qiddiya sedang mencari pembiayaan jangka luas dari sumber lokal dan internasional dalam bentuk investasi langsung dan saham dengan dukungan dari dana kekayaan kedaulatan Saudi, yakni Dana Investasi Publik (PIF). Lembaga dana itu memiliki dua inisiatif, yakni NEO, bisnis senilai USD500 miliar dan zona industri yang melibatkan Mesir dan Yordania.

Kemudian proyek Laut Merah yang meliputi sumber daya alam, terumbu karang, dan situs bersejarah di 50 pulau. Sayangnya Reininger tidak menjelaskan secara spesifik nilai investasi untuk Qiddiya. Saat ini 50 orang bekerja langsung untuk Qiddiya, sedangkan ratusan orang lainnya merupakan penasihat global dan warga lokal. Jumlah itu akan meningkat mencapai 55.000 orang pada 2022. Proyek Qiddiya itu merupakan pusat hiburan, budaya, dan olahraga di negara yang dikenal sangat religius dan konservatif itu. Tapi Saudi pelan-pelan kini berubah dan membuka ekonomi dan mengadopsi gaya hidup modern.

Dengan dua pertiga penduduk berusia 35 tahun dan sedikitnya tempat hiburan di Saudi, banyak warga memilih pergi ke Dubai atau Bahrain untuk berlibur pada akhir pekan. Saudi ingin mengamankan sepertiga dari USD20 miliar dalam belanja hiburan ke luar negeri setiap tahunnya. "Menangkap (belanja hiburan) merupakan tujuan utama (pembangunan Qiddiya) dan pada saat bersamaan menciptakan pie lebih besar," kata Reininger. "Kita tidak perlu pergi keliling dunia untuk mencari hal lain. Kita tinggal menginovasi dan kita bisa tetap tinggal di sini (Saudi)," jelasnya.

Reininger, warga Amerika Serikat (AS) yang bergabung dengan Qiddiya bulan lalu sebelumnya bekerja pada perusahaan kereta api di Florida. Dia pernah menjadi konsultan untuk pembangunan perusahaan Walt Disney Company dan menjadi eksekutif di firma teknik AECOM. Ketika ditanya tentang upaya untuk menghindari kegagalan banyak mega proyek di kawasan Timur Tengah yang mengalami penundaan dan membengkaknya biaya, Reininger mengungkapkan Qiddiya tetap akan sesuai dengan kebutuhan ekonomi.

"Dengan pasar besar dan tidak banyak kompetitor, pasti ada kesempatan yang nyata. Itulah kenapa kamu ingin berinvestasi di sini," jelasnya.

Mengenai banyaknya pembatasan sosial di Saudi, pemisahan lelaki dan perempuan dan aturan baju bagi perempuan, apakah akan diterapkan di Qiddiya? Reininger mengatakan akan menjadi yang terdepan dalam perubahan di Kerajaan Saudi. "Apalagi sudah banyak peraturan yang dilonggarkan di Saudi dalam beberapa tahun terakhir," katanya.

Sebelumnya Pangeran Mohammed bin Salman memang sangat optimistis dengan kehadiran Qiddiya se bagai simbol kebangkitan dan keterbukaan Saudi kepada dunia. "Kota ini akan menjadi, dengan izin Tuhan, landmark budaya terkenal dan pusat penting untuk memenuhi kebutuhan sosial, budaya, dan rekreasi generasi masa depan di kerajaan," papar Pangeran Mohammed bin Salman.

Proyek Qiddiya sesuai dengan napas Visi 2030 bertujuan meningkatkan belanja domestik tahunan pada budaya dan hiburan dari saat ini total belanja rumah tangga 2,9% menjadi 6% pada 2030. Operator taman hiburan berbasis di Amerika Serikat (AS), Six Flags telah melakukan perundingan dengan Pemerintah Saudi sejak 2017 mengenai rencana membangun sejumlah taman hiburan di kerajaan itu. Saudi membuka bioskop pertama dalam 35 tahun sebagai langkah simbolis dan mendorong perekonomian. Gedung bioskop pertama Arab Saudi dibuka pada Rabu (18/4/2018) malam dengan menayangkan film Black Panther. Pembukaan bioskop pertama itu menandai Saudi memasuki era baru ke bebasan. Film Hollywood berjudul Black Panther ditayangkan untuk pertama kali tapi beberapa adegan ciuman disensor.

Kehadiran bioskop swasta di Riyadh itu menandai momen perubahan yang terjadi di Saudi dalam beberapa dekade. Saudi sedang memulai era baru di mana perempuan akan segera diizinkan mengemudi mobil. Selain itu warga dapat pergi ke konser dan pameran fashion untuk pertama kali juga telah digelar di Saudi.
(amm)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3604 seconds (0.1#10.140)