Presiden Iran Kecam Amuk Polisi Moral pada Perempuan karena Pakaian

Minggu, 22 April 2018 - 03:37 WIB
Presiden Iran Kecam Amuk Polisi Moral pada Perempuan karena Pakaian
Presiden Iran Kecam Amuk Polisi Moral pada Perempuan karena Pakaian
A A A
TEHERAN - Presiden Iran Hassan Rouhani mengecam tindakan petugas polisi moral yang mengamuk terhadap seorang perempuan karena melanggar aturan berpakaian. Video amuk polisi moral termasuk memukuli perempuan tersebut viral dan memicu kemarahan publik.

"Ada yang mengatakan cara untuk mempromosikan kebajikan adalah...dengan pergi ke jalan dan meraih orang di leher," kecam Rouhani dalam pidatonya di hadapan pejabat pemerintah pada hari Sabtu yang disiarkan stasiun televisi pemerintah.

"Mempromosikan kebajikan tidak akan bekerja melalui cara kekerasan," lanjut Rouhani.

Pada hari Kamis beredar video anggota polisi moral memukuli seorang perempuan karena pakaiannya yang dikenakan tidak sepenuhnya menutup rambut. Video itu memicu kemarahan warga Iran.

Kementerian Dalam Negeri berjanji akan melakukan penyelidikan atas kekerasan yang dilakukan petugas polisi moral tersebut. Namun, kementerian itu juga akan menyelidiki dugaan bahwa perempuan yang ditindak telah memprovokasi kekerasan.

Dalam kecamannya, Rouhani tidak merujuk langsung ke kasus kekerasan yang dialami perempuan di sebuah jalan tersebut. Namun, komentarnya jelas mengacu pada video kekerasan yang memicu respons kemarahan warga.

"Mobile adalah cara untuk mempromosikan kebajikan dan melarang kejahatan," ujar Rouhani.

Kendati demikian, Presiden Rouhani mengulas fenomena sebagian warga Iran yang anti dengan ponsel dan media sosial. "Saya tidak tahu mengapa sebagian orang tidak suka ponsel atau jejaring sosial," ujarnya.

"Mereka tidak suka orang yang memiliki informasi. Mereka berpikir bahwa jika orang benar-benar tidak tahu apa-apa, mereka bisa tidur lebih nyenyak di malam hari," sambung Rouhani, seperti dikutip Al Arabiya.

"Diinformasikan adalah hak orang...Kritik adalah hak orang," katanya. "Biarkan orang menjalani hidup mereka."

Di negeri para Mullah itu muncul desakan untuk memblokir media sosial, termasuk Telegram, yang menjadi salah satu cara untuk menyebarkan informasi yang kritis terhadap sistem hukum di Iran.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3086 seconds (0.1#10.140)