An-Najasyi Wafat di Bulan Rajab, Rasulullah SAW Melakukan Salat Gaib

Jum'at, 05 Januari 2024 - 09:30 WIB
loading...
An-Najasyi Wafat di Bulan Rajab, Rasulullah SAW Melakukan Salat Gaib
Beliau wafat pada bulan Rajab tahun 9 Hijriah. Ilustrasi: letstalk history
A A A
Ashamah bin Abjar atau An-Najasyi adalah Raja Al-Habasyah. Beliau wafat pada bulan Rajab tahun 9 Hijriah. An-Najasyi bisa dikatakan tabi’in , namun boleh pula dikatakan sebagai sahabat. Hubungannya dengan Rasulullah SAW berlangsung melalui surat menyurat.

"Ketika beliau wafat, Nabi SAW melakukan salat ghaib untuknya, salat yang belum pernah beliau lakukan sebelumnya," urai Dr Abdurrahman Ra’at Basya dalam bukunya yang berjudul “Mereka adalah Para Tabi’in”.

Menurut Abdurrahman Ra’at Basya, An-Najasyi memimpin negeri secara baik dan adil setelah sebelumnya didominasi oleh kezaliman dan kejahatan.



Pada saat Najasyi menduduki tahta di Habasyah, di tempat lain Allah mengutus Nabi-Nya, Muhammad SAW untuk membawa agama yang penuh hidayah dan kebenaran, satu persatu assabiqunal awwalun memeluk agama ini.

Orang-orang Quraisy mulai mengganggu dan menganiaya mereka. Ketika Makkah sudah merasa sesak bagi kaum muslimin karena gencarnya tekanan-tekanan musyrikin Quraisy, Rasulullah SAW bersabda, “Di negeri Habasyah bertahta seorang raja yang tidak suka berlaku zalim terhadap sesama. Pergilah kalian ke sana dan berlindunglah di dalam istananya sampai Allah membukakan jalan keluar dan membebaskan kalian dari kesulitan ini.”

Maka berangkatlah rombongan Muhajirin pertama dalam Islam yang berjumlah sekitar 80 orang ke Habasyah. Di negeri baru itu, mereka mendapatkan ketenangan dan rasa aman, bebas menikmati manisnya takwa dan ibadah tanpa gangguan.

Akan tetapi pihak Quraisy tidak tinggal diam setelah mengetahui bahwa kaum muslimin bisa hidup tenang di Habasyah. Mereka segera berunding menyusun makar untuk menghabisi kaum Muhajirin atau menarik mereka kembali ke Makkah.

Mereka mengirimkan dua orang utusannya kepada Najasyi di Habasyah. Kedua orang pilihan dan pandai berdiplomasi, yaitu Amru bin Ash dan Abdullah bin Abi Rabi’ah. Mereka berangkat dengan membawa hadiah-hadiah dalam jumlah besar untuk Najasyi dan para pejabat tinggi Habasyah yang dikenal menyukai barang-barang dari Makkah.

Sesampainya di Habasyah, keduanya terlebih dahulu menjumpai para pejabat sambil menyuap mereka dengan hadiah yang dibawa. Keduanya berkata:

“Di negeri Anda telah tinggal sejumlah pengacau dari kota kami. Mereka keluar dari agama nenek moyang dan memecah belah pesatuan kami. Maka nanti jika kami menghadap Najasyi dan membicarakan masalah ini, kami mohon Anda semua mendukung kata-kata kami untuk menentang agama mereka tanpa bertanya. Kami adalah kaum mereka. Kami lebih mengenal siapakah mereka dan mengharapkan agar kalian sudi menyerahkan mereka kepada kami.”



Setelah memilih saat yang tepat, Amru bin Ash dan Abdullah bin Rabi’ah menghadap Najasyi. Mereka terlebih dahulu sujud menyembah seperti yang biasa dilakukan orang-orang Habasyi. Najasyi menyambut keduanya dengan baik karena sebelumnya telah kenal dengan Amru bin Ash.

Kemudian tokoh Quraisy itu memberikan hadiah-hadiah yang indah disertai titipan salam dari para pemuka Quraisy yang dimpimpin oleh Abu Sufyan. Raja Najasyi menghargai hadiah-hadiah pemberian mereka.

Kemudian Amru mulai bicara, “Tuan, telah tiba di negeri Anda beberapa orang pengacau dari kaum kami. Mereka telah keluar dari agama kami dan tidak pula menganut agama Anda. Mereka mengikuti agama baru yang kami tidak mengenalnya begitu pula Anda. Kami berdua diutus oleh pemimpin kaum kami untuk meminta agar Tuanku mengembalikan mereka kepada kaumnya. Karena kaumnyalah yang lebih tahu apa yang diakibatkan oleh agama baru itu, berupa fitnah dan kekacauan yang mereka timbulkan.”

Najasyi menoleh kepada para penasihat istana dan meminta pendapat mereka. Mereka berkata, “Benar tuanku, kita tidak tahu tentang agama baru itu dan tentunya kaum mereka lebih paham akan hal itu daripada kita.”

Najasyi berkata, “Tidak, demi Allah aku tidak akan menyerahkan mereka kepada siapapun sebelum mendengarkan keterangan mereka sendiri dan mencari tahu tentang kepercayaan mereka. Bila mereka dalam kejahatan, maka aku tidak keberatan menyerahkan mereka kepada kalian. Tetapi kalau mereka dalam kebenaran, maka aku akan melindungi dan memilihara mereka selama mereka ingin tinggal di negeri ini."



"Demi Allah, aku tidak akan melupakan karunia Allah kepada diriku yang telah mengembalikan aku ke negeri ini setelah terusir karena karena ulah orang-orang keji,” lanjutnya.

Surat Maryam Ayat 16-24
Halaman :
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3769 seconds (0.1#10.140)