Aksi Solidaritas Penembakan di Florida, Siswa AS Mogok Belajar

Kamis, 15 Maret 2018 - 00:36 WIB
Aksi Solidaritas Penembakan di Florida, Siswa AS Mogok Belajar
Aksi Solidaritas Penembakan di Florida, Siswa AS Mogok Belajar
A A A
NEW YORK - Seluruh siswa di sekolah Amerika Serikat (AS) meninggalkan kelas mereka, membawa poster dan meneriakkan tuntutan mereka untuk undang-undang senjata yang lebih ketat. Mereka bergabung dengan sebuah gerakan yang dipelopori oleh mereka yang selamat dalam penembakan massal di sebuah sekolah di Florida pada bulan lalu.

Aksi The #ENOUGH National School Walkout dimulai pukul 10 pagi waktu setempat. Para siswa sekolah melakukan mogok belajar selama 17 menit, memperingati 17 siswa dan staf yang tewas di Marjory Stoneman Douglas High School di Parkland, Florida, pada 14 Februari lalu. Itu adalah aksi pembantaian terbaru dalam serangkaian penembakan yang telah melanda sekolah-sekolah di AS selama hampir dua dekade.

Beberapa siswa memulai lebih awal. Di Fiorello H. LaGuardia High School New York City, banyak siswa turun ke jalan-jalan di Manhattan dan berpakaian oranye, warna gerakan kontrol senjata.

"Pikiran dan doa tidak cukup," bunyi sebuah poster, sebuah jawaban atas pernyataan para legislator pasca aksi penembakan di Florida yang dianggap menghina. Tepat pukul 10 pagi, ratusan siswa duduk di trotoar, mengisi setengah blok kota, dan diam.

Sementara di Parkland, ribuan siswa perlahan-lahan masuk ke lapangan sepak bola Stoneman Douglas memberikan tepuk tangan kepada keluarga dan pendukung gerakan mereka di luar pagar saat petugas mencoba untuk mengawasi mereka. Helikopter kantor berita terbang di atas kepala mereka.

Kepala sekolah itu, Ty Thompson, menyerukan untuk berpelukan dalam sebuah kelompok yang besar dan para siswa harus berada di sekitar garis 50 yard.

Pemogokan tersebut merupakan bagian dari gerakan akar rumput yang berkembang yang tumbuh pasca serangan Parkland. Beberapa korban selamat telah melobi anggota parlemen negara bagian dan federal, dan bahkan bertemu dengan Presiden Donald Trump, untuk meminta pembatasan kepemilikan senjata yang baru, sebuah hak yang dilindungi oleh Amandemen Kedua Konstitusi AS.

"Kami tidak lagi merasa aman di sekolah," kata Sarah Chatfield. Ssiswa SMA berusia 15 tahun dari Maryland, Chatfield itu bergabung dengan ratusan orang yang melakukan demonstrasi di luar Gedung Putih, sementara beberapa orang duduk diam dengan membelakangi Gedung Putih.

"Trump sedang berbicara tentang mempersenjatai guru dengan senjata api. Itu bukan langkah ke arah yang benar," tegasnya seperti dilansir dari Reuters, Kamis (15/3/2018).

Beberapa saat kemudian, beberapa siswa mulai berbaris menuju Capitol Hill. "Hei hei, ho ho, NRA harus pergi!" teriak mereka, mengacu pada kelompok pendukung hak-hak kepemilikan senjata yang kuat, National Rifle Association.

Upaya para korban selamat dalam pembantaian Parkland membantu pengetatan undang-undang senjata di Florida minggu lalu. Di negara bagian itu, usia minimum membeli senjata dinaikkan menjadi 21 dari 18, meskipun anggota parlemen di sana menolak larangan jenis senapan semi otomatis digunakan di negara bagian itu.

Di Washington, bagaimanapun, berencana untuk memperkuat sistem pemeriksaan latar belakang untuk penjualan senjata.

Siswa yang berasal lebih dari 2.800 sekolah dan kelompok bergabung dalam pemogokan, banyak yang mendapat dukungan dari sekolah distrik mereka, menurut penyelenggara aksi tersebut, yang juga mengkoordinasikan demonstrasi the Women’s March yang dipentaskan secara nasional selama dua tahun terakhir.

Dukungan juga berasal dari American Civil Liberties Union dan Viacom Inc (VIAB.O), yang mengatakan bahwa ketujuh jaringannya, termasuk MTV, menghentikan pemrograman di Pantai Timur selama pemogokan 17 menit di sana.

Protes tersebut terjadi sehari setelah jaksa Florida mengatakan mereka akan mencari hukuman mati untuk Nikolas Cruz, yang telah dikenai hukuman 17 pembunuhan berencana dan 17 tuduhan percobaan pembunuhan dalam serangan Parkland.

Departemen Pendidikan Kota New York mengizinkan siswa untuk berpartisipasi jika mereka mengajukan izin masuk dari orang tua mereka.

Tapi beberapa distrik sekolah di seluruh negeri telah memperingatkan terhadap demonstrasi selama jam sekolah.

Administrator di Sayreville, New Jersey, mengatakan kepada siswa bahwa siapa pun yang keluar dari kelas akan menghadapi hukuman skors atau hukuman lainnya, menurut myCentralJersey.com.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3268 seconds (0.1#10.140)