PM Israel Minta Trump Tak Jual Reaktor Nuklir ke Saudi

Minggu, 11 Maret 2018 - 01:14 WIB
PM Israel Minta Trump Tak Jual Reaktor Nuklir ke Saudi
PM Israel Minta Trump Tak Jual Reaktor Nuklir ke Saudi
A A A
TEL AVIV - Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu telah meminta Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk tidak melanjutkan kesepakatan penjualan reaktor nuklir Washington dengan Arab Saudi. Permintaan itu terjadi saat Netanyahu dan Trump bertemu di Washington minggu ini.

Trump dilaporkan menolak langsung permintaan sekutunya itu. Alasannya, jika AS tidak menjual reaktor nuklir kepada Arab Saudi, maka Rusia maupun China akan melakukannya.

Lobi Netanyahu itu diungkap pejabat senior Israel yang berbicara dengan syarat tak diungkap namanya.

Dalam beberapa bulan terakhir Saudi telah mengumumkan niatnya untuk memulai sebuah program besar untuk menjadi mandiri dalam memproduksi bahan bakar nuklir. Rencananya, Saudi ingin membangun sebanyak 17 reaktor nuklir.

Permintaan Netanyahu muncul meski ada peningkatan hubungan rahasia antara Tel Aviv dan Riyadh yang telah diakui para pejabat Israel.

Israel saat ini memiliki kepentingan yang sama dengan Saudi, yakni mencegah Iran memperoleh senjata nuklir. Pekan ini, Arab Saudi juga memberi izin kepada pesawat Air India untuk terbang melalui wilayah udara Saudi ke Israel. Izin yang diberikan Saudi ini merupakan yang pertama kali 70 tahun terakhir.

Menurut laporan Channel 10, selama pembicaraan di Gedung Putih pada hari Senin, Netanyahu dan timnya menyatakan bahwa jika Amerika bersikeras untuk membangun reaktor nuklir maka Arab Saudi harus dicegah untuk memperkaya uranium. PM Israel tersebut menuntut agar hal itu menjadi prasyarat untuk keseluruhan kesepakatan.

Sementara itu, Saudi justru menuntut hak untuk memperkaya uranium dan telah menjadikannya sebagai syarat untuk memberikan kontrak—diperkirakan bernilai puluhan miliar dolar—kepada perusahaan AS.

Trump belum memberikan jawaban akhir kepada Netanyahu, namun kedua pihak sepakat bahwa para pejabat senior akan terus membahas masalah ini.

Kantor PM Netanyahu mengatakan kepada Channel 10 bahwa mereka tidak berkomentar mengenai isi pembicaraan tertutup kedua pemimpin tersebut. Gedung Putih juga menolak berkomentar.

Dalam sebuah kunjungan ke PBB di New York pada hari Kamis, Netanyahu sempat membahas rencana Saudi untuk membangun reaktor nuklir. Netanyahu mengaku mendapat pertanyaan di Washington tentang posisinya di negara-negara Timur Tengah lainnya yang ingin memperkaya uranium. Dia menanggapi dengan menanyakan mengapa negara-negara Arab ingin melakukan hal itu.

Masih menurut laporan Channel 10, yang dikutip Minggu (11/3/2018), pejabat AS blak-blakan kepada Netanyahu terkait alasan negara-negara Arab terobsesi untuk memiliki rektor nuklir. ”Alasan mengapa mereka meminta untuk memperkaya uranium adalah karena Iran telah menerima hak untuk memperkaya uranium berdasarkan kesepakatan nuklir yang meragukan,” tulis media Israel itu mengutip pejabat Israel yang mengetahui lobi Netanyahu.

”Cara terbaik untuk mencegah nuklirisasi Timur Tengah adalah memperbaiki kesepakatan Iran sepenuhnya, atau sepenuhnya dicabut,” lanjut pejabat tersebut.”Inilah satu-satunya cara untuk mencegah penyebaran teknologi nuklir dan senjata nuklir di Timur Tengah yang tak terelakkan.”

Sepanjang lawatannya, Netanyahu berulang kali mengatakan bahwa dia mendukung ultimatum Trump kepada Kongres AS untuk mengubah kesepakatan nuklir Iran.

Pada bulan Desember lalu, Menteri Energi Arab Saudi Khalid al-Falih mengatakan bahwa Wasihngton dan Riyadh akan memulai pembicaraan dalam beberapa minggu mengenai kerja sama soal program nuklir sipil di Riyadh.

Khalid al-Falih mengatakan kepada Reuters bahwa negaranya akan meminta Washington mengizinkan perusahaan AS untuk berpartisipasi dalam program tersebut.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5282 seconds (0.1#10.140)