Legislator: Trump Akui Pendudukan Israel di Yerusalem

Senin, 05 Maret 2018 - 04:41 WIB
Legislator: Trump Akui Pendudukan Israel di Yerusalem
Legislator: Trump Akui Pendudukan Israel di Yerusalem
A A A
LONDON - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, telah mengadopsi sebuah narasi pendudukan dengan pengakuannya atas Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel. Hal itu diungkapkan oleh anggota parlemen Israel.

"Salah satu elemen paling berbahaya dalam pidato deklarasi Trump tentang Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel, adalah ketika Trump menyebutkan bahwa Israel memiliki hak untuk memutuskan Ibu Kota karena pemerintah, dan parlemen hadir di Yerusalem," ucap Dr. Ahmad Tibi, seorang Arab-Muslim Anggota Knesset (parlemen Israel).

Berbicara di panel London yang diselenggarakan oleh kelompok The Middle East Monitor, Tibi mengatakan: "Trump telah melindungi dan menyesuaikan narasi pendudukan."

"Mengatakan kepada orang-orang Palestina bahwa Anda tidak memiliki apa-apa, mengatakan pada Israel bahwa Anda memiliki segalanya - Anda tidak dapat memiliki kesepakatan," ujarnya.

"Kami tahu ide, dan komponennya, kami tidak dikejutkan oleh Trump. Trump tidak memecahkan Yerusalem atau perbatasan, tidak memecahkan masalah pengungsi. Juga kedaulatan lebih dari jelas bahwa dia tidak berkonsultasi dengan orang Palestina tentang pidato tersebut" sambungnya.

"Pidato Trump benar-benar mengadopsi PM Israel. Didorong oleh Jason Greenblatt, David Friedman, Jared Kushner - tiga musketeer. Ketiganya adalah pendukung pemukim lebih dari separuh Knesset! Saya yakin, saya tinggal di sana," cetusnya seperti dikutip dari Anadolu, Senin (5/3/2018)

Tibi mengatakan Trump memberi tekanan kepada Rusia, Uni Eropa untuk membuat kepemimpinan Palestina kembali ke perundingan.

"Tapi pada akhirnya, kita tahu persis apa yang ada di atas meja. Yerusalem adalah salah satu isu terpenting dalam konflik," tegasnya

Sementara itu berbicara di salah satu dari empat panel yang membahas situasi di wilayah Palestina dan langkah permukiman Israel, Prof. Manuel Hassassian mengatakan: "Tidak ada solusi dua negara, lebih seperti sebuah khayalan."

"Yerusalem adalah jantung Palestina," kata Hassassian, yang telah menjabat sebagai wakil presiden eksekutif Universitas Betlehem dan perwakilan universitas di Kementerian Pendidikan dan Asosiasi Universitas Arab.

"Dan jika semua usaha gagal membawa keadilan ke Yerusalem, saya memiliki kepercayaan pada orang-orang Yerusalem," sambungnya.

"Saya berterima kasih kepada Trump karena telah membawa Yerusalem kembali ke puncak agenda. Dia pikir dia telah berbuat banyak kepada Israel, namun kenyataannya lebih dari sebelumnya Israel telah diasingkan," ujarnya.

Hassassian mengatakan AS telah memilih untuk berada di sisi yang salah dari sejarah, sisi yang salah dari perdamaian.

"Trump telah meningkatkan kekerasan dengan mengakui Yerusalem," tambahnya.

Pada bulan Desember tahun lalu, Presiden AS Donald Trump mengumumkan keputusannya untuk mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel. Ia juga memindahkan Kedutaan Besar AS dari Tel Aviv ke kota yang diperebutkan tersebut.

Pergeseran dramatis dalam kebijakan AS ini menarik badai penghukuman dan demonstrasi di seluruh dunia Arab dan Muslim.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3652 seconds (0.1#10.140)