4 Negara Bahas Alternatif Jalur Sutra China

Selasa, 20 Februari 2018 - 11:31 WIB
4 Negara Bahas Alternatif Jalur Sutra China
4 Negara Bahas Alternatif Jalur Sutra China
A A A
SYDNEY - Australia, Amerika Serikat (AS), India, dan Jepang membahas pembentukan program infrastruktur regional bersama sebagai alternatif Belt and Road Initiative (Jalur Sutra Baru) China.

Sumber pejabat AS menyatakan, langkah ini merupakan upaya empat negara melawan pengaruh Beijing yang semakin menguat di penjuru dunia. Menurut sumber itu, rencana tersebut melibatkan empat mitra regional dan masih tahap awal. Rencana itu belum matang untuk diumumkan saat lawatan Perdana Menteri (PM) Australia Malcolm Turnbull ke AS akhir pekan ini.

Pejabat itu menjelaskan, proyek tersebut merupakan agenda untuk perundingan Turnbull dengan Presiden AS Donald Trump saat kunjungan. Rencana itu akan serius dibahas. Sumber itu menambahkan, rencana tersebut merupakan alternatif bagi Jalur Sutra China dan bukan tandingannya.

“Tidak seorang pun mengatakan China tidak boleh membangun infrastruktur. China mungkin membangun satu pelabuhan, yang jika hanya itu tidak layak secara ekonomi. Kami dapat membuatnya layak secara ekonomi dengan membangun jalan atau jalur kereta menghubungkan pelabuhan itu,” ungkap sumber itu.

Perwakilan untuk Turnbull, Menteri Luar Negeri (Menlu) Australia Julie Bishop dan Menteri Perdagangan (Mendag) Australia Steven Ciobo tidak langsung merespons permintaan untuk komentar atas rencana tersebut.

Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga saat ditanya tentang kerja sama empat pihak itu mengatakan, Jepang, AS, Australia, dan India rutin bertukar pikiran tentang berbagai isu yang menjadi kepentingan bersama. “Ini bukan kasus bahwa ini untuk melawan Belt and Road China,” katanya dikutip Reuters.

Jepang berencana menggunakan bantuan pembangunan resmi (ODA) untuk mempromosikan “Strategi Indo-Pasifik Bebas dan Terbuka” termasuk “infrastruktur kualitas tinggi”, menurut draf ringkasan pada buku putih ODA 2017. Strategi Indo-Pasifik telah didukung Washington dan dianggap sebagai lawan untuk Jalur Sutra Baru China.

Presiden China Xi Jingping pertama kali menyebutkan istilah Belt and Road Initiative saat berpidato di depan para mahasiswa universitas di Kazakhstan pada 2013.

Menurut Xi, program itu menjadi kendaraan China untuk berperan lebih besar di pentas global dengan mendanai dan membangun jaringan perdagangan dan transportasi global di lebih dari 60 negara.

Xi terus mempromosikan inisiatif itu dan mengundang para pemimpin dunia ke Beijing pada Mei lalu untuk konferensi tingkat tinggi (KTT) perdana. Saat itu Xi menjanjikan dana USD124 miliar untuk rencana itu. Program tersebut juga masuk ke konstitusi Partai Komunis pada Oktober lalu.

Pemerintah lokal serta sejumlah perusahaan swasta dan negara China terus memberikan dukungan dengan berinvestasi ke luar negeri dan memberikan pinjaman. Pada Januari lalu, Beijing merinci ambisinya untuk memperluas inisiatif itu ke Artik dengan mengembangkan jalur pelayaran terbuka akibat pemanasan global dan dengan sebutan “Jalur Sutra Kutub”.

AS, Jepang, India, dan Australia baru-baru ini menghidupkan kembali perundingan empat negara untuk memperkuat kerja sama keamanan dan mengoordinasikan alternatif dari pendanaan infrastruktur regional yang diberikan China. Keempat negara itu menggelar pertemuan di tengah menguatnya pengaruh China. Kuartet itu menggelar perundingan di Manila di sela KTT Asia Timur dan ASEAN pada November lalu.

Sementara China terus membangun kerja sama dengan negara-negara Eropa, termasuk Inggris. Awal bulan ini, PM Inggris Theresa May meninggalkan Beijing dengan kesepakatan senilai lebih dari USD13,26 miliar.

Inggris berupaya menegaskan kembali posisinya sebagai bangsa pedagang global setelah keputusan referendum 2016 untuk keluar dari Uni Eropa (UE) atau disebut Brexit. China sebagai negara dengan ekonomi terbesar di dunia masuk daftar teratas yang diinginkan Inggris untuk menjalin kesepakatan perdagangan bebas.

Saat berbicara dalam KTT bisnis di Shanghai, May menjelaskan, Inggris akan membantu mewujudkan visi Xi untuk globalisasi dan ekonomi China yang lebih terbuka.

“Sementara Inggris bersiap meninggalkan UE. Kami menangkap peluang untuk menjadi lebih melihat keluar dari sebelumnya, Global Britain, memperdalam hubungan perdagangan dengan negara-negara penjuru dunia, termasuk China,” kata May. (Syarifudin)
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3490 seconds (0.1#10.140)