Makna dan Sejarah Topi Khas Rote NTT, Dikenakan Ganjar Pranowo di Debat Cawapres 2023

Jum'at, 22 Desember 2023 - 20:47 WIB
loading...
Makna dan Sejarah Topi Khas Rote NTT, Dikenakan Ganjar Pranowo di Debat Cawapres 2023
Capres nomor urut 3, Ganjar Pranowo mengenakan busana khas Rote NTT di acara debat cawapres di JCC pada Jumat (22/12/2023). Foto/ MPI.
A A A
JAKARTA - Calon Presiden (Capres) nomor urut 3, Ganjar Pranowo mengenakan busana khas Rote NTT di acara debat calon wakil presiden (cawapres) di Jakarta Convention Center (JCC) pada Jumat (22/12/2023).

Di momen itu, Ganjar memilih memakai pakaian suku adat Rote Nusa Tenggara Timur (NTT). Ganjar terlihat memakai kemeja putih dipadukan dengan selendang tenun dan kain tenun khas NTT.

Menariknya, Ganjar juga menambahkan topi khas masyarakat Rote bernama Ti’ilangga. Topi tersebut terbuat dari anyaman daun lontar.


Sejarah Ti’ilangga

Nama Ti’ilangga diambil dari kata ti yang berarti pelindung dan langga yang memiliki arti kepala. Zaman dahulu, ti’ilangga ditemukan oleh seorang nelayan bernama Fifino Dulu dari daerah timur pulau.

Setelah berlayar dan menangkap kura-kura serta ikan pari, keduanya bergegas pulang ke rumah. Di pertengahan jalan, keduanya melihat pohon lontar dan berhenti sejenak. Mereka mengambil daun lontar untuk menutupi kepalanya. Kemudian ia menganyam daun lontar tersebut seperti bentuk motif cangkang kura-kura, bagian samping topi itu terlihat lebar seperti ikan pari.

Dahulu ti’ilangga hanya memiliki dua jenis, yaitu jenis ikan pari dan jenis kura-kura, namun kini jenisnya semakin banyak, seperti ti’ilangga do sela (jenistopi yang berdaun kasar), ti’ilangga do lutu (jenis topi yang berdaun halus), ti’ilanggaa’angguk (jenis topi dengan daun panjang yang menonjol), ti’I langga bebelak (jenis topi yang berbentuk rata pada bagian atas), ti’I langga bu’uhak (jenis topi yang berbentuk persegi), ti’I langga bu’ukoak (jenis topi dengan ujung belakangnya berbentuk bulu ayam), ti’I langga pisak (jenis topi dengan daun kasar yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari), dan ti’ilangga musu (jenis topi dengan daun tegak yang hanya dipakai saat perang).

Makna ti’Ilangga

Tak hanya sekedar topi tradisional, ternyata ti’Ilangga juga memiliki makna mendalam lho, terutama bagi masyarakat Rote. Ti’Ilangga ini identik dengan jambul yang memiliki tinggi 40 sampai 60 cm. Jambul tersebut terdiri atas 9 tingkat dan setiap tingkat terdapat 2 lekukan.

Jumlah setiap lekukan jambul adalah 18 lekukan yang melambangkan jumlah kerajaan atau nusak yang ada di pulau Rote. Ke-18 lekukan pada jambul dibelah oleh satu garis lurus yang melambangkan keseimbangan. Pada bagian atas badan ti’ilangga terdapat sebuah garis lurus yang berfungsi memperkuat jambul diikat sampai bagian belakang melambangkan pemerataan.

Pada setiap pinggir ti’ilangga terdapat banyak ujung daun yang tersusun dengan rapi dan disatukan oleh tiga lingkaran. Ujung-ujung daun tersebut menggambarkan masyarakat Rote yang disatukan dalam suatu struktur pemerintahan yang kuat.

Kekuatan system tersebut ditandai dengan melingkarnya dua garis pada setiap lingkaran untuk mempererat ujung ujung daun yang tersusun pada pinggir ti’ilangga. Bagian dalam ti’ilangga terdapat lipatan pada bagian kiri dan kanan yang berfungsi sebagai tempat persembunyian benda-benda berharga seperti uang, emas, tembakau, dan lain-lainnya.



Selain itu, terdapat bagian pet ti’ilangga pada bagian depan yang berfungsi sebagai penghormatan kepada setiap orang yang ditemui. Tali pengikat yang berfungsi mempererat ti’ilangga ketika dipasangkan di atas kepada melambangkan kekuatan dan keberanian.

Setiap ti’ilangga dibuat dengan sedemikian rupa untuk melambangkan ciri khas orang Rote yang berjiwa pemimpin. Secara umum ti’ilangga memiliki makna keperkasaan dan kehormatan seorang laki-laki Rote. Setiap orang yang mengenakan ti’ilangga dapat menonjolkan ciri kepemimpinan yang dapat menyatukan, menghormati, menjaga rahasia, dan melindungi masyarakat Rote.

Dengan demikian, ti’ilangga yang dipakai Ganjar Pranowo ini menonjolkan sebagai sosok pemimpin yang nantinya bisa menyatukan, menghormati, dan menjaga rahasia, serta melindungi masyarakat Indonesia.
(tdy)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3166 seconds (0.1#10.140)