Pengadilan Israel Tolak Jaminan untuk Gadis Penampar Tentara Israel

Kamis, 18 Januari 2018 - 06:49 WIB
Pengadilan Israel Tolak Jaminan untuk Gadis Penampar Tentara Israel
Pengadilan Israel Tolak Jaminan untuk Gadis Penampar Tentara Israel
A A A
YERUSALEM - Pengadilan Militer Israel menolak jaminan untuk Ahed Tamimi sebelum diadili. Ahed Tamimi adalah seorang gadis remaja Palestina yang menampar dan mendorong dua tentara Israel.

Keputusan dalam kasus profil tinggi terhadap Ahed Tamimi telah dikecam oleh aktivis hak asasi manusia dan ayahnya. Mereka mengatakan warga Palestina tidak dapat mengharapkan keadilan di sistem pengadilan militer Israel.

Pengacara Tamimi, Gaby Lasky mengatakan pengadilan militer menolak argumen bahwa penahanan lanjutan akan melanggar haknya sebagai anak di bawah umur. Sebaliknya, pengadilan menyimpulkan bahwa Tamimi akan menimbulkan bahaya jika dibebaskan dengan jaminan.

"Mereka memutuskan persidangan akan dimulai pada 31 Januari, tapi meski usianya baru 16 tahun, pengadilan tersebut meyakini bahwa dakwaannya cukup untuk menahannya dalam tahanan sampai akhir persidangan," kata pengacara itu kepada wartawan seperti dikutip dari Independent, Kamis (18/1/2018).

Orang dewasa yang terbukti bersalah karena menyerang seorang tentara bisa dipenjara sampai 10 tahun, meskipun hukuman yang kasar tidak mungkin terjadi pada anak di bawah umur.

Amnesty International telah meminta Israel membebaskan remaja tersebut, yang bisa menghabiskan waktu berbulan-bulan di penjara untuk menunggu persidangan.

"Tidak ada yang telah dilakukan Ahed Tamimi dapat membenarkan penahanan seorang gadis berusia 16 tahun yang terus berlanjut," kata Magdalena Mughrabi, wakil direktur AI untuk Timur Tengah dan Afrika Utara.

"Pihak berwenang Israel harus membebaskannya tanpa penundaan. Dalam menangkap serangan gadis remaja yang tidak bersenjata terhadap dua tentara bersenjata yang memakai alat pelindung, rekaman kejadian ini menunjukkan bahwa dia tidak mengajukan ancaman sebenarnya dan bahwa hukumannya secara terang-terangan tidak proporsional," imbuhnya.

"Ahed Tamimi beserya penangkapan dan percobaan persidangan militer terhadapnya menunjukkan perlakuan diskriminatif pemerintah Israel terhadap anak-anak Palestina yang berani bertahan menghadapi represi yang terus-menerus, seringkali brutal dengan menduduki pasukan," tukasnya.

Ibu Ahed Tamimi, Nariman Tamimi juga telah ditahan dalam tahanan menjelang persidangan. Nariman dituduh berpartisipasi dalam serangan terhadap tentara Israel dan menggunakan Facebook untuk menghasut orang lain melakukan serangan teroris. Sepupu Ahed, Nour Tamimi (20) juga ditangkap pada tanggal 20 Desember dan dibebaskan dengan jaminan pada tanggal 5 Januari.

Ahed Tamimi, yang ayahnya adalah seorang aktivis Palestina terkemuka, membuat berita dua tahun lalu saat sebuah foto menangkapnya tengah menggigit seorang tentara yang berusaha menangkap adik laki-lakinya.

Fakta bukan pertama kalinya Ahed terlibat dalam insiden semacam itu telah menyebabkan tuduhan Israel bahwa dia dan keluarganya dengan sengaja memprovokasi tentara untuk menciptakan propaganda anti-Israel.

Mereka telah menjulukinya "Shirley Temper", membandingkannya secara remeh dengan artis anak-anak Shirley Temple.

Dalam video insiden 15 Desember lalu, remaja tersebut terlihat menampar dan mendorong tentara Israel di luar rumahnya di Tepi Barat sementara menuntut agar mereka "keluar". Pria-pria itu, yang memakai helm dan perlengkapan tempur serta dipersenjatai dengan senapan serbu, menepiskan pukulannya.

Keluarga Ahed mengatakan bahwa dia kesal karena sepupunya yang berusia 15 tahun, Mohammad Tamimi, terluka parah akibat peluru karet yang ditembakkan oleh tentara Israel dalam bentrokan sebelumnya hari itu. Ahed ditangkap bersama ibunya pada tanggal 19 Desember setelah rekaman pertengkaran itu menjadi viral.

Para tentara telah ditempatkan di desa tersebut saat demonstrasi melawan kebijakan Israel mengenai permukiman di Tepi Barat, serta keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel.

Beberapa warga Palestina telah menganggapnya sebagai simbol perlawanan terhadap pendudukan militer setengah abad di Israel. Politisi senior Israel telah meminta jaksa agar bersikap keras untuk menjadi contoh remaja tersebut, sementara seorang komentator di surat kabar sayap kiri Israel Haaretz mengatakan bahwa Israel mempertaruhkan mengubahnya menjadi "Jewish Joan of Arc".
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5559 seconds (0.1#10.140)