Malaysia dan Singapura Bahas Proyek Kereta Cepat Antar-Negara

Selasa, 16 Januari 2018 - 10:20 WIB
Malaysia dan Singapura Bahas Proyek Kereta Cepat Antar-Negara
Malaysia dan Singapura Bahas Proyek Kereta Cepat Antar-Negara
A A A
SINGAPURA - Para pemimpin Malaysia dan Singapura akan membahas rencana proyek kereta cepat yang menghubungkan dua negara saat pertemuan tingkat tinggi hari ini.

Batas waktu untuk penetapan proyek bernilai USD17 miliar (Rp227 triliun) ini semakin mendekat. Menurut para pengamat, proyek itu dapat menjadi kerja sama bilateral terbesar dalam beberapa tahun terakhir.

Selain itu, juga akan menguji hubungan yang telah membeku sejak akhir era kolonial 1960-an. Proyek itu juga bisa meningkatkan kekhawatiran atas meningkatnya pengaruh China di kawasan karena kedua pemimpin harus memilih pemenang proyek tersebut.

Saat ini ada perusahaan China, Jepang, Eropa, dan Korea Selatan (Korsel) yang berupaya mendapatkan proyek tersebut. Tender untuk perusahaan yang akan membangun, mengoperasikan, dan mendanai aset rel dan kereta itu akan ditutup pada 29 Juni dan keputusannya diumumkan pada akhir tahun ini.

“Penawar yang dipilih dapat menjadi sumber perselisihan. Tapi isu itu dapat dikompromikan dan saya pikir sangat sulit menjelaskan pada saat ini,” ungkap Ja Ian Chong dari Departemen Ilmu Politik di National University of Singapore pada kantor berita Reuters.

Karena kedekatannya dengan Beijing, menolak penawaran China akan berat bagi Perdana Menteri (PM) Malaysia Najib Rajak yang akan bertemu PM Singapura Lee Hsien Loong di Singapura hari ini.

Beijing telah mengucurkan miliaran dolar ke Malaysia dalam dua tahun terakhir saat Najib berupaya mengatasi utang pemerintah yang besar dan menarik pemilih menjelang pemilu tahun ini.

Pemerintahan Najib telah menyerahkan proyek kereta bernilai USD13 miliar pada China tahun lalu yang menghubungkan bagian timur dan barat Malaysia. Adapun Singapura memiliki hubungan yang sulit dengan China terkait Taiwan dan sengketa di Laut China Selatan.

“China Railway Corporation akan memimpin konsorsium perusahaan-perusahaan China yang mengajukan penawaran untuk proyek tersebut,” ungkap sumber diplomatik di Kuala Lumpur. “JR East akan memimpin konsorsium perusahaanperusahaan Jepang, seperti Sumitomo Corporation, Hitachi Ltd, Mitsubishi Heavy Industries, dan NEC Corp,” papar sumber tersebut.

Konsorsium Korsel terdiri dari Hyundai Rotem Co dan Hyundai Engineering and Construction. “Keunggulan utama China ialah biaya konstruksi yang lebih rendah,” kata Corrine Png, CEO perusahaan riset transportasi Crucial Perspective.

Adapun Jepang memiliki pengalaman panjang membantu dan mengoperasikan jaringan kereta berkecepatan tinggi. Tokyo juga ingin melawan pengaruh China di Asia Tenggara. Apalagi saat ini China memiliki megaproyek Belt and Road Initiative atau Jalur Sutra Baru yang akan menghubungkan jalur darat dan laut antara Asia dan Eropa.

Sekitar 90% jaringan kereta dalam proyek tersebut akan berada di Malaysia dan pemerintahan Najib sepakat membayar bagiannya untuk jalur tersebut. Itu termasuk biaya lain seperti pembangunan dan perawatan jaringan kereta tersebut. (Syarifudin)
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4220 seconds (0.1#10.140)