Pemberontak Kongo Serang Basis PBB, 14 Penjaga Perdamaian Tewas

Sabtu, 09 Desember 2017 - 00:45 WIB
Pemberontak Kongo Serang Basis PBB, 14 Penjaga Perdamaian Tewas
Pemberontak Kongo Serang Basis PBB, 14 Penjaga Perdamaian Tewas
A A A
KINSHASA - Kelompok pemberontak menyerang sebuah basis PBB di Kongo timur. Sedikitnya 14 personil pasukan penjaga perdamaian PBB dan 40 orang lainnya terluka akibat serangan tersebut.

"Sedikitnya lima tentara Kongo juga tewas dalam serangan di provinsi Kivu Utara dalam serangan terburuk yang baru-baru ini terjadi", kata juru bicara wakil PBB Farhan Haq.

"Pasukan pemelihara perdamaian terutama berasal dari kontingen Tanzania," tambahnya seperti dikutip dari Independent, Sabtu (9/12/2017).

Basis pasukan penjaga perdamaian PBB terletak sekitar 45 km dari kota Beni. Wilayah ini telah berulang kali diserang oleh pemberontak dari kelompok pemberontak Demokrasi Serikat.

Jean-Pierre Lacroix, sekretaris jenderal PBB untuk operasi penjaga perdamaian, mengatakan bahwa dia marah dengan serangan tersebut. Lewat akun Twitternya ia mengatakan bahwa evakuasi medis sedang berlangsung dari tempat kejadian, namun tidak mengidentifikasi pelaku penyerang.

Misi penjaga perdamaian PBB di Republik Demokratik Kongo adalah yang terbesar dan termahal di dunia. Misi PBB bertujuan untuk menenangkan sejumlah kelompok bersenjata di negara Afrika Tengah yang kaya mineral itu.

Radio Okapi, yang terkait dengan misi penjaga perdamaian yang dikenal sebagai MONUSCO, melaporkan bahwa penjaga perdamaian pada hari Kamis mementahkan serangan yang dilakukan kelompok pejuang dengan kelompok pemberontak Serikat Demokrat di sebuah pangkalan PBB di wilayah Beni. Basis tersebut adalah rumah bagi pasukan gerak cepat penjaga perdamaian, yang memiliki mandat langka untuk melakukan ofensif.

Stasiun radio tersebut, mengutip sumber militer, mengatakan pertempuran berlangsung selama empat jam. Dilaporkan bahwa pasukan Kongo tidak melakukan intervensi karena posisi yang terdekat beberapa mil jauhnya.

Kongo, sebuah negara seukuran Eropa Barat, telah menjadi saksi kekejaman dan keserakahan yang tak terukur sebagai hasil dari sumber daya mineral yang sangat luas.

Bangsa ini mengalami salah satu pemerintahan kolonial yang paling brutal yang pernah dikenal sebelum menjalani masa kediktatoran korup selama beberapa dekade. Perang sipil satu demi satu kemudian terjadi di sejumlah negara tetangga.

Konflik telah banyak terjadi sejak kedatangan misi PBB pada tahun 1999. Banyak kelompok pemberontak telah datang dan pergi, pada saat menyerang ibukota regional, Coma. Salah satu ancaman terbesar di wilayah ini sekarang berasal dari ADF. Kelompok hak asasi manusia mengatakan bahwa pejuangnya telah membunuh sekitar 1.000 orang dalam tiga tahun terakhir.

Misi PBB pada tahun 2006 membantu melaksanakan pemilu Kongo pertama dalam 46 tahun yang bebas dan adil. Namun sejak saat itu pemenang pemilu tersebut, Presiden Joseph Kabila, telah semakin mengakar dalam jabatannya. Kemarahan telah berkembang saat pemilihan presiden yang semula dijadwalkan akhir tahun lalu telah berulang kali tertunda.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3391 seconds (0.1#10.140)