Pemimpin Hamas Serukan Intifada Baru Melawan Israel

Kamis, 07 Desember 2017 - 16:44 WIB
Pemimpin Hamas Serukan Intifada Baru Melawan Israel
Pemimpin Hamas Serukan Intifada Baru Melawan Israel
A A A
GAZA - Faksi Palestina yang mengontrol Jalur Gaza, Hamas, pada Kamis (7/12/2017) menyerukan infitada atau pemberontakan baru melawan Israel. Seruan ini menyusul keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang secara resmi mengakui Yerusalem sebagai ibu kota negara Yahudi tersebut.

”Kita harus menyerukan dan kita harus bekerja untuk meluncurkan intifada di hadapan musuh Zionis,” kata kata pemimpin Hamas Ismail Haniyeh, dalam sebuah pidato di Gaza, seperti dilaporkan kantor berita Reuters.

Para pemimpin dunia telah menyatakan keprihatinan serius atas kenekatan Trump yang berpotensi mengacaukan Timur Tengah.

Protes anti-AS juga terjadi di bebeberapa negara, terutama di Palestina. Warga Palestina ramai-ramai turun ke jalan dan menyerukan “tiga hari kemarahan”.

Keputusan Trump yang akan disusul dengan pemindahan Kedutaan Besar AS di Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem disambut baik oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Dia mengucapkan terima kasih kepada Trump dan meyakini akan banyak negara yang akan melakukan hal serupa.

“Ini adalah hari bersejarah. Yerusalem telah menjadi ibu kota Israel selama hampir 70 tahun. Yerusalem telah menjadi fokus harapan, impian, doa selama 3.000 tahun.Yerusalem telah menjadi ibu kota orang Yahudi selama 3.000 tahun. Terima kasih, @realDonaldTrump!,” tulis Netanyahu melalui akun Twitter-nya, @netanyahu.

Mesir dan Yordania menolak keputusan AS. Liga Arab diperkirakan akan mengadakan pertemuan darurat pada hari Sabtu untuk membahas krisis Yerusalem.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan bahwa tindakan Trump telah mengabaikan resolusi PBB tahun 1980 mengenai status kota tua tersebut.”Mengambil langkah semacam itu (seperti) melemparkan wilayah tersebut ke dalam lingkaran api,” katanya.

Arab Saudi menyebut langkah Trump tersebut tidak bertanggung jawab dan tidak beralasan.

Pemimpin Vatikan Paus Fransiskus mengaku tidak dapat tinggal diam atas keputusan Trump.

”Saya tidak dapat tetap diam tentang keprihatinan mendalam saya terhadap situasi yang telah berkembang dalam beberapa hari ini,” kata Paus saat audiensi mingguannya di Vatikan.

”Yerusalem adalah kota yang unik,” ujarnya. ”(Tempat) suci bagi orang Yahudi, Kristen dan Muslim, di mana tempat suci untuk agama masing-masing dihormati, dan memiliki seruan khusus untuk perdamaian.”
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5197 seconds (0.1#10.140)