Meski Berseteru, Pejabat Fatah Puji Serangan Hamas ke Israel: Perang Epik dan Heroik!
loading...
A
A
A
RAMALLAH - Seorang pejabat faksi Fatah memuji serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober lalu terlepas dari perseteruan bertahun-tahun kedua faksi terbesar Palestina tersebut.
Jabril Rajoub, Sekretaris Komite Sentral Fatah, menyampaikan pujian atas serangan Hamas dalam konferensi pers di Kuwait baru-baru ini.
Rajoub menggambarkan serangan Hamas—yang diberi nama Operasi Badai al-Aqsa—sebagai “gempa bumi, peristiwa yang belum pernah terjadi sebelumnya".
Menurut pemerintah Israel, serangan Hamas pada 7 Oktober menewaskan sekitar 1.200 orang dan 240 lainnya disandera.
"Itu merupakan bagian dari perang defensif yang penuh dengan epik dan heroik yang telah diperjuangkan rakyat Palestina selama 75 tahun,” puji Rajoub, sebagaimana dikutip dari TheJerusalem Post, Selasa (28/11/2023).
Menurutnya, aksi Hamas telah menggagalkan rencana “Kelompok Kanan Israel” untuk mengintegrasikan negara Yahudi tersebut ke dalam Timur Tengah yang lebih luas tanpa masalah Palestina menjadi agenda utama.
Para analis berspekulasi bahwa Hamas merencanakan serangan tersebut untuk menyabotase perjanjian normalisasi dengan negara-negara Arab—yang dikenal sebagai Kesepakatan Abraham.
Seperti yang ditulis analis Neville Teller di The Jerusalem Post awal tahun ini, “Hamas percaya bahwa satu-satunya cara efektif untuk mencapai hasil yang diinginkan adalah melalui konflik dan teror yang terus-menerus."
Fatah, partai-nya Rajoub, yang memerintah Otoritas Palestina di bawah kepemimpinan Presiden Mahmoud Abbas, secara resmi mendukung solusi dua negara; Israel dan Palestina.
Fatah menjalankan pemerintah di Tepi Barat yang diduduki Israel, sedangkan Hamas memerintah Jalur Gaza.
Jabril Rajoub, Sekretaris Komite Sentral Fatah, menyampaikan pujian atas serangan Hamas dalam konferensi pers di Kuwait baru-baru ini.
Rajoub menggambarkan serangan Hamas—yang diberi nama Operasi Badai al-Aqsa—sebagai “gempa bumi, peristiwa yang belum pernah terjadi sebelumnya".
Menurut pemerintah Israel, serangan Hamas pada 7 Oktober menewaskan sekitar 1.200 orang dan 240 lainnya disandera.
"Itu merupakan bagian dari perang defensif yang penuh dengan epik dan heroik yang telah diperjuangkan rakyat Palestina selama 75 tahun,” puji Rajoub, sebagaimana dikutip dari TheJerusalem Post, Selasa (28/11/2023).
Menurutnya, aksi Hamas telah menggagalkan rencana “Kelompok Kanan Israel” untuk mengintegrasikan negara Yahudi tersebut ke dalam Timur Tengah yang lebih luas tanpa masalah Palestina menjadi agenda utama.
Para analis berspekulasi bahwa Hamas merencanakan serangan tersebut untuk menyabotase perjanjian normalisasi dengan negara-negara Arab—yang dikenal sebagai Kesepakatan Abraham.
Seperti yang ditulis analis Neville Teller di The Jerusalem Post awal tahun ini, “Hamas percaya bahwa satu-satunya cara efektif untuk mencapai hasil yang diinginkan adalah melalui konflik dan teror yang terus-menerus."
Fatah, partai-nya Rajoub, yang memerintah Otoritas Palestina di bawah kepemimpinan Presiden Mahmoud Abbas, secara resmi mendukung solusi dua negara; Israel dan Palestina.
Fatah menjalankan pemerintah di Tepi Barat yang diduduki Israel, sedangkan Hamas memerintah Jalur Gaza.