Ini Kesaksian Militer Israel Tembaki Warganya Sendiri saat Serangan Hamas 7 Oktober
loading...
A
A
A
TEL AVIV - Kesaksian seorang tentara Zionis menguatkan indikasi bahwa militer Israel yang menembaki warga sipilnya sendiri selama serangan mendadak Hamas pada 7 Oktober lalu. Tindakan militer Zionis itu diklaim berdasarkan “Protokol Hannibal”.
Dalam sebuah laporan yang disiarkan pada hari Minggu oleh Channel 12 News Israel, seorang letnan dua dari unit tank Israel yang diidentifikasi sebagai Michal berbicara tentang pengalamannya dalam mengejar militan Hamas selama operasi 7 Oktober.
“Kami sampai di pintu masuk kompleks (Hulit) dan pintu gerbangnya ditutup. Seorang tentara mendatangi saya, agak ketakutan, dan berkata, 'Teroris sudah masuk sekarang'. Kami memasuki kompleks, mendobrak gerbang dengan tank, dan mengikuti arahan yang ditunjukkan oleh tentara tersebut,” katanya.
“Kemudian tentara itu mengatakan kepada saya, 'Tembakan di sana. Teroris ada di sana'. Saya bertanya kepadanya; 'Apakah ada warga sipil (Israel) di sana?' Tanggapannya adalah, 'Saya tidak tahu, tembak saja'."
“Saya memutuskan untuk tidak menembak sasaran (dengan tank) karena itu adalah pemukiman Israel, tapi saya menembak menggunakan senapan mesin di pintu masuk sebuah rumah,” ujarnya, yang dikutip Anadolu, Selasa (28/11/2023).
Laporan Channel 12 muncul ketika seorang pilot angkatan bersenjata Israel mengatakan militer menerapkan Protokol Hannibal selama serangan mendadak oleh Hamas pada 7 Oktober—yang dikenal sebagai Operasi Badai al-Aqsa.
Dalam sebuah wawancara dengan harian Haaretz, seorang perwira bernama Letnan Kolonel Nof Erez menarik perhatian pada kemungkinan bahwa pasukan Israel yang merespons serangan Hamas mungkin telah menerapkan arahan tersebut.
Sebuah laporan Haaretz mengungkapkan bahwa sebuah helikopter militer Israel menembaki “orang-orang bersenjata Palestina” dan orang-orang Israel yang sedang menghadiri Festival Musik Nova di dekat Kibbutz Be'eri di pinggiran Gaza pada 7 Oktober.
Namun, gara-gara pengungkapan tersebut, Haaretz diancam seorang menteri Israel dengan seruan kepada seluruh pegawai pemerintah dan militer untuk berhenti beriklan dan berlangganan surat kabar itu.
Seperti diketahui, Hamas meluncurkan serangan besar yang sukses ke Israel selatan pada 7 Oktober. Menurut pemerintah Zionis, serangan itu menewaskan sekitar 1.200 orang dan ratusan lainnya disandera.
Israel kemudian mendeklarasikan perang dengan membombardir Gaza nyaris tanpa henti dan ditambah dengan operasi darat. Hampir 15.000 warga Palestina di Gaza tewas dalam invasi kejam Israel, termasuk 6.150 anak-anak dan lebih dari 4.000 wanita.
Dalam sebuah laporan yang disiarkan pada hari Minggu oleh Channel 12 News Israel, seorang letnan dua dari unit tank Israel yang diidentifikasi sebagai Michal berbicara tentang pengalamannya dalam mengejar militan Hamas selama operasi 7 Oktober.
“Kami sampai di pintu masuk kompleks (Hulit) dan pintu gerbangnya ditutup. Seorang tentara mendatangi saya, agak ketakutan, dan berkata, 'Teroris sudah masuk sekarang'. Kami memasuki kompleks, mendobrak gerbang dengan tank, dan mengikuti arahan yang ditunjukkan oleh tentara tersebut,” katanya.
“Kemudian tentara itu mengatakan kepada saya, 'Tembakan di sana. Teroris ada di sana'. Saya bertanya kepadanya; 'Apakah ada warga sipil (Israel) di sana?' Tanggapannya adalah, 'Saya tidak tahu, tembak saja'."
“Saya memutuskan untuk tidak menembak sasaran (dengan tank) karena itu adalah pemukiman Israel, tapi saya menembak menggunakan senapan mesin di pintu masuk sebuah rumah,” ujarnya, yang dikutip Anadolu, Selasa (28/11/2023).
Laporan Channel 12 muncul ketika seorang pilot angkatan bersenjata Israel mengatakan militer menerapkan Protokol Hannibal selama serangan mendadak oleh Hamas pada 7 Oktober—yang dikenal sebagai Operasi Badai al-Aqsa.
Dalam sebuah wawancara dengan harian Haaretz, seorang perwira bernama Letnan Kolonel Nof Erez menarik perhatian pada kemungkinan bahwa pasukan Israel yang merespons serangan Hamas mungkin telah menerapkan arahan tersebut.
Sebuah laporan Haaretz mengungkapkan bahwa sebuah helikopter militer Israel menembaki “orang-orang bersenjata Palestina” dan orang-orang Israel yang sedang menghadiri Festival Musik Nova di dekat Kibbutz Be'eri di pinggiran Gaza pada 7 Oktober.
Namun, gara-gara pengungkapan tersebut, Haaretz diancam seorang menteri Israel dengan seruan kepada seluruh pegawai pemerintah dan militer untuk berhenti beriklan dan berlangganan surat kabar itu.
Seperti diketahui, Hamas meluncurkan serangan besar yang sukses ke Israel selatan pada 7 Oktober. Menurut pemerintah Zionis, serangan itu menewaskan sekitar 1.200 orang dan ratusan lainnya disandera.
Israel kemudian mendeklarasikan perang dengan membombardir Gaza nyaris tanpa henti dan ditambah dengan operasi darat. Hampir 15.000 warga Palestina di Gaza tewas dalam invasi kejam Israel, termasuk 6.150 anak-anak dan lebih dari 4.000 wanita.
(mas)