Dokter China Ini Sosok di Balik Cangkok Kepala Manusia yang Kontroversial

Selasa, 21 November 2017 - 15:08 WIB
Dokter China Ini Sosok di Balik Cangkok Kepala Manusia yang Kontroversial
Dokter China Ini Sosok di Balik Cangkok Kepala Manusia yang Kontroversial
A A A
BEIJING - Transplantasi atau cangkok kepala manusia pertama diklaim telah berhasil dilakukan meski terhadap mayat. Operasi yang memicu kontroversi di kalangan ahli medis dunia ini berlangsung di China dan dipimpin oleh Ren Xiaoping, ahli bedah di Harbin Medical University.

Transplantasi kepala manusia tersebut diumumkan oleh profesor Italia Sergio Canavero yang menjadi Direktur Turin Advanced Neuromodulation Group. Pengumuman tersebut disampaikan dalam konferensi pers di Wina pada hari Jumat pekan lalu.

Canavero mengatakan, meski cangkok kepala dilakukan terhadap mayat, namun prosedurnya berhasil. Dengan demikian, kata dia, operasi serupa pada manusia hidup akan segera terjadi.

Transplantasi kepala manusia berlangsung di Harbin, Provinsi Heilongjiang. Selama operasi 18 jam, Ren dan asistennya berhasil menghubungkan kembali kepala manusia yang terputus dengan tulang belakang, saraf dan pembuluh darah tubuh. Ren mengonfirmasi keberhasilan itu dalam wawancara dengan Science and Technology Daily pada hari Minggu.

Ren mengatakan, data, prosedur dan hasil transplantasi itu akan dipublikasikan di jurnal Surgical Neurology International yang berbasis di Amerika Serikat (AS) dalam seminggu ini.

Ren dan Canavero telah bermitra dalam beberapa tahun terakhir untuk mencoba transplantasi kepala. Operasi transplantasi tubuh manusia yang sehat, biasanya disumbangkan oleh orang yang sudah mengalami kerusakan otak ke kepala pasien yang otaknya sehat namun tubuhnya mengalami beberapa kecacatan.

Ren pada tahun lalu telah mencangkokkan kepala seekor monyet ke tubuh monyet lain. Hewan itu hidup selama 20 jam setelah operasi cangkok kepala.

”Operasi ini sangat penting,” kata Ren seperti dikutip dari China Daily, Selasa (21/11/2017). ”Transplantasi kepala belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah medis manusia. Ada banyak tantangan yang harus ditangani untuk menyelesaikan pembedahan dan kami telah membuat rencana inovatif.”

Zhai Xiaomei, seorang profesor etika kehidupan di Beijing Union Medical College Hospital, mengatakan, lantaran operasi tersebut diselesaikan pada mayat, hal itu tidak memiliki banyak signifikansi secara praktis.

”Mereka tidak bisa membuktikan apakah operasi itu berhasil atau tidak,” kritik dia. ”Selain itu, lingkaran akademis pada umumnya percaya bahwa operasi serupa yang sukses pada manusia hidup tidak mungkin dilakukan, dan banyak hambatan teknis perlu dipecahkan terlebih dahulu,” ujarnya mengurai kontroversi dari cangkok kepala manusia.

Menurutnya, pertanyaan etis seperti identitas pribadi akan muncul dengan operasi semacam itu.

”Ini berbeda dengan transplantasi normal, seperti transplantasi jantung,” katanya. ”Misalkan kepala orang A ditransplantasikan ke tubuh orang B. Siapa yang akan menjadi orang baru setelah operasi, A atau B?,” papar Zhai Xiaomei.

Tidak ada jawaban dari pertanyaan Zhai tersebut untuk saat ini, dan para ahli masih mendiskusikan dampak dari operasi cangkok kepala manusia. Menurutnya, banyak ahli percaya bahwa kepala fungsional lebih bermakna daripada tubuh dalam menentukan seseorang.

Li Wei, seorang ahli bedah transplantasi di Rumah Sakit Umum Militer di Beijing, mengatakan bahwa banyak hambatan untuk transplantasi kepala yang berhasil.

”Transplantasi membutuhkan konjungsi otot, pembuluh darah dan neuron, namun perbaikan saraf tulang belakang yang rusak masih tidak mungkin dilakukan saat ini,” katanya.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3919 seconds (0.1#10.140)