Redam Krisis Rohingya, Tillerson Temui Panglima Militer Myanmar

Rabu, 15 November 2017 - 14:04 WIB
Redam Krisis Rohingya, Tillerson Temui Panglima Militer Myanmar
Redam Krisis Rohingya, Tillerson Temui Panglima Militer Myanmar
A A A
NAYPYITAW - Sekretaris Negara Amerika Serikat (AS) Rex Tillerson tiba di Myanmar pada Rabu (15/11/2017). Kunjungan Tillerson ke negara itu untuk melakukan pembicaraan dengan panglima militer Myanmar.

Militer Myanmar dituduh telah melakukan kekejaman terhadap Muslim Rohingya selama sebuah operasi yang mendorong lebih dari 600 ribu orang eksodus ke Bangladesh.

Sesampainya di ibukota Myanmar, Naypyitaw, Tillerson langsung menemui Min Aung Hlaing sebelum pertemuan terpisah dengan Aung San Suu Kyi, pemimpin de facto pemerintahan sipil yang berusia kurang dari dua tahun. Suu Kyi harus puas berbagi kekuasaan dengan militer dan tidak ada kontrol atas para jenderal.

Tillerson dan Suu Kyi dijadwalkan mengadakan konferensi pers bersama seperti dilansir dari Reuters.

Tillerson dan Suu Kyi bertemu pada hari Selasa lalu saat KTT Asia di Filipina. Saat itu pemenang hadiah Nobel Perdamaian itu berusaha untuk menjelaskan usaha pemerintahnya guna menyelesaikan krisis Rohingya. Ia juga mengungkapkan rencananya untuk melakukan pemindahan secara sukarela.

Seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri AS yang ikut dalam rombongan mengungkapkan Tillerson akan mengatakan kepada panglima militer Myanmar bahwa perdamaian dan stabilitas perlu dipulihkan di Rakhine utara sehingga pengungsi Rohingya dapat kembali ke rumah.

"Kami berfokus untuk mencoba menstabilkan daerah-daerah di Rakhine utara sehingga orang dapat kembali ke sana, menghentikan kekerasan, memastikan bahwa militer akan melindungi semua populasi di wilayah itu secara setara dan mereka melakukan penyelidikan yang kredibel yang mengarah pada pertanggungjawaban bagi orang-orang yang telah melakukan pelanggaran," kata pejabat tersebut.

Pejabat AS mengatakan bahwa Tillerson akan mengulangi dukungan untuk transisi Myanmar ke demokrasi dan berbicara secara positif mengenai niat Suu Kyi, berdasarkan pidatonya kepada para pemimpin dunia di Manila.

Pemerintah Myanmar, yang mayoritas Budha, menganggap Rohingya sebagai imigran ilegal dari Bangladesh. Namun Suu Kyi mengatakan bahwa pengungsi yang bisa membuktikan bahwa mereka adalah warga Myanmar akan diizinkan untuk kembali.

Sebelumnya, militer Myanmar telah membantah aksi kekejamannya terhadap muslim Rohingya. Militer Myanmar mengatakan penyelidikan internalnya sendiri telah membebaskan pasukan keamanan dari semua tuduhan kekejaman.

Penyelidikan internal militer Myanmar mengatakan bahwa menurut 2.817 orang yang diwawancarai dari 54 desa Rohingya, tentara tidak menembak penduduk desa yang tidak bersalah, memperkosa atau melakukan kekerasan seksual terhadap perempuan.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4537 seconds (0.1#10.140)