Negosiator Utama AS untuk Korut Menyambangi Korsel

Selasa, 14 November 2017 - 14:39 WIB
Negosiator Utama AS untuk Korut Menyambangi Korsel
Negosiator Utama AS untuk Korut Menyambangi Korsel
A A A
SEOUL - Negosiator utama Amerika Serikat (AS) untuk Korea Utara (Korut) tiba di Korea Selatan (Korsel), Selasa (14/11/2017). Kunjungan ini terjadi ditengah harapan menurunnya tensi di Semenanjung Korea pasca kunjungan Presiden Donald Trump dan jeda uji coba rudal Korut.

"Perwakilan Khusus untuk Kebijakan Korea Utara Joseph Yun akan bertemu dengan pejabat Korea Selatan dan internasional," menurut Departemen Luar Negeri AS, walaupun tidak ada indikasi bahwa kunjungannya akan mencakup pembicaraan dengan Korut seperti dilansir dari Reuters.

Kementrian Luar Negeri Seoul mengatakan Yun dijadwalkan melakukan pembicaraan dengan rekannya dari Korsel Lee Do-hoon pada hari Jumat di sela-sela sebuah konferensi internasional mengenai perlucutan senjata, yang diselenggarakan bersama dengan PBB di pulau resor Jeju.

Kim kelahiran Korsel telah menjadi jantung diplomasi langsung dalam beberapa bulan terakhir dengan rezim Kim Jong-un, yang mempercepat program pengujian rudal dan nuklirnya awal tahun ini.

"Dengan menggunakan apa yang disebut "saluran New York," dia telah berhubungan dengan diplomat Pyongyang dalam misi PBB," seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri mengatakan kepada Reuters pada awal November.

Baca Juga: AS Diam-diam Lakukan Diplomasi Langsung dengan Korut

Bahkan saat Trump menyebut pembicaraan itu membuang-buang waktu, Yun diam-diam mencoba menurunkan suhu di tempat yang berbahaya di mana masing-masing pihak menunjukkan sedikit minat untuk berkompromi.

Dalam sebuah pidato di Dewan Hubungan Luar Negeri pada 30 Oktober, Yun dilaporkan mengatakan bahwa jika Korut menghentikan uji coba nuklir dan rudal selama sekitar 60 hari. Pernyataan ini seolah akan menjadi pertanda bahwa Washington perlu melakukan dialog ulang dengan Pyongyang.

Setelah beberapa bulan melakukan pengujian yang belum pernah terjadi sebelumnya di awal tahun ini, Korut belum menembakkan sebuah roket atau menguji senjata nuklir sejak meluncurkan rudal balistik di atas Jepang pada 15 September lalu.

Beberapa analis mengatakan terlalu dini untuk membaca banyak hal dalam pengujian, yang merupakan jeda paling lama sepanjang tahun ini, namun bisa disesuaikan dengan siklus musiman.

Dan tidak ada tanda-tanda bahwa komunikasi di balik layar telah memperbaiki hubungan yang dipanaskan oleh tes nuklir dan rudal Korut serta pernyataan pedas Trump.

Selama kunjungannya ke Seoul pekan lalu, Trump memperingatkan Korut bahwa dia siap untuk menggunakan seluruh kekuatan militer AS untuk menghentikan serangan apapun. Namun dalam sebuah pernyataan yang lebih damai dari sebelumnya, dia mendesak Pyongyang untuk "membuat kesepakatan" untuk mengakhiri kebuntuan nuklir.

Baca Juga: Trump Desak Korut Maju ke Meja Perundingan

Trump juga mendesak Korea Utara untuk "melakukan yang benar" dan menambahkan bahwa: "Saya melihat beberapa gerakan", meskipun ia menolak untuk menjelaskannya.

Sementara komentarnya tampaknya meyakinkan banyak orang di Korsel, kementerian luar negeri Korut menyebut Trump sebagai penghancur kedamaian dan stabilitas dunia. Korut juga mengatakan "ucapan cerobohnya" hanya membuat rezim tersebut lebih berkomitmen untuk membangun kekuatan nuklirnya.

Baca Juga: Korut Juluki Trump sebagai Perusak Perdamaian Dunia

Trump kembali menyulut tensi dengan mengatakan bahwa pemimpin Korut Kim Jong-un telah menghinanya dengan memanggilnya "tua" dan mengatakan bahwa dia tidak akan pernah menyebut Kim Jong-un "pendek dan gemuk".

Dia juga mengatakan akan sangat, sangat baik jika dia dan Jong-un menjadi teman.

"Sungguh patut dicatat bahwa Presiden, pada beberapa titik, tampaknya membuka pintu untuk negosiasi dengan Korea Utara," kata David Pressman, seorang mitra di firma hukum Boies Schiller Flexner yang membantu memimpin negosiasi sanksi Korut sebagai duta besar untuk AS di PBB di bawah mantan Presiden Barack Obama.

"Namun, sangat tidak jelas apakah saran Presiden tersebut mencerminkan adanya pergeseran strategis atau hanya mencerminkan apa yang terakhir orang yang dia ajak bicara tentang Korea Utara mengatakan sebelum Presiden membuat komentar tersebut," cetusnya.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3962 seconds (0.1#10.140)