Tinggal 20 Militan, Pertempuran di Marawi Akan Segera Berakhir

Sabtu, 21 Oktober 2017 - 14:32 WIB
Tinggal 20 Militan, Pertempuran di Marawi Akan Segera Berakhir
Tinggal 20 Militan, Pertempuran di Marawi Akan Segera Berakhir
A A A
MARAWI - Filipina bersiap untuk mengumumkan akhir pertempuran di sebuah kota di selatan yang dikuasai selama lima bulan oleh pemberontak pro-ISIS. Demikian yang dikatakan komandan tertinggi militer, saat pasukan melanjutkan penarikan bertahap dari kota tepi danau yang hancur.

Letnan Jenderal Carlito Galvez mengungkapkan hanya 20 gerilyawan yang tinggal di daerah kecil di Kota Marawi, termasuk lima tokoh "signifikan", dan tiga batalyon tentara mendekati posisi mereka.

"Kemungkinan besar besok, kita bisa melakukannya," kata Galvez kepada wartawan saat ditanya kapan militer bisa mengumumkan pertarungan selesai.

"Kita bisa menyatakannya benar-benar selesai," imbuhnya seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (21/20/2017).

Galvez mengatakan tentara menahan tiga anak Isnilon Hapilon, "emir" negara Islam di Asia Tenggara, dan dua orang Malaysia, termasuk Amin Baco, yang telah menjadi fasilitator pergerakan pejuang asing di wilayah tersebut.

"Kami tidak bisa mengatakan bahwa misi kami benar-benar tercapai atau diselesaikan jika kelima orang tersebut masih ada di sana," katanya, menambahkan bahwa militan yang tersisa berjuang untuk bertahan hidup dan untuk melindungi posisi mereka yang menyusut.

Jenderal lain mengatakan kepada Reuters bahwa mereka juga mencari seorang militan terkemuka di Indonesia. Militer khawatir anak-anak Hapilon dan pejuang asing ini bisa berhasil memimpin pemimpin inti aliansi yang tewas minggu ini.

Hapilon dan Omarkhayam Maute dibunuh oleh pasukan komando Filipina pada hari Senin. Sementara kandidat penerusnya Mahmud Ahmad asal Malaysia, yang menurut para ahli mungkin telah mendanai pengepungan Marawi, juga tewas, menurut seorang sandera yang dibebaskan, namun tubuhnya belum ditemukan.

Kementerian pertahanan mengatakan pada hari Sabtu bahwa tes forensik oleh Biro Investigasi Federal Amerika Serikat (AS) telah mengkonfirmasi bahwa orang yang terbunuh adalah Hapilon. AS telah memberikan dukungan teknis atas dasar perjanjian kerja sama Filipina, termasuk pesawat pengintai.

Kematian para pemimpin dapat memperlambat upaya Negara Islam untuk mendirikan kehadirannya di Mindanao, sebuah pulau yang luas dengan sejarah pemberontakan dan rumah bagi minoritas Muslim yang mayoritas beragama Katolik Roma.

Organisasi dan kemampuan tempur pemberontak telah mengejutkan militer. Beberapa ahli melihat pengepungan tersebut sebagai pendahuluan untuk tawaran yang lebih ambisius oleh loyalis Negara Islam untuk mengeksploitasi kemiskinan Mindanao dan menggunakan hutan serta pegunungannya sebagai basis untuk melatih, merekrut dan melancarkan serangan di wilayah tersebut.

Galvez, kepala Komando Mindanao Barat, memeriksa pasukan di Marawi dan mengirim sebuah batalyon marinir ke operasi militer. Itu adalah unit kedua yang meninggalkan daerah konflik.

Militer menolak membocorkan jumlah pasukan yang tersisa di Marawi. Komandan Elite memimpin penyerangan tersebut, dengan batalion tentara infanteri dan komando polisi mengamankan daerah-daerah yang aman.

Pihak militer mengatakan bahwa sebelas sandera "diproses" pada hari Sabtu untuk menentukan apakah mereka benar-benar ditangkap atau anggota militan dan simpatisan yang berusaha menyelinap pergi.

Galvez mengatakan bahwa rehabilitasi, termasuk penjemputan korban tewas, akan dimulai setelah berakhirnya permusuhan.

Filipina memperkirakan pembangunan kembali daerah-daerah yang dilanda serangan udara pemerintah selama berbulan-bulan dapat menelan biaya setidaknya 50 miliar peso Filipina.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2881 seconds (0.1#10.140)