'Wanita WikiLeaks' Pengungkap Panama Papers Dibunuh dengan Bom Mobil

Rabu, 18 Oktober 2017 - 02:21 WIB
Wanita WikiLeaks Pengungkap Panama Papers Dibunuh dengan Bom Mobil
'Wanita WikiLeaks' Pengungkap Panama Papers Dibunuh dengan Bom Mobil
A A A
VALLETTA - Daphne Caruana Galizia, jurnalis investigasi terbaik Malta, dibunuh dengan bom yang meledakkan mobilnya. Galizia yang dijuluki “wanita WikiLeaks” ini merupakan jurnalis yang memimpin pengungkapan skandal pajak “Panama Papers”.

Dia terbunuh saat mengemudi di dekat desa Bidnija di utara Malta pada hari Senin. Dia telah menyampaikan keluhan ke polisi dua minggu yang lalu setelah menerima ancaman pribadi terhadap keselamatannya.

Galizia selama ini juga menjalankan sebuah blog yang sangat populer, di mana dia tanpa henti menyoroti kasus dugaan korupsi, yang sering melibatkan politisi dari negara pulau Mediterania.

Di Malta, dia memimpin liputan “Panama Papers” sebuah bocoran jutaan dokumen hukum tahun lalu yang merinci entitas keuangan di lepas pantai Panama yang digunakan oleh orang kaya dan berkuasa dari berbagai negara untuk menghindari pajak.

Perdana Menteri Malta Joseph Muscat yang pernah dituduh Galizia melakukan kesalahan pada awal tahun ini, mencela pembunuhan terhadap jurnalis perempuan ini.

“Ini adalah serangan dengki terhadap warga negara dan kebebasan berekspresi. Saya tidak akan beristirahat sampai keadilan tuntas. Layak mendapat keadilan,” tulis Muscat di Twitter via akun @JosephMuscat_JM, yang dikutip semalam (17/10/2017).

PM Muscatt juga menyampaikan kecaman terhadap pembunuhan jurnalis itu dalam sebuah pernyataan di televisi. Dia menyerukan persatuan nasional.

”Semua orang tahu bahwa Caruana Galizia adalah kritikus yang keras terhadap saya, baik secara politik maupun pribadi, tapi tidak ada yang bisa membenarkan tindakan biadab ini dengan cara apa pun,” katanya.

”Satu-satunya obat bagi siapa saja yang merasa difitnah adalah melalui pengadilan,” lanjut dia, seperti dilansir Daily Mirror.

Muscat pernah dikritik keras oleh Galizia terkait dugaan korupsi yang melibatkan keluarganya. Kritik jurnalis itu memicu mosi tidak percaya terhadap pemerintahannya sehingga Muscat menyerukan pemilu awal.

Laporan Galizia menyebutkan dokumen sebuah bank yang berbasis Malta yang menunjukkan bahwa istri Muscat adalah pemilik perusahaan yang menguntungkan di Panama. Perusahaan itu disebut terlibat transfer uang dalam jumlah besar yang melibatkan rekening bank di Azerbaijan.

Muscat dan istrinya membantah tuduhan tersebut dan menuntut Caruana Galizia atas tuduhan penghinaan.

Tuduhan itu tidak menggoyang posisi Muscat. Dia dengan mudah memenangkan kembali pemilu awal pada Juni lalu.

Belum diketahui, pelaku serangan bom dan dalang pembunuhan terhadap Galizia. Penyelidikan masih dilakukan pihak kepolisian Malta.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3694 seconds (0.1#10.140)