Suu Kyi Tetapkan Rencana Bantuan untuk Muslim Rohingya

Sabtu, 14 Oktober 2017 - 02:20 WIB
Suu Kyi Tetapkan Rencana Bantuan untuk Muslim Rohingya
Suu Kyi Tetapkan Rencana Bantuan untuk Muslim Rohingya
A A A
NAYPYIDAW - Pemimpin de facto Myanmar, Aung San Suu Kyi, telah menetapkan rencana untuk sebuah proyek kemanusiaan baru bagi negara bagian Rakhine. Seorang penasihat wanita berusia 72 tahun itu mengatakan Suu Kyi bertekad untuk memperbaiki krisis pengungsi di negara tersebut.

Suu Kyi mengatakan dalam sebuah pidato di televisi pada hari Kamis malam dia akan menjadi anggota organisasi, pemimpin bisnis dan masyarakat sipil untuk mengambil bagian dalam prakarsa tersebut. Proyek itu bertujuan untuk meredakan kekerasan yang menyebabkan 536 ribu Muslim Rohingya melarikan diri dari Negara Rakhine ke Bangladesh dalam dua bulan terakhir

"Yang dia minati adalah bagaimana memperbaikinya, bagaimana cara memberi pemerintah sipil, menentang dengan militer, kekuatan untuk memberikan bantuan, rekonsiliasi dan pembangunan kembali," kata penasehat tersebut.

"Itulah tugas yang dia tetapkan," imbuhnya dalam kondisi anonimitas seperti dikutip dari Reuters, Sabtu (14/10/2017).

Dalam pesannya, Suu Kyi mengatakan bahwa meski tidak mungkin kuat, dia berharap kekuatan dan kemurahan hati rakyat akan mengubah hal tersebut. Proyek yang akan diluncurkan pada hari Minggu akan menjadi tonggak sejarah dalam sejarah Myanmar.

"Dia kaget dengan apa yang telah dilihatnya. Dia sangat peduli dengan hal ini. Aku tahu itu tidak selalu terjadi. Tapi dia benar-benar akan melakukannya," kata penasihat Suu Kyi kepada wartawan.

"Tapi dia harus melangkah hati-hati agar tidak mengobarkan hal-hal lebih jauh, transisi Myanmar ke demokratis berada dalam posisi berbahaya," tukasnya.

Perwakilan Suu Kyi di Myanmar tidak dapat dihubungi untuk mengkonfirmasi komentar penasihat itu. Namun dua pakar terkemuka Myanmar menyatakan kepada Reuters para penasehat tersebut berada dekat dengannya.

PBB telah menyebut kekerasan di Myanmar sebagai "contoh teks book tentang pembersihan etnis", dan peraih Nobel Perdamaian Suu Kyi telah banyak dikritik karena gagal mengambil tindakan untuk menghentikannya.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4864 seconds (0.1#10.140)