Mengintip Guam, Pion Perang AS Target Nuklir Kim Jong-un

Kamis, 10 Agustus 2017 - 00:19 WIB
Mengintip Guam, Pion Perang AS Target Nuklir Kim Jong-un
Mengintip Guam, Pion Perang AS Target Nuklir Kim Jong-un
A A A
GUAM - Panik dan takut dirasakan penduduk Guam setelah rezim Kim Jong-un penguasa Korea Utara (AS) dan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump saling melempar ancaman horor. Tak main-main, ancaman itu adalah serangan rudal nuklir.

Publik Guam merasa sudah jadi pion Washington dalam retorika perang nuklir dengan Pyongyang. Guam dibidik rudal nuklir rezim Kim Jong-un, karena kepulauan di Pasifik itu merupakan pangkalan militer Anderson, AS, rumah pesawat pembom B-1B yang wira-wira menggertak Korut di langit semenanjung Korea.

”Kami akan diledakkan hingga berkeping-keping!” tulis mantan guru di Guam, Eileen Benavente-Blas, di halaman Facebook komunitasnya. Komentar itu menggambarkan kepanikan dan ketakutannya terhadap ancaman serangan rudal nuklir yang secara blakblakan disampaikan militer rezim Kim Jong-un.

“Trump tidak tahu di mana Guam, sebagaiman tweetnya memasang pulau kami ke tangan nuklir Korea Utara.”

Milan Salas, warga Guam lainnya kepada news.com.au, merasa Guam jadi korban Trump dan Kim Jong-un.”Katakan kepada dunia bahwa Guam (kami) adalah pion perang. Sudah jadi jaminan kerusakan dan korban setiap hari dari dua pemimpin busuk, manja, Trump dan Kim,” katanya.

“Kim Jung (Kim Jong-un) ingin membunuh kami dengan ICBM (rudal balistik antarbenua) karena hubungan kami sebagai wilayah AS,” lanjut dia.

”AS Ingin menenggelamkan kehidupan kami dengan keputusasaan dari militerisasi berlebihan yang akan merusak ekosistem kami. Kami adalah umpan keju untuk Korut.”

”Orang Chamorro (pribumi Guam) tidak memiliki suara yang benar dari tiran sehari-hari. Apakah benar ada kebebasan sejati, bahwa saya tidak dapat memilih POTUS (President Of The United States) yang memaksakan hak konstitusionalnya kepada saya dan secara strategis menggunakan rumah saya untuk tujuan militer sebagai target wilayah Asia Pasifik?,” ujar Salas.

”Di mana suara kami dalam semua ini?,” imbuh dia.

60 Nuklir Korut
Mengintip Guam, Pion Perang AS Target Nuklir Kim Jong-un

Kepanikan publik Guam itu dipicu perang kata-kata antara Washington dan Pyongyang, dimana kedua negara saling mengancam akan melakukan serangan mengerikan.

Awalnya, pemimpin Washington penerus Barack Obama ini merespons kuat laporan Badan Intelijen Pertahanan (DIA) Amerika yang menyimpulkan bahwa rezim Kim Jong-un yang berkuasa di Pyongyang sudah berhasil membuat hulu ledak nuklir yang bisa dipasang di rudal balistik antarbenua. Laporan DIA itu juga menyebut bahwa Pyongyang diperkirakan sudah memiliki 60 unit senjata nuklir.

”Korea Utara tidak akan melakukan ancaman lain terhadap Amerika Serikat,” kata Presiden Trump kepada wartawan di Trump National Golf Club di Bedminster, New Jersey.

”Mereka akan disambut dengan api dan amarah seperti yang belum pernah dilihat dunia,” lanjut Trump.

Pyongyang pun membalas komentar ancaman Trump itu dengan balik mengancam akan menyerang pangkalan militer Andersen, AS, yang berada di Guam, Pasifik, dengan senjata rudal nuklir.

Negara komunis itu tidak merahasiakan rencana untuk mengembangkan rudal dengan hulu ledak nuklir yang mampu untuk menyerang wilayah AS. Rezim Kim Jong-un bahkan telah mengabaikan seruan internasional untuk menghentikan program nuklir dan misilnya.

Menurut Tentara Rakyat Korea (KPA) melalui seorang juru bicara yang diumumkan kantor berita negara, KCNA, serangan terhadap Guam akan dipraktikkan kapanpun bila diperintah Kim Jong-un.

”Pasukan Strategis KPA sekarang dengan hati-hati memeriksa rencana operasional untuk membuat tembakan di daerah sekitar Guam dengan rudal balistik strategis jarak menengah Hwasong-12 terhadap pangkalan militer utama AS di Guam termasuk Pangkalan Angkatan Udara Andersen,” kata juru bicara KPA.

Markas 6.000 Tentara AS
Mengintip Guam, Pion Perang AS Target Nuklir Kim Jong-un

Guam yang menjadi populasi 160.000 orang jarang disinggung AS dalam forum-forum militer. Bahkan, pangkalan militer di Guam selama ini cenderung menjadi pangkalan rahasia AS di Pasifik.

Pulau itu menjadi rumah bagi 6000 tentara AS di Pangkalan Angkatan Laut Apra Harbor dan Pangkalan Angkatan Udara Andersen. Iklim tropisnya juga membuatnya populer di kalangan wisatawan, meski penerbangan dua kali seminggu langsung dari Cairns yang membawa sebagian besar wisatawan dihentikan pada tahun 2015.

Pulau Micronesia, yang terletak kurang dari 3000km utara Australia dan sekitar 3400km tenggara Pyongyang, adalah wilayah paling barat AS, yang direbut dari Spanyol pada tahun 1898 selama Perang Spanyol-Amerika.

Semua orang Guam adalah warga negara Amerika sejak lahir. Orang Chamorro, yang merupakan penduduk asli Kepulauan Mariana, membentuk hampir 40 persen populasi dan merupakan kelompok etnis terbesar.

Meski demikian, ada juga populasi besar orang Filipina di sana. Guam dijalankan oleh seorang gubernur. Saat ini, gubernur di Guam adalah Eddie Calvo, pemimpin yang berulang kali menjamin tidak ada ancaman ke Guam atau ke Kepulauan Mariana.

Jaminan Calvo itu mengutip janji Pentagon kepada delegasi Guam untuk Dewan Perwakilan AS, Madeleine Bordallo, bahwa militer Washington akan melindungi wilayah itu.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4500 seconds (0.1#10.140)