AS Pertimbangkan Serangan Udara Terhadap ISIS di Filipina

Selasa, 08 Agustus 2017 - 13:47 WIB
AS Pertimbangkan Serangan Udara Terhadap ISIS di Filipina
AS Pertimbangkan Serangan Udara Terhadap ISIS di Filipina
A A A
WASHINGTON - Pentagon dilaporkan tengah mempertimbangkan untuk melakukan serangan udara terhadap sasaran teroris ISIS di Filipina. Sebuah gelombang serangan jaringan teroris yang berafiliasi dengan ISIS telah menimbulkan kekhawatiran di Filipina dan negara tetangga jika nantinya kawasan Asia Tenggara akan dijadikan seperti Timur Tengah.

"Kewenangan untuk menyerang target ISIS sebagai bagian dari strategi pertahanan kolektif dapat menjadi bagian dari operasi militer yang dapat diputuskan pada hari Selasa," ucap dua pejabat pertahanan Amerika Serikat (AS) seperti dikutip dari Telegraph, Selasa (8/8/2017).

Serangan tersebut kemungkinan dilakukan oleh pesawat tak berawak, strategi yang sudah digunakan di Timur Tengah, Pakistan dan Afghanistan, dan memiliki catatan kontroversial atas tuduhan jatuhnya korban sipil.

Jika rencana Pentagon disetujui, militer AS akan dapat melakukan serangan melawan kelompok ISIS yang saat ini dihadapi oleh pasukan Filipina di selatan negara kepulauan itu.

AS telah berbagi intelijen dan memiliki kehadiran kontra-terorisme di Filipina selama 15 tahun.

Sementara itu, berbicara pada pertemuan para menteri luar negeri Asia Tenggara di ibukota Filipina, Manila, Sekretaris Negara AS Rex Tillerson mengatakan bahwa Washington telah menyediakan pesawat Cessna dan UAV (pesawat tak berawak) untuk tujuan intelijen.

"Kami memberi mereka beberapa pelatihan dan beberapa panduan dalam hal bagaimana menghadapi musuh yang bertarung dengan cara yang tidak seperti kebanyakan orang yang pernah harus berurusan dengan mereka," katanya.

Laporan pasukan AS di lapangan dekat kota Marawi yang terkepung muncul pada awal Juni. Marawi, kota berpenduduk mayoritas Muslim berjumlah 200.000, diserbu oleh kelompok-kelompok yang mengaku setia kepada ISIS pada akhir Mei lalu. Militer Filipina tidak dapat kembali memegang kendali penuh.

"AS tidak ikut berperang tapi peralatan operasi membantu untuk memberikan informasi tentang situasi kepada pasukan kita," kata juru bicara militer Brigadir Jenderal Restituto Padilla pada bulan Juni.

Presiden Rodrigo Duterte pada awalnya mengklaim bahwa dia "tidak sadar" akan kehadiran tentara AS dan bahwa ia tidak pernah mendekati AS untuk meminta bantuan.

Sambil mencari hubungan yang lebih kuat dengan China, Duterte telah mencoba selama setahun terakhir untuk menjauhkan diri dari Washington, yang dia tuduh memperlakukan Filipina seperti anjing dengan tali.

Namun pada saat bertemu dengan Tillerson, dia mengubah nada suaranya. "Saya senang bertemu dengan Anda," kata Duterte kepada Tillerson di istana kepresidenan. "Saya adalah teman Anda yang rendah hati di Asia Tenggara," katanya lagi.
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4396 seconds (0.1#10.140)