Perang Terus Berlanjut, Yaman di Ambang Kehancuran Total

Rabu, 31 Mei 2017 - 14:31 WIB
Perang Terus Berlanjut, Yaman di Ambang Kehancuran Total
Perang Terus Berlanjut, Yaman di Ambang Kehancuran Total
A A A
NEW YORK - Koordinator kemanusiaan tertinggi PBB, Stephen O'Brien mengatakan bahwa Yaman menghadapi kehancuran sosial, ekonomi dan institusional total. Berbicara kepada Dewan Keamanan PBB, O'Brien mengatakan diperlukan tindakan yang mendesak untuk menyelamatkan Yaman.

Yaman berada di tengah krisis kemanusiaan, dengan hampir tujuh juta orang di ambang kelaparan. Wabah kolera juga telah menewaskan 500 orang, dan PBB memperkirakan terjadi 150.000 kasus dalam enam bulan ke depan.

O'Brien mengatakan penderitaan orang-orang Yaman bukanlah sebuah kebetulan atau hasil kekuatan di luar kendali, melainkan kesalahan orang-orang yang terlibat dan tidak bertindaknya kekuatan dunia.

"Orang-orang Yaman mengalami kekurangan, penyakit dan kematian saat dunia hanya bisa menyaksikannya. Krisis tidak datang, itu tidak menjulang, sekarang ada di sini, di hadapan kita," kata O'Brien seperti dikutip dari BBC, Rabu (31/5/2017).

Dia mengatakan meskipun telah bermurah hati namun pada kenyataannya hanya 24% dari total USD2,1 miliar yang dibutuhkan untuk bantuan kemanusiaan yang telah diterima.

Selama dua tahun terakhir, negara ini terlibat dalam pertempuran antara kekuatan yang setia kepada presiden yang diakui secara internasional, didukung oleh koalisi pimpinan-Arab Saudi, dan pemberontak Syiah Houthi.

Sementara itu al-Qaeda telah memanfaatkan kekacauan tersebut untuk memperkuat kehadirannya di selatan dan tenggara negara tersebut.

Lebih dari 8.000 orang, kebanyakan warga sipil, telah terbunuh dan hampir 44.500 lainnya cedera sejak konflik meningkat pada bulan Maret 2015, kata tokoh PBB. Sementara diperkirakan 18,8 juta orang membutuhkan bantuan kemanusiaan.

Utusan PBB untuk Yaman, Ismael Ould Cheikh Ahmed, yang baru saja kembali dari pembicaraan di negara tersebut mengatakan tidak ada pihak yang bersedia melakukan kompromi. "Seruan untuk perdamaian masih jatuh di telinga yang tuli," katanya

"Keengganan pihak-pihak kunci untuk merangkul konsesi yang dibutuhkan untuk perdamaian, atau bahkan mendiskusikannya, tetap sangat mengganggu," katanya.

"Orang-orang Yaman membayar harga untuk menunda kebutuhan mereka."
(ian)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2896 seconds (0.1#10.140)